#DAY: 13
#CLUE: MelaungArtinya: berteriak keras dan lantang , berteriak nyaring
.
.
.Hening, hanya terdengar obrolan-obrolan yang menghibur yang berasal dari Radio yang sejak tadi di nyalakan oleh si pengemudi.
Khao yang sudah terlelap di kursi penumpang, karena kelelahan setelah bermain seharian penuh. Sedangkan Meta? Gadis itu sejak tadi diam, tapi senyumnya tak pernah luntur dari awal mereka memulai perjalanan pulang. Bahkan wajah cantik itu terlihat lebih bahagia.
Samar, pria yang sejak tadi mempfokuskan dirinya ke jalanan melihat pipi putih itu memerah setelah melihat pesan yang masuk ke ponselnya.
Ada ribuan pertanyaan yang ingin ia ajukan, tapi ia sendiri bingung harus memulainya dari mana.
"Mas, Meta boleh nanya nggak?" Awan yang sejak tadi kebingungan, pun tanpa sadar menghela napas karena gadis itu bertanya lebih dulu.
"Boleh, mau tanya apa?" Jawab Awan yang melirik Meta sekilas sebelum kembali mengalihkan perhatiannya ke jalanan.
"Mas percaya sama cinta pada pandangan pertama?"gadis itu bertanya tapi tidak memperhatikan pria yang kini tengah meneguk ludahnya susah payah. Sedangkan Meta memilih untuk menyandarkan kepalanya ke kaca jendela dengan menikmati suasana jalanan.
Gedung-gedung tinggi sudah tidak begitu terlihat, mungkin karena laju mobil yang di naikinya sudah di luar Jakarta.
Sepanjang jalan, yang di lihatnya hanyalah pemandangan pesawahan di tengah malam, juga lampu-lampu yang berasal dari perumahan milik warga.
Ya, sebentar lagi dirinya akan memasuki tol Cikupa.
"Kenapa tiba-tiba kamu tanya begitu?" Alih-alih menjawab, pria itu justru balik bertanya.
Meta mengalihkan perhatiannya, kini binar beningnya sepenuhnya menatap pria yang masih menempati ruang di sudut hatinya.
Meta tidak tahu, bagaimana perasaannya saat ini. Pengakuan cinta yang dilakukan Abrian sore tadi, membuatnya berbunga-bunga. Ingin rasanya ia Melaung, mengekspresikan apa yang hatinya rasakan. Ia tidak bisa membohongi hati dan perasaannya, bahwa ia sangat bahagia. Tapi, ketika melihat sosok Awan. Kebimbangan menelusup dalam hatinya.
"Meta cuma ingin tahu saja pendapat, mas." Pria itu mengulas senyum simpul, mengusak rambut gadis yang masih singgah di singgasana hatinya itu dengan lembut.
"Karena Meta pernah mengalaminya." Awan melirik sekilas gadis itu.
"Oh ya?" Sahut Awan, tapi kini rasa penasarannya semakin menjadi ketika tahu hal tersebut.
Pernah? Meta mengatakan jika dia pernah jatuh cinta pada pandangan pertama? Siapa? Pada siapa?
"Iya, tapi itu udah lama. Meta pikir tidak akan pernah ngalamin lagi."balas Meta dengan helaan napas yang keluar dari bibir ranumnya.
"Tapi sekarang, Meta merasakan perasaan itu lagi. Dan sekarang... Entah kenapa terasa lebih mendebarkan, hati Meta bahkan sampai sekarang masih berdegup kencang."penjelasan yang keluar dari mulut itu membuat Awan terpekur.
Ada ketakutan yang merayapi hati dan pikirannya ketika mendengar setiap kata yang keluar dari ranumnya.
Kecurigaannya mulai terasa jelas, siapkah ia menerima kenyataan jika hati gadis pujaannya memilih untuk di isi oleh pria lain?
"Apakah.... Dia... Abrian?" Tanya Awan hati-hati, atau mungkin sedikit ragu untuk mendapat satu kepastian.
Pria itu melirik gadis di sampingnya dengan seksama.
Melihat perubahan wajah Meta.
KAMU SEDANG MEMBACA
IM SORRY
RomanceMeta Anggraini, yang menganggap Abrian adalah pria yang sempurna. Namun, kenyataan lain harus diterimanya ketika Meta menyadari satu hal. Dirinya belum mengenal baik sosok Abrian dengan baik. Ketidak setaraan kasta keduanya menjadi rintangan terbesa...