1

861 50 25
                                    

#Day. : 1
# clue : Hidu
Hidu : menghirup aroma

Kebahagiaan akan sangat berarti, ketika kau melewatinya dengan orang yang memiliki arti penting dalam hidup kita.

Kicau burung menyambut datangnya mentari, harum air laut turut menemani. Semilir angin pantai melengkapi cuaca pagi yang cukup dingin, mungkin efek hujan semalaman.

Metawin, gadis manis itu mengeratkan sweater kesayangan yang warnanya sudah mulai pudar. Kedua tangannya terlipat di kusen jendela dengan menopang dagu. Dia tersenyum ketika melihat mentari mulai mengintip di ufuk timur, dari jendela kamarnya yang tidak begitu luas. Menarik nafas panjang menghidu pantai di pagi hari yang selalu disukainya.

" Selamat pagi ibu..." Bisik Metawin masih dengan senyum yang tidak pernah surut dari dua belah bibir ranumnya.

Metawin merentangkan kedua tangannya ke atas, merenggangkan otot di tubuhnya yang sedikit kaku kemudian beranjak dari tempatnya. Merapikan kembali tempat tidur sebelum melangkah keluar kamar. Dari depan kamarnya, Metawin bisa melihat sosok ayah yang sedang sibuk membuat sesuatu untuk sarapan.

" Selamat pagi ayah." sapa Meta seraya memeluk tubuh yang sedang sibuk itu dari belakang, membuat pria di usia 55 tahun itu terkejut oleh perlakuan putrinya.

" Sayang, sudah bangun?" Meta bergumam lalu berpindah dengan berdiri di samping ayahnya. Mengambil alih spatula yang di pegang ayahnya. Sang ayah tersenyum dan mengusak rambut putrinya sayang.

" Hari ini ayah ke laut lagi?" Tanya Meta yang tidak mengalihkan pandangannya dari penggorengan. Sibuk membalikkan pisang goreng untuk sarapan keduanya pagi ini.

Sedangkan Juan, sang ayah kini sibuk membuat teh manis hangat.

" Tidak, hari ini ayah ke pelelangan untuk mengepak ikan-ikan hasil semalam, karena siang nanti orang dari kota akan mengambilnya." Meta mengangguk sebagai jawaban. Tangannya mematikan kompor setelah mengangkat pisang goreng dan memindahkannya ke piring.

Keduanya terduduk di kursi ruang tamu di temani sepiring pisang goreng dan dua mug teh manis hangat.

" Hari ini Meta jualan lagi?" sang Ayah yang bertanya, setelah meletakkan gelas minumannya. Meta mengangguk.

" Hm, Meta akan ke kecamatan bersama Khao yah. Semalam karya yang kita Buat cukup banyak." Juan tersenyum mendengar cerita putrinya.

" Hati-hati ya nanti di jalan. Jangan terlalu capek." Meta mengangguk disertai senyuman lebar hingga memperlihatkan dua gigi kelincinya.

Pagi itu, Meta dan sang ayah saling bertukar cerita. Tentang apa saja yang membuat keduanya begitu menikmati momen sarapan pagi dengan tawa canda, meskipun dengan menu sederhana. Yaitu pisang goreng pemberian mbok Ratmi, Penjual ikan keliling yang selalu membeli ikan pada ayahnya.

.
.
.
.
.

" Hari ini kamu jadi pergi?" Pertanyaan Mario, membuat Brian, yang tengah menikmati roti bakarnya mengangguk. Davikah yang duduk di samping suaminya itu mengernyit.

" Pergi kemana?" Mario menyeruput kopi miliknya sebelum menjawab pertanyaan sang istri.

" Ke daerah ujung kulon. Abrian mengambil alih proyek pembangunan resort disana." Davikah mengangguk. Dan kembali sibuk mengoleskan selai kacang pada roti gandumnya.

" Lokasinya jauh, kamu akan menginap apa pulang lagi?" Tanya Davikah seraya menatap anak sulungnya itu sejenak.

Abrian meletakkan sendok dan garpunya. " Kemungkinan Bri akan menginap mi, kalau pulang pergi kasian pak Imron." Mario dan Davikah mengangguk mengerti.

IM SORRYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang