#DAY: 38
#CLUE: PULANG.
.
.
.
.Dentingan jam dinding sebanyak dua kali di ruang tengah terdengar begitu nyaring, Meta yang tertidur di ruang keluarga pun terbangun dari tidurnya yang tampak gelisah. Dengan berat, wanita yang mengenakan piyama berbahan satin itu membuka kelopak matanya. Mengernyit ketika melihat jarum jam yang mengarah pada angka dua.
Pandangannya mengedar, benaknya bertanya, apakah suaminya sudah Pulang? Dengan lunglai, wanita itu bangun dari posisinya. Melangkah menuju anak tangga, tapi gerak kakinya terhenti saat rungunya mendengar deru mesin mobil berhenti di depan halaman rumahnya. Dengan segera Meta membawa tungkainya ke arah jendela tinggi yang ada di samping pintu utama, mengintip melalui celah gorden berwarna biru Dongker itu, untuk melihat siapakah gerangan yang datang.
Kedua binarnya mengernyit ketika melihat Michelle turun dari pintu kemudi, di susul seorang wanita yang Meta kenali adalah Cinta. Wanita itu turun dari kursi belakang. Dengan rasa penasaran, Meta memutuskan untuk pergi keluar.
Ketika pintu rumahnya terbuka, netra kembarnya mendapati sosok Abrian yang terkulai tidak sadarkan diri. Seketika Meta menutup indera penciumannya kala aroma menyengat dan bau menguar dari tubuh ketiga manusia di depannya.
"Sorry, Ta. Bau kita nggak enak ya? Ini si Brian mabok soalnya, boleh di bawa masuk nggak nih anaknya?" Cinta dan Michelle saling melempar pandang, ketika tidak ada jawaban dari istri sahabatnya ini. Meta justru diam melamun dengan tatapan lurus ke arah Abrian.
"Ta?!" Panggil Cinta disertai tepukan pelan di lengan Meta. Wanita itu mengerjap beberapa kali, kembali tersadar dari lamunannya.
"Kita bawa Brian ke kamar ya, berat nih anak." Keluh Michelle yang sejak tadi tubuhnya menjadi tumpuan badan besar suaminya. Dengan cepat Meta menyingkir, memberi ruang agar. Ketiganya bisa masuk.
Setelah membaringkan Abrian di atas tempat tidur, Meta melangkah keluar untuk mengantar kedua sahabat suaminya itu pulang.
"Ta, kita pamit pulang dulu ya. Sorry ganggu waktu tidur kamu." Ucap Michelle sebelum memasuki mobilnya.
"Iya, Ta. Gue juga minta maaf. Lo pasti bingung kenapa Brian bisa sampe mabok begitu." Cinta yang berdiri di samping Michelle ikut menimpali, Meta tidak tahu harus berekspresi seperti apa. Tapi ia memaksa senyumnya, agar mereka tidak khawatir padanya.
"Nggak apa-apa mas Michelle, mbak Cinta. Nanti biar Meta tanya sendiri sama mas Bri, yang penting sekarang kan mas Bri sudah pulang dalam keadaan selamat." Balas Meta yang membuat Michelle mengangguk beberapa kali. Keduanya pun pamit, meninggalkan sang tuan rumah yang masih setia berdiri di depan pintu.
Helaan napas panjang keluar dari ranumnya, Meta kembali masuk ke dalam rumah tidak lupa mengunci pintunya. Sebelum ke kamar, Meta lebih dulu pergi ke dapur mengambil baskom kecil yang sudah ia isi dengan air hangat. Menyiapkan satu handuk kecil dan tak lupa satu gelas air, lalu membawanya ke kamar.
Dengan telaten, Meta melepas sepatu yang masih di pakai suaminya, menyimpannya di bawah samping tempat tidur, melepas jas juga kemeja yang sudah tampak lepek karena keringat yang keluar dari tubuh Abrian. Kini keadaan pria yang tengah terlelap itu sudah dalam keadaan setengah telanjang.
Meta mencelupkan handuk putih ke dalam baskom yang berisi air hangat, memerasnya kemudian mengusapkannya pada tubuh berkeringat Abrian.
Dengan lirih Meta berkata dengan raut penuh khawatir "kamu kenapa mas? Kenapa harus sampai mabuk begini? Kamu ada masalahkah?" Sebagai seorang istri, Meta tentu saja berpikir yang tidak-tidak saat mendapati suaminya pulang dalam keadaan mabuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
IM SORRY
RomanceMeta Anggraini, yang menganggap Abrian adalah pria yang sempurna. Namun, kenyataan lain harus diterimanya ketika Meta menyadari satu hal. Dirinya belum mengenal baik sosok Abrian dengan baik. Ketidak setaraan kasta keduanya menjadi rintangan terbesa...