14. Bukan Jadi Cupid

322 108 14
                                    

"KAK RARAAA ... DIONYA NIIIIIH"

Ahra yang sedang mengajar tari tradisional kepada empat orang murid perempuan langsung menoleh kepada sisi sanggar lainnya. "Dio, jangan nakal. Kakak panggilin Bang Taemin, nih!"

Bocah laki-laki yang iseng itu langsung diam, tak lagi berani mengganggu anak perempuan yang sedang istirahat. Bahaya jika pemilik sanggar tempatnya les sampai datang.

"Pada diem oke, Kak Rara ngelatih tim B dulu. Kan kalian mau ikut kontes."

Salah satu pekerjaan sampingan Ahra selain menjadi editor Donghyuk adalah melatih tari tradisional untuk anak-anak TK dan SD. Seperti sore ini misalnya.

"Kak Rara, aku tuh mau dilatih sama Kak Lisa cantik," Dio kembali berulah. "Kok cuma Kak Rara sih yang ngelatih nari, Kak Lisa cuma joget-joget doang."

"Kan Kak Lisa bukan guru, lagian Kak Rara juga cantik." Bukan Ahra yang menjawab, melainkan salah satu anak perempuan yang tadi mengadu kepada Ahra.

"Iya sih, Kak Rara juga cantik. Tapi galak ...."

Ahra memilih untuk membiarkkan anak-anak yang sedang beristirahat itu, sedangkan ia fokus melatih tim B menari saman.

"Tim A kalo pas digabung sama tim B salah, nanti pulang gak kakak beliin milkita."

Bocah-bocah yang tadinya sedang ribut itu langsung terdiam, mereka segera menghafal gerakan yang sudah diajari oleh Ahra.

"KAK LISAAAAA ..." beberapa anak lelaki dengan semangat menyambut Lisa yang baru saja masuk ke ruangan sanggar tradisional. Lisa sendiri langsung tersenyum dan menyapa semuanya.

"Ra, mau pesen rice bowl nggak?" tawar Lisa. "Gue sama yang lain mau beli rice bowl, nih. Kali lo mau nitip."

Ahra terdiam sejenak, hari ini ia hanya membawa uang 20 ribu. Itupun untuk membelikan permen milkita untuk bocah-bocah di sanggar ini.

"Ngga deh, Ca. Gue gak laper ..." tolak Ahra dan dijawab anggukan Lisa.

"Yaudah gue balik lagi ya..." pamit Lisa dan disusul senyuam Ahra, "Semangat adek-adek cantik dan ganteeeeng."

Suasana ruang latihan langsung ramai, para bocah laki-laki bahkan dengan semangat berjoget tidak jelas, seakan mendapatkan hadian jam tangan di ciki jaguar. Sedangkan Ahra hanya diam memperhatikan pintu latihan yang kembali ditutup.

Lalisa adalah primadona sanggar. Perempuan cantik, ramah, dan pandai bergaul. Siapa yang tidak suka padanya, bahkan anak-anak sanggar yang masih SD saja suka.

"Euum... Donghyuk," Donghyuk yang sedang asik tiduran di area latihan terbuka langsung menoleh kepada Lisa. "Bisa anterin gue buat beli rice bowl, gak?"

"Sekarang?" tanya Donghyuk yang sudah merubah posisi duduknya. "Mau beli di mana, Ca?"

"Cafe punya Mas, Lo aja. Anak-anak juga pada nitip."

"Delivery aja deh, gue telpon salah satu pegawai cafe Mas Jinan." Donghyuk langsung mengambil ponselnya, mengutak-atik sesuatu hingga terdengar nada panggilan. "Mana pesanannya?"

Lisa mengulurkan ponselnya yang menampilkan daftar pesanan milik anak-anak sanggar. "Ini uangnya."

"Ahra gak mesen?" tanya Donghyuk saat tidak menemukan nama Ahra di daftar pemesan.

"Tadi gue tawarin, katanya gak mau. Masih kenyang."

Donghyuk hanya mengangguk saja, dan setelah itu berbicara pada salah satu pegawai cafe milik Sang Kakak. Menyebutkan beberapa pesanan anak-anak sanggar, dan terakhir pesanannya.

Cinderella [Donghyuk - OC]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang