# DAY : 4
# CLUE : IridescentKosakata Bahasa Inggris ini jika diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia, memiliki arti menampilkan warna-warna bercahaya yang tampaknya berubah ketika dilihat dari sudut yang berbeda. Singkatnya, kata ini berarti warna-warni.
.
.Iridescent lampu yang berasal dari gedung-gedung di kota metropolitan, menambah suasana hingar bingar dunia malam kota Jakarta. Berkumpul bersama kawan menikmati malam Minggu, sudah menjadi satu paket dengan kehidupan anak metropolitan.
Salah satunya di club malam mewah di kawasan Ancol. Kelap-kelip lampu, hentakkan musik EDM dari DJ di atas sana, membuat para anak manusia yang berada di lantai dansa bergerak, meliuk mengikuti alunan musik disco dengan suara yang berderap kencang. Lari sejenak dari penatnya masalah hidup yang menghimpit.
Sinar lampu yang Iridescent berputar di tengah ruangan luas juga dentuman musik yang sangat memekakkan telinga melengkapi keadaan diskotik yang menjadi tempat tongkrongan kaum milenial itu.
Di salah satu kursi VIP, dengan sofa panjang yang melingkar. Terlihat sekelompok anak muda-mudi dengan gaya Flamboyan tengah menikmati minuman berkadar alkohol.
Dengtingan gelas yang beradu di iringi sorak tawa, menambah riuh keadaan club yang di malam Minggu ini tampak penuh pengunjung."Let's party guys..!!! Huuuu..!" Seru wanita berambut panjang lurus itu dengan mengangkat gelasnya tinggi-tinggi.
"Sumpah, Nancy kalau sudah mabok gilanya nggak pernah nanggung!" Cinta berteriak berkata pada teman-temannya. Semuanya ikut menyoraki Nancy yang kini bangkit dari duduknya, kemudian melangkah menuju lantai dansa. Menghentakkan tubuhnya mengikuti alunan musik yang semakin kencang.
Malam semakin larut, semua manusia yang berada di ruang redup itu semakin menggila. Tak sedikit yang mulai mabuk dan liar. Saling bertukar saliva dengan siapa saja, menyentuh mengikuti bisikan nafsu yang mulai tidak terkontrol.
"Tumben nih, Brian kagak ikut nimbrung. Kemana tuh anak?" Michelle, pria yang memiliki kumis tipis itu bertanya pada temannya.
"Kagak tahu, tuh anak semenjak pulang dari Amrik jadi gila kerja." Jawaban yang diberikan Pratama mendapat anggukan setuju dari Cinta, Michelle. Sedangkan tiga temannya yang lain sudah mulai mabuk, dan Nancy yang masih sibuk menari entah dengan siapa.
"Eh Cin, itu bukannya si Prilly ya? Adeknya si Brian." Pratama bertanya seraya menunjuk seorang gadis yang juga memiliki paras blasteran yang baru saja datang bersama teman-temannya. Cinta dan Michelle mengikuti tangan sahabatnya itu.
"Prilly..!!" Cinta pun memanggil gadis bertubuh mungil itu dengan lambaian tangan. Memberi isyarat pada gadis itu untuk mendekat.
"Eh, kak Cinta, bang Tama, bang Michelle. Kebetulan ketemu, boleh gabung nggak?" Cinta menepuk sisi kirinya yang kosong. Dengan senyum lebar Prilly melambaikan tangan pada teman-temannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
IM SORRY
RomanceMeta Anggraini, yang menganggap Abrian adalah pria yang sempurna. Namun, kenyataan lain harus diterimanya ketika Meta menyadari satu hal. Dirinya belum mengenal baik sosok Abrian dengan baik. Ketidak setaraan kasta keduanya menjadi rintangan terbesa...