25

90 16 4
                                    


#DAY: 25
#CLUE: Jenggala

Artinya Hutan Rimba

.
.
.
.

Sudah pukul 16.15, Abrian dan yang lainnya sudah terlihat lebih segar, setelah beristirahat.

Semuanya memutuskan untuk bermain air di pantai, di temani beberapa hewan Rusa atau pun babi juga monyet yang berkeliaran bebas. Keluar dari Jenggala yang ada di sisi lain pulau ini, karena mencari makan.

Tidak jarang Nancy atau Prilly akan menjerit ketakutan ketika melihat seekor Biawak yang lewat. Mananta dan Abrian terlihat sedang mengakrabkan diri dengan beberapa monyet yang sedang bergelantungan di atas pohon.

Mencoba menarik Meta untuk ikut bergabung, tapi gadis itu menolak. Bukan karena tidak mau, tapi karena Meta takut. Sejujurnya, ia tidak terlalu menyukai hewan. Hanya hewan tertentu yang menurutnya tidak berbahaya, seperti kucing atau burung. Selain itu ia akan merasa takut.

Meta dan Khao ikut bergabung dengan Cinta, Prilly juga Nancy berenang di laut. Ada juga Michelle dan Tama yang bermain pasir seperti anak kecil, terkadang dua pria dewasa itu akan berlarian ke sana ke mari saling melempar pasir.

"Hey, kalian sedang apa?" Tanya Prilly penasaran ketika melihat Khao dan Meta yang sedang memilih beberapa kerang yang terbawa ombak.

Bukan hanya kerang, tapi ada beberapa bintang laut dan terumbu karang.

"Mengumpulkan kulit kerang ini." Jawab Meta, menatap sekilas pada sosok Prilly yang berdiri di depannya. Gadis muda itu ikut bergabung dengan Khao dan Meta, mengambil salah satu kulit kerang yang memiliki corak coklat bercampur dengan warna merah juga putih. Cantik, Prilly tersenyum melihatnya, kemudian kedua binar kembar itu kembali mencari kulit kerang yang lain yang memiliki corak yang bagus.

"Ini untuk apa jika sudah terkumpul?" Tanya Prilly, memasukkan kulit kerang yang tadi ia ambil lalu memasukkannya ke dalam plastik. Khao tersenyum mendengar pertanyaan yang diajukan oleh gadis muda itu.

"Kau suka gelang atau kalung?" Alih-alih menjawab, Meta justru bertanya pada Prilly yang menatapnya bingung.

Sejenak gadis itu tampak berpikir.

"Hm, aku lebih suka kalung. Tapi tergantung juga. Kenapa memangnya?" Jawab Prilly yang di anggukkan oleh Meta.

"Nanti kamu juga akan tahu." Balas Meta membuat gadis muda itu mengernyit, lalu mengedikkan bahu tidak peduli.
Ia bangkit dari posisinya.

"Aku ke sana dulu ya." Khao dan Meta hanya menggumam sebagai jawaban. Prilly berlari menghampiri Cinta dan Nancy yang tengah bersantai di pinggir pantai.

Di atas sebuah kursi yang memang di sediakan untuk para pengunjung. Tidak lama kemudian, beberapa pelayan Resort datang dengan membawa beberapa makanan yang ternyata sudah di pesan oleh Abrian. Semuanya berkumpul untuk menikmati makan malam.

Dengan suguhan panorama laut juga beberapa suara hewan liar yang berasal dari Jenggala yang ada di tengah pulau, menjadi musik alam yang membuat suasana makan malam mereka menjadi lebih berkesan.

Hidangan yang mayoritas adalah menu seefood itu mendominasi meja yang ada di tengah, ada yang berkuah, di bakar atau dibumbui dengan bumbu rempah-rempah juga cabe.

Menggugah selera untuk mereka yang memang menyukai pedas.

"Sayang, ayo kita makan dulu." Meta mendongakkan kepalanya dan menemukan sosok Abrian yang berdiri di sampingnya, pria itu mengulurkan tangan ke arahnya untuk ia genggam.

IM SORRYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang