Chapter 22

610 31 0
                                    

"Gak mau Bu, aku mau tinggal disini sama Heeseung Hyung" Jay memeluk Heeseung erat, karena sepertinya Ibu dan Ayahnya berbaikan ia jadi harus tinggal bersama mereka lagi.

"Aku gak mau tinggal sama Ayah lagi, Ibu aja yang tinggal disini sama aku dan Heeseung Hyung" Tambahnya. Ini mereka sedang berbicara di ruang tamu, semakin lama pembicaraan ini berujung perdebatan hingga Jay tidak mau pergi dari sini.

"Oh gitu, lebih sayang Heeseung daripada Ibu?" Jawab Baekhyun sinis. "Bukan begitu, tapi-" Perkataan Jay terpotong karena Heeseung melepaskan diri dari pelukannya. "Kamu harus pulang Jay" Ucapnya pelan disertai senyuman.

"Tidak mauuu Hyung" Tiba-tiba Jay terpikirkan sesuatu. "Ahh aku mau pulang bersama Ibu dengan satu syarat" Baek mengerutkan dahinya, apalagi permintaan dari putranya ini?

"Heeseung Hyung tinggal bersamaku" Astaga Baekhyun terkekeh, kenapa anaknya ini begitu mendalami peran menjadi bucin seorang Heeseung? Mirip sekali dengan Ayahnya yang memang seperti itu.

"Tentu saja boleh, kenapa tidak? Lagipula Heeseung tinggal sendirian kan disini, ayo kemasi barang kalian. Oh iya jangan khawatir soal Seokmin dan Jisoo, Ibu akan bilang pada mereka nanti" Jelas Baekhyun panjang lebar, Jay tersenyum jahil kepada Heeseung, sementara Heeseung? Ia panik.

"Eh Jay, tidak apa-apa kok. Hyung tinggal disini saja" Muka Jay kembali murung, ia menatap Heeseung melas. "Kenapa Hyung tidak mau tinggal denganku? Sudah muak denganku? Hyung jahat" Ahh kenapa Heeseung sangat lemah saat melihat Jay memohon padanya? Ia menggeleng pelan. "Baiklah, aku akan ikut" Final nya. Jay kembali memeluk Heeseung, dan kali ini lebih erat.

"Bucin, baiklah Ibu jemput nanti siang ya? Ibu mau mengurus beberapa hal dulu. Sampai jumpa" Baekhyun pergi meninggalkan mereka berdua yang sedang berpelukan di ruang tamu.

"Darimana aku harus memulai?" Baekhyun bermonolog pada dirinya sendiri saat ia berjalan kearah halte bus di dekat rumah Heeseung, kenapa tidak naik mobil? Ia hanya ingin sedikit bebas dan tidak ingin terlihat mencolok saat mencari bukti tentang kematian Claire.

"Hanya ini yang aku punya" Baekhyun menggenggam catatan kecil yang berupa alamat seseorang yang menelpon Claire sebelum ia tewas. "Semoga musuh Claire adalah temanku, akan sangat berbahaya jika dia menyerangku juga Hahah" Baekhyun tidak bodoh tentu saja semata-mata menganggap semua ini kebetulan.

Drrt drrt

"Ada apa Chan?" Baek mengangkat telepon nya saat ia sudah sampai di halte bus.

"Kamu dimana Love? Aku mencari mu ke seluruh ruangan tapi kamu tidak ada"

"Aku ada urusan sebentar, ini masih pagi tidurlah lagi. Aku akan pulang nanti siang setelah menjemput Jay dan Heeseung pulang kesana"

"Kamu berhasil membujuk Jay?"

"Iya, dengan bantuan Heeseung tentu saja"

"Ada urusan apa di hari Minggu seperti ini?"

Baekhyun terdiam, ia harus menjawab apa? Masa iya. 'Aku sedang menyelidiki kasus kematian istrimu yang lain' Eww bahkan Baek tidak sudi menganggapnya seperti itu.

"Kepoo, sudah tidur sana. Aku tutup ya? Aku mencintaimu"

Pip

Baekhyun kembali memasukkan handphone nya ke tas dan menunggu bus nya datang, ini jam 8 pagi harusnya sebentar lagi. Dan bus datang ketika Baek memikirkannya.

'Semoga berhasil Baekhyun' Inner Baek saat memasuki bus.

Sementara di lain tempat...

"Lepaskan Hyung dulu Jay, katanya kamu lapar" Jay menggeleng, tidak mau pokoknya melepaskan Heeseung dari pelukannya, mau nempel terus. Heeseung menghela nafasnya dan bangkit dari sofa ruang tamu menuju dapur dengan Jay tentu saja yang memeluknya dari belakang. Akan sangat sia-sia jika terus berdebat, dirinya juga lapar.

"Mau makan apa?" Heeseung mengecek kulkasnya yang hampir kosong. Jay ikut melihat ke dalam kulkas dan berbisik tepat di telinga Heeseung. "Makan Hyung saja boleh tidak?" Sontak saja Heeseung memukul pelan pipi Jay agar ia menjauh dari area telinga nya, dirinya ini sangat serius bertanya namun dijawab seperti itu. "Yaaa pipinya memerah" Ejek Jay yang menekan pipi kiri Heeseung yang memerah.

"Tidak usah makan kalau begitu" Heeseung mencebikkan bibirnya kesal dan menatap Jay kemusuhan. "Baiklah aku serius" Jay mencubit pipi Heeseung sesaat lalu mengeratkan pelukannya. "Bagaimana jika ramyeon saja? Ayo makan ramyeon" Satu cubitan kasar mendarat pada perut Jay, yang dicubit hanya terkekeh. Sangat menyenangkan menggoda Heeseung seperti ini karena yang digoda sangat mudah merona.

"Mau sandwich saja deh Hyung" Heeseung mengangguk dan mulai membuat sandwich untuk mereka berdua.

"Hyung tahu tidak?" Heeseung memutar bola matanya malas, sesi keju bersama Jay akan dimulai.

"Hmm?" Hanya deheman saja karena Heeseung masih fokus memasak, apalagi gerakannya terhambat karena Jay menempelinya seperti ini.

"Aku sangat mencintaimu Hyung" Entah ke berapa kali Jay mengatakannya, tapi hal itu selalu sukses membuat Heeseung merona. "Aku juga sangat menyayangimu Hyung" Heeseung menodongkan pisau yang ia bawa pada Jay. "Jangan diteruskan, aku sangat maluu"

"Hahahaha, baiklah"

"HEESEUNG" Ayahnya entah sejak kapan masuk dengan terburu-buru kearah dapur.

"Dimana Baekhyun Hyung?" Tanya Seokmin saat berada di dapur. Heeseung meninggalkan acara nya dan berjalan kearah Ayahnya setelah Jay melepaskan dirinya.

"Sedang pergi, kami juga tidak tahu kemana" Jawab Heeseung yang membuat Seokmin menghela nafasnya.

"Astaga, dia sangat keras kepala" Seokmin mengeluarkan handphone nya untuk menghubungi Baek.

Panggilan tersambung dan langsung saja dijawab oleh Baek.

"Jangan khawatir, aku baik-baik saja"

Tentu saja Seokmin kesal karena jawaban enteng Baekhyun. Dia sendirian seakan masuk ke dalam jebakan sang pembunuh, mana mungkin Seokmin tidak khawatir?

"Untuk saat ini kamu mungkin baik-baik saja Hyung, tapi tidak untuk nanti. Aku akan menyusulmu, tunggu aku dan jangan sendirian"

Pip

"Jangan beri tahu apapun pada Ayahmu Jay, dia akan sangat marah nanti. Aku akan menyusul Ibumu"

Seokmin pergi dari sana.

"Pasti Ibu sedang mencari orang yang telah membunuh nenek sihir itu. Memang Ibu itu orangnya kepo an, aku yakin Ibu akan baik-baik saja" Jay menjelaskan kepada Heeseung karena sepertinya Heeseung tidak tahu apapun.

"Tapi-" Baru saja Heeseung ingin bertanya namun bibirnya dikecup oleh Jay. "Jangan pikirkan hal itu, Ibuku sangat hebat. Pasti semuanya akan baik-baik saja" Heeseung mengangguk, ia kembali melanjutkan melanjutkan acara memasaknya yang tertunda. Dan tentu saja kembali dengan pelukan Jay.

'Semuanya bahkan tidak berjalan baik setelah nenek sihir itu meninggal. Sial' Inner Jay, ia kira semua akan baik-baik saja setelah Claire tiada. Masalahnya malah semakin runyam.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Tbc

...

Haii semuanya aku kembaliii, memang ya saya ini author yang tidak bertanggung jawab huhu. Kalian yang baca dari lama mungkin menyadari gaya penulisan ku berubah, dan aku harap kalian gak terganggu dengan gaya penulisan ku yang baru. Kalau kesulitan bacanya bilang ya hehe, aku akan ubah lagi seperti chapter sebelum-sebelumnya.

Oh iya Terima Kasih banyak ya yang sudah baca, vote dan comment. Aku sayang kalian hehe, peluk jauhh.

See you~

Thanks |Jayseung|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang