24. Terus Lo Maunya Jadi Siapa?

306 113 21
                                    

"Apaan nih?" tanya Donghyuk saat Ahra mengulurkan sebuah amplop kepadanya. "Surat cinta?"

Ahra memilih untuk tetap diam, menunggu Donghyuk membuka amplop tersebut.

"Baca anjir sampe beres, susah payah itu gue bikinnya..." kata Ahra dengan wajah datar.

"Kenapa?" tanya Donghyuk saat membaca kertas yang menjadi isi dari amplop yang Ahra berikan. "Kenapa tiba-tiba?"

"Nggak tiba-tiba kok," jawab Ahra. "Gue udah lama pengen ngajuin itu, tapi belum dapet kerjaan yang tetap. Terus juga masih kepikiran sama hutang ke Ayah lo. Jadi, karena sekarang utangnya udah lunas, ya gue ajuin surat itu."

Donghyuk menghela nafasnya, "Jadi lo kerja sebagai editor gue cuma buat bayar hutang?"

"Lo yang nawarin," jawab Ahra. "Waktu itu ngajar les aja gak cukup kalo buat bayar hutang ke ayah lo."

"Lo udah dapet pekerjaan baru?" tanya Donghyuk dan dijawab anggukkan kepada Ahra. "Dimana?"

"Dua tempat bimbel, terus akhir pekan ada di restoran Jepang."

"Kenapa di restoran?" tanya Donghyuk terdengar memprotes. "Kan capek, Ra."

"Gak ada yang gak capek," balas Ahra. "Semuanya cape, tapi ya mau gimana lagi kan?"

"Mau di cafe Mas--"

"Gak!" dengan cepat Ahra memotong perkataan Donghyuk. "Nanti gue diperlakukan beda lagi!"

Donghyuk menghela nafasnya, Ahra sangat keras kepala. Terlalu sulit untuk Donghyuk luluhkan.

"Yaudah," Donghyuk akhirnya mengalah. "Jangan terlalu capek."

"Dih, siapa lo? Emak gue?" sewot Ahra saat mendengar perkataan Donghyuk. "Mamah gue aja santuy."

Ingin rasanya Donghyuk menarik Ahra ke Kantor Urusan Agama sekarang juga. Jadi Ahra gak bisa nanya kaya gitu lagi.

"Yaudah, terserah lo."

"Oh iya, gue mau balikin ini..." Ahra menyodorkan tas berisi laptop milik Donghyuk. "Karena gue bukan editor lo lagi, jadi gue balikin laptopnya."

Donghyuk menghela nafasnya, "Buat lo aja. Anggap cendra mata karena udah bantuin gue jadi edit--"

"Gak bisa gitu doong," serobot Ahra cepat. "Laptop lo mahal! Masa iya di kasih sia-sia ke gue."

"Gak sia-sia," balas Donghyuk. "Kan udah gue bilang itu cendra mata."

"Tap--"

"Udah pake aja, lagian gue udah ada yang baru. Daripada mubazir kan."

"Gak deh," tolak Ahra. Masih tetap teguh untuk mengembalikan MacBook milik Donghyuk yang sebelumnya ia pakai untuk mengedit.

"Pake aja Cho Ahra!" tegas Donghyuk. Tetapi Ahra tetap keras kepala, menggeleng dengan tanda bahwa ia tetap menolak.

"Gue gak enak sama lo, udah terlalu gue repotin."

Donghyuk menghela nafasnya, ia selalu benci saat mendengar Ahra berkata tak enak dan berpikir selalu merepotkannya.

"Laptop gue masih bisa dipake kok," lanjut Ahra, ia masih tetap berusaha untuk meyakinkan Donghyuk. "Kalo nugas juga pake laptop gue, punya lo cuma buat ngedit video lo aja."

"Ra..." panggil Donghyuk pelan, tetap tersirat ketegasan. Tatapan matanya bahkan sudah menajam. Sedangkan Ahra sendiri tak menyahuti, memilih untuk tetap diam, walaupun matanya bertatapan dengan Donghyuk. "Gak jadi..." lanjut Donghyuk yang akhirnya menelan sendiri semua rasa kesal yang ingin ia luapkan.

Cinderella [Donghyuk - OC]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang