#DAY: 30
#CLUE: MenjuraMembungkuk dengan maksud untuk menghormati. ( Kaya salamnya orang China)
.
.
.
.Setelah menyelesaikan pekerjaannya, para tukang memulai pekerjaannya dengan memindahkan barang-barang material yang sudah di kirim seminggu yang lalu.
Resort yang di bangun berbahan dasar bambu juga kayu Jati dengan kualitas bagus, dengan menggunakan topi mandor berwarna merah, Abrian melangkah bersama pak Raffi. Menghampiri sang arsitek juga mandor yang akan memantau proses pembangunan.
"Saya harap kerja sama kita akan selalu lancar ke depannya. dan untuk pak Wendi, saya serahkan pekerjaan ini pada bapak. Saya harap pak Wendi tidak akan mengecewakan saya." Pria berambut klimis ini dengan rasa senang menyahut ucapan Abrian, yang ia panggil dengan sebutan bos besar.
"Tenang saja pak, saya akan bekerja semaksimal mungkin." Abrian mengangguk, memperhatikan pria di hadapannya di balik kacamata hitamnya. Setelah turun hujan satu jam yang lalu, kini matahari kembali terik menyinari bumi yang baru saja basah di guyur hujan.
Semburat pelangi terlihat melintang di sebelah barat laut. Melengkung indah dengan warna-warni yang terlihat begitu cantik.
"Pak Raffi setelah ini, saya mau langsung balik ke Jakarta. Jadi saya serahkan tanggung jawab di sini kepada bapak, jika ada masalah langsung hubungi sekretaris saya." Imbuhnya pada orang kepercayaannya itu. Pak Raffi mengangguk patuh pada apa yang baru saja Abrian katakan.
"Siap pak!" Abrian tersenyum tipis, menepuk pundak karyawannya itu pelan, sebelum pamit untuk pergi dari lokasi acara tadi berlangsung.
Ketika dirasa semua sudah ia periksa dengan seksama, para tamu undangan juga masyarakat yang ada di pulau tersebut kini tengah menikmati hidangan yang telah di siapkan oleh perusahaan PT.KG.Tidak jauh dari belakang tubuhnya, Mananta berjalan dengan langkah lebarnya. Mengejar pria yang malah meninggalkannya.
Sedangkan teman-temannya yang lain, memilih untuk menyusuri pantai. Pulau Panaitan tidak jauh berbeda dengan pulau sebelumnya. Yang membedakan hanya ombaknya saja, lebih besar dan menggulung. Memang cocok untuk yang memiliki hobi berselancar.
Meta memilih untuk duduk di atas tembok setinggi lututnya, yang di bangun tepat di bawah pohon besar nan rindang daunnya. Gadis berparas cantik itu,erasa ngeri ketika melihat bagaimana ombak yang saling berlarian saling menggulung dengan cukup tinggi.
Mengalihkan perhatiannya dari laut, laut di depannya memang indah, tapi di balik keindahannya, seakan ada pesan ancaman yang tengah di sampaikan oleh laut. Gadis cantik ini menahan ketakutannya, mencengkram kuat tali tas yang memggantung di bahunya.
Teman-temannya tampak menikmati suasana pulau Panaitan, bahkan Khao terlihat asyik menemani Michelle dan Tama berkeliling pantai.
"Hai Ta.." merasa seseorang menyapanya, Meta mengalihkan perhatiannya pada sosok cantik yang kini mendudukkan bokongnya di samping tubuhnya.
"Gue perhatikan, dari tadi Lo kaya nggak nyaman banget di sini." Meta mengulum senyum, ia tidak tahu jika salah satu teman wanita kekasihnya itu ternyata memperhatikannya.
"Nggak apa-apa mbak Cinta, saya cuma sedikit lelah." Cinta mengangguk pelan menerima jawaban yang masuk akal.
"Btw, selamat ya.." ucap Cinta lagi, yang menatap lurus ke depan. Senyum tipis hadir di bibirnya yang pink.
Meta mengernyit bingung, untuk hal apa Cinta memberinya ucapan selamat? Cinta mengalihkan pandangannya dan mendapati raut bingung dari kekasih sahabatnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
IM SORRY
RomanceMeta Anggraini, yang menganggap Abrian adalah pria yang sempurna. Namun, kenyataan lain harus diterimanya ketika Meta menyadari satu hal. Dirinya belum mengenal baik sosok Abrian dengan baik. Ketidak setaraan kasta keduanya menjadi rintangan terbesa...