11

120 27 12
                                    


# DAY: 11
# CLUE:  DERANA

.
.
.

Awan memperhatikan gedung tinggi yang ada di hadapannya itu dengan kernyitan di dahi, karena terik matahari yang mulai condong ke barat.

Kakinya melangkah ke dalam gedung, menghampiri satpam yang berjaga di bagian pintu masuk untuk bertanya di mana letak kantin kantor tersebut.

Setelah mendapat petunjuk arah dari satpam, kaki jenjangnya melangkah menuju tempat di mana Meta dan Khao berada.

Setelah dirinya selesai melakukan beberapa tes kesehatan, Awan segera menghubungi Meta dan menanyakan di mana keberadaan mereka.

Perasaannya ketika mengetahui jika Abrian membawa Meta adalah gelisah.

Mengetahui jika gadis itu juga dekat dengan pria lain selain dirinya, pria itu menggeleng keras, mengenyahkan pikiran-pikiran buruk yang belum pasti. ia harus Derana sebelum memastikannya.

Awan pun segera melajukan kendaraannya menuju daerah Marunda. Lokasi gedung perkantoran milik Abrian berada.

Kedua obsidiannya mengedar mencari sosok Meta. Keadaan kantin yang sudah lewat jam makan siang ini terlihat sepi. Hanya ada beberapa karyawan yang sibuk dengan laptop di depannya di temani satu gelas minuman berkafein.

Lambaian tangan yang berasal dari Meta, membuat Awan mengalihkan pandangannya ke arah sudut kantin, tersenyum ketika sudah menemukan sosok yang di carinya.

Di satu meja yang bukan hanya Meta dan Khao saja yang duduk, ada Abrian dan dua orang laki-laki yang memakai jas layaknya pekerja kantoran.

"Maaf, mas telat." Ucap Awan ketika tubuhnya sudah berada di dekat Meta. Atensi ketiga pria yang sedang terlibat obrolan penting itu teralihkan sesaat ketika melihat kedatangannya.

"Oh, mas.. silahkan duduk." Brian mempersilahkan pria yang baru saja datang itu untuk duduk di salah satu kursi yang masih kosong, di samping Tama.

Melihat ekspresi kedua sahabatnya, Abrian berdehem sebentar dan memperkenalkan Awan pada dua sahabatnya itu.

Awan mengulurkan tangan, menjabat kedua laki-laki yang menyebutkan namanya masing-masing.

"Michelle"

"Tama"

"Lo dari Tanjung lesung juga?" Awan mengangguk sebagai jawaban ketika pria bernama Michelle bertanya padanya.

"Wah, asik dong. Gue pernah tuh ke sana, kawasan pantainya bagus. Fasilitasnya juga nggak kalah sama yang di luar negeri."ucap Tama yang di sambut anggukkan setuju dari Michelle juga Abrian.

"Maka dari itu, Lo tahu kan pantai di sana tuh sebenarnya bagus-bagus, dan gue pengen memperkenalkan pada masyarakat luas kalau Indonesia juga punya destinasi yang bisa memanjakan mata dan merefresh otak yang lagi penat." Pria berwajah western itu berkata panjang lebar mengenai alasannya membangun proyek di salah satu Taman wisata di Ujung kulon itu.

"Tapi gue yakin tahap pembangunannya akan memakan cukup waktu Bri, apalagi di pulau itu gelombangnya cukup terkenal besar dan tidak bisa di prediksi." Sahut Michelle yang di mendapat anggukan setuju dari Tama.

"Nah, bener apa yang di ucapkan Michelle. Dan gue juga sempat Googling nih, di pulau Panaitan itu ada situs sejarahnya juga. Apa ya? Gue lupa." Ujar Tama yang membuat Michelle mendegus kesal.

"Lo mah apa sih yang nggak lupa? Heran gue, umur masih muda tapi kapasitas ingatan Lo malah menurun lebih cepat." Ucapan Michelle tentu saja membuat Abrian dan yang lainnya tertawa.

IM SORRYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang