Chapter 7

887 67 3
                                    

"Ayo Jay sini nyebur juga dong"

"Iya bentar, aku ambil kaos dulu. Gak kayak hyung yang pake kemeja sama jeans main nyebur aja"

"Katanya langsung nyebur aja, yaudah" Heeseung mempoutkan bibirnya, setelah itu menenggelamkan kepalanya ke kolam.

Tidak lama kemudian Jay bergabung bersama Heeseung.

"Loh katanya ambil kaos kok malah-" Heeseung mengalihkan pandangannya kearah lain
"Malah shirtless :("

"Kenapa hmm?🌚"

"Gak papa kok hehe, oh iya disini sepi banget ya. Hotelnya gk laku apa gimana?"

"Belum tau aja hyung aku yang suruh ngosongin nih tempat buat kita berdua"

1 jam mereka berenang. Dan tepat sekali mereka bisa menikmati sunset.

"Wahh indah sekali, aku gk pernah lihat sunset dari tempat tinggi kayak begini"

"Hyung mau lihat tiap hari gk? Makanya nikah sama aku"

"Ok deh aku mau Jay nikah sama kamu"

Eh semudah itu, demi sunset diatas lantai 45?

"Gak hyung, aku mau cinta dari hyung juga tidak semata-mata seperti membeli hyung"
Jay menatap Heeseung yang berada disebelahnya dengan tatapan serius.

"Kamu beneran apa suka sama aku?"
Heeseung hanya memastikan disini, tentu saja mereka baru bertemu kemarin, ada perasaan tidak yakin yang mengganjal apa lagi Jay kan masih SMA.

"Tatap mataku hyung, jawabannya ada disini" Jay mencoba mangalihkan pandangan Heeseung untuk menghadapnya. Heeseung hanya terdiam, indah sekali mata Jay.

"Apa aku berbohong?"

Heeseung menggeleng
"Tapi maaf Jay aku belum bisa suka padamu"

Lah belum bisa? Berarti nanti bisa dong. "Wehh aku dikasih lampu ijo nih hyung?"

Heeseung hanya mengangguk mengiyakan

"Waa terima kasih hyung"

Entah ini adalah pilihan yang tepat atau tidak bagi Heeseung, namun dengan melihat kesungguhan dimata Jay dia akan berusaha menyukai pemuda yang sedang memeluknya saat ini.

"Berarti sekarang hyung jadi pacar aku dong? Asik punya pacar bisa pamer"

Sesuai dugaan bocil memanglah bocil.

"Hmm terserah, ayo kita bersih-bersih lalu berangkat. Jaraknya lumayan jauh dari sini dan ini sudah pukul 6"

"Mandi berdua yuk hyung"

"Heh mulutmu"

"Aku hanya menyarankan agar lebih cepat" Jay menaikturunkan alisnya yang membuat Heeseung bergidik ngeri.

"Tidak-tidak aku saja yang duluan"

Ini hotel Seung, kamar mandinya banyak untung kamu gk terpengaruh tadi, bisa-bisa ada adegan itu. Kan kecepetan baru juga berapa chapter :).

20 menit kemudian mereka pun tiba di loby.

"Ntar hyung aku mau bilang mbak nya dulu, hyung disini aja jangan kemana-mana nanti ilang"

Dikira Heeseung anak kecil apa. Dia bahkan lebih tua 2 tahun dari Jay.

"Ayo hyung sudah"

Jay menarik tangan Heeseung agar segera pergi dari sana karena dia mendapatkan informasi bahwa ayahnya akan segera kemari.

"Itu ada bus ayo naik" Bukan Heeseung, tapi Jay yang mengatakan itu

"Eh kenapa terburu-buru sekali?"

"Tidak apa hyung aku hanya mengantuk ingin tidur saja di bus" Alasan yang bagus

"Eoh kamu lelah? Apa sebaiknya kita pulang saja?" Hayoloh Jay

"Enggak, aku istirahat sebentar juga langsung seger"

Mereka pun naik di bus itu dan Jay tidur dipundak Heeseung. Lega sekali dia tidak bertemu dengan ayahnya.

Di hotel

"Selamat malam Pak, tadi tuan muda juga kesini bersama pembantu baru nya untuk menyewa kolam renang atas" Ember sekali mulutnya mbak :)

"Oh benarkah? Dia punya pembantu? Yang benar saja, terima kasih atas informasinya"

Pukul 7.10 mereka telah sampai di Pasar Malam.

"Kamu beneran udah gk capek?" Mereka berdua sedang duduk di kursi taman dekat pintu masuk.

"Iya sayang udah enggak kok, habis tidur dipundak kamu tenaga ku pulih 1000%" Jay kembali ke mode penggoda nya. Seseorang tolong selamatkan jantung Heeseung.

Karena suasana yang canggung
"Ayo masuk keburu tutup nanti"

"Pak tiketnya untuk 2 orang ya"
Heeseung hendak memberikan uangnya namun dicekal oleh Jay

"Pake ini aja pak"

"Mohon maaf tapi kami hanya menerima pembayaran tunai"

"Ish udah hyung aja yang bayar, black card kamu tuh gabisa dipakai di segala tempat. Ini pak"

Jay berfikir, ada ya tempat yang gabisa dia bayar pake kartunya. Apa iya kartunya dibuang aja? Jangan Jay kasih aku aja.

Setelah keduanya masuk mata Jay langsung berbinar-binar. Wahh ada ya tempat seperti di film-film di kehidupan nyata.

"Mau naik apa dulu?"

"Aku mau naik itu hyung"

"Eh komedi putar? Boleh ga ya? Kamu kan bongsor banget, sebentar hyung tanyain dulu. Ayo"

"Mohon maaf pak, apa kami bisa naik?"

"Ohh bisa kok mas, ini untuk segala umur"

"Yeee bisa naik" Pekik Jay dengan semangat dan langsung menaiki kudanya.

"AYO JALAN" Jay ditatap dengan sinis dengan ibu-ibu disana.

"Tuh orang apa gk malu udah gede masih naik begituan"

"Iya jeng, malu dong sama badannya"

Heeseung yang mendengar semua itu memutar bola matanya malas. Iya Heeseung gk ikut naik, biar dia bisa liat Jay aja, ee ciyee. Heeseung tersenyum melihat Jay yang sangat bahagia disana.

"Wahh hyung sangat menyenangkan naik itu, aku juga ngobrol tadi sama anak-anak disana"

"Kak Jay besok-besok kita ketemu lagi ya, ngelanjutin perang yang tadi" Ucap anak kecil yang membawa permen kapas.

"Ok siap jagoan, sekarang pulang ya, itu mamamu udah nunggu."

"Bye kak~"

"Bye~"
"Ayo hyung sekarang kita ngapain? Tapi aku pengen naik lagi hyung, boleh ga ya?"

"Ohh boleh banget kamu naik aja lagi, hyung mau main tembak-tembakan dulu disana, kalau udah selesai samperin aja ya"

"Ok hyung. Bentar"

'cup'

Hanya cium dipipi, tapi Heeseung sudah tidak karuan. Baiklah dia harus bergegas pergi.

Tbc

Thanks |Jayseung|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang