#DAY : 2
#CLUE : Flamboyan- pohon, tinggi hingga 28 m, kayu terasnya keras dan berat, digunakan sebagai tiang dan balok lantai, bunganya indah berwarna jingga hingga kemerah-merahan〔Poinciana regia〕
-gemerlapan; serba megah: dia termasuk tokoh yang berpredikat -- di dalam dunia mode dan musikJika kalian bertanya pada Metawin tentang perasaannya saat ini, maka jawabannya hanya satu, Canggung.
Bagaimana tidak? Setelah selesai makan siang, Metawin dan Khao masih harus bertahan dengan Brian dan supirnya. Karena hujan yang tak kunjung reda. Metawin sesekali melirik ke arah jam yang menggantung di dinding rumah makan tersebut.
Sudah pukul 16.15, ayahnya pasti sangat khawatir karena dirinya yang belum sampai rumah. Khao yang menyadari kegelisahan sahabatnya itu pun menepuk pundak Meta pelan.
Abrian yang turut memperhatikan pun memberanikan diri untuk bertanya. " Ada apa?" Khao tersenyum tipis dan melirik sahabatnya sekilas. Sedangkan Metawin, gadis itu masih sibuk dengan pikiran yang berkecamuk di kepalanya.
" Dia hanya takut ayahnya khawatir. Karena hari sudah sore, tapi dia belum ada di rumah." Abrian mengangguk faham ketika mendengar jawaban yang diberikan Khao.
Pria yang memiliki wajah blasteran itu melirik keluar, hujan sudah tak sederas tadi. Abrian membereskan barang-barang miliknya, di ikuti pak Imron yang juga bangkit dari duduknya. " Ayo, saya antarkan kalian pulang." Metawin menolehkan kepalanya pada pria yang tengah tersenyum padanya.
Dapat Brian tangkap raut bimbang di wajah manis Metawin. " Masih hujan, dan saya sama sekali tidak merasa di repotkan." Metawin melirik sekilas pada Khao, dan melihat sahabatnya itu mengangguk. Akhirnya Metawin pun mengangguk menerima tawaran Abrian.
Pria tampan itu tersenyum puas melihat anggukkan yang Metawin berikan. " Mari, nanti kalian tinggal tunjukkan saja arahnya ya.." ucap Abrian yang lagi di balas anggukkan oleh kedua orang yang berjalan di belakangnya.
.
.
.Range Rover sport 3.0 HSE berwarna hitam milik Abrian, mulai melaju, menuju alamat yang kau berikan. Pemuda yang memiliki poni itu berdecak kagum ketika menaiki mobil mewah yang baru pertama kali ini di tumpanginya.
Bibirnya sejak tadi tidak berhenti mengeluarkan decak kagum, ketika melihat fasilitas yang ada di dalamnya.
" Mas, ini TV ya?" Meta yang duduk di kursi penumpang bersama Abrian hanya tersenyum melihat tingkah sahabatnya itu. Abrian terkekeh. " Bisa dikatakan begitu, kamu ingin lihat?" Jawab Brian seraya bertanya. Khao tersenyum lebar hingga deretan gigi putihnya terlihat sempurna. " Jangan mas, lagi hujan kilat, Bahaya." Jawab Khao yang langsung di sambut gelak tawa dari pak Imron yang sejak tadi hanya diam mendengarkan. Abrian dan Meta pun terkekeh dengan jawaban yang di lontarkan Khao.
"Kalau boleh tahu. Apa yang kamu bawa, Ta?" Pemuda berparas tampan itu kini mengalihkan perhatiannya pada sosok manis yang duduk di sampingnya. Meta yang ditanya melihat kedua obsidian yang tengah menatap ke arahnya. Entah kenapa ditatap seintens itu, membuat degup jantungnya meletup-letup seperti air mendidih. "Apa aku boleh melihatnya?" Gadis berparas manis itu mengerjapkan manik indahnya lucu, ketika Abrian kembali bertanya." Saya jual hasil karya dari kerang, mas." Jawabannya membuat Abrian mengeluarkan ekspresi penasaran.
"Benarkah?" Meta tersenyum seraya mengangguk semangat. Kedua tangannya mengangkat kantong plastik berukuran lumayan besar yang tergeletak di bawah kakinya, kemudian meletakkan di atas pangkuannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
IM SORRY
RomanceMeta Anggraini, yang menganggap Abrian adalah pria yang sempurna. Namun, kenyataan lain harus diterimanya ketika Meta menyadari satu hal. Dirinya belum mengenal baik sosok Abrian dengan baik. Ketidak setaraan kasta keduanya menjadi rintangan terbesa...