Selamat membaca
Monggo enjoy~~~~~
NCT 127 – Another World~~~~~
“Tidak ada yang namanya kebetulan, karena semuanya telah digariskan oleh Tuhan.”
~~~~~
Brakkk
Motor matic tua yang untungnya masih bisa dipakai telah menabrak sebuah warung remang-remang berada di pinggir jalan. Aku menyesal begitu dalam, kenapa waktu itu aku makan kangkung hingga mengakibatkan mengantuk di jalan.
Jika saja aku tidak memasak tumis kangkung waktu itu, mungkin aku masih bisa berlari mengantarkan paket sesuai waktu. Bukan terbaring lemah dengan infus yang menancap di tangan seperti ini. Lagipula siapa yang membawaku kesini?
Sebelum kesadaranku sepenuhnya hilang, terdengar perdebatan cukup keras yang aku yakini sebagai sang pemilik warung dengan orang lain. Motor peninggalan orangtua yang harus dijaga dan diteruskan ke generasi selanjutnya telah ringsek parah di bagian depan. Hanya itu warisan yang aku punya, lalu apa yang harus aku berikan kepada adikku nanti?
Malangnya nasibmu adikku.
“Mbak Rosi!”
Panjang umur.
Baru dibicarakan dalam hati, orangnya sudah muncul di depan raga.
“Ada apa?” tanyaku tanpa menoleh ke arahnya, malu bos.
“Ada apa, ada apa! Mbak nyadar nggak sih kalau udah bikin kita jadi omongan tetangga? Utang kita masih banyak mbak, terus ditambah benerin warung yang mbak tabrak, belum lagi bayar rumah sakit. Mbak pikir aku punya uang?!"
Aku menghembuskan nafas kasar, malangnya adikku.
Apa yang dikatakan adikku – Rosa ada benarnya. Motor rusak, belum lagi mengganti kerugian warung. Apalagi setiap hari sering lewat situ, malu dong kalau tidak diganti. Seharusnya aku mengikuti saran Rosa agar tidak dirawat di rumah sakit, karena memang luka di tubuh hanya sedikit. Seperti kepala bocor, siku hingga lengan tergores gembok warung, pergelangan kaki yang bengkak, dan dada yang terasa sesak karena terbentur kepala montor.Ini semua bisa dirawat di rumah bukan?
“Udah gampang, tinggal ngutang.”
Bisa kulihat lewat ujung mata bahwa Rosa menggelengkan kepala dengan cepat seolah frustasi dengan semua kejadian ini.
“Aku nggak mau tahu ya Kak, uang Rosa yang sekarang buat bayar kuliah. Nanti aku bantu lewat gaji di kafe bulan depan.”
Aku menggeleng pelan. Tidak ada keinginan untuk menyusahkan saudariku ini, tetapi sifat keras kepalanya sangat sama denganku. “Nggak usah, gaji kamu ya buat kamu. Kakak bisa cari sendiri, fokus aja sama kuliah. Kalau nanti ikut urusan orang dewasa kamu juga yang repot, jangan dipikirin.”
“Awas aja kalau nggak bisa jadi orang kaya!” ucapku dengan mata melotot ke arahnya.
Bibir Rosa mengerucut kesal melihatku, tidak lama setelah itu dia menghambur ke pelukanku.
Sungguh malang nasib kami berdua, orang tua sudah tidak ada, para saudara berada di pulau Jawa, dan tinggallah kami di ibukota yang kejam ini.
~~~~~
Setelah acara tangisan selesai, kami berdua memutuskan untuk segera pulang dari rumah sakit ini. Jika semakin lama di rawat disini, maka semakin mahal pula biayanya. Kami yang memang menghargai waktu, tidak lebih tepatnya menghargai uang tidak akan menghamburkan uang kam dengan duduk dan menunggu perawat datang.
Melepas selang infus sendiri dan menempelkannya dengan tisu, tidak perduli seberapa sakitnya jarum panjang itu keluar dari tanganku, yang terpenting biaya perawatan disini tidak lebih mahal dari biaya sewa kontrakan kami.
“Mbak biaya perawatan atas nama Rosi Pratiwi?” tanyaku harap-harap cemas.
Terlihat resepsionis tersebut mengangguk dan menatapku, tidak lama setelah itu wajahnya berubah menjadi terkejut.
“Lho bukannya mbak namanya Rosi Pratiwi? Kok udah disini?”
Aku mengibaskan tangan remeh, kecelakan ini tidak ada apa-apanya dengan beban pikiran yang bertabrakan di kepalaku. “Saya udah sehat mbak, saya udah bisa jalan buktinya.”
Suster tersebut berdiri danmengamatiku dari bawah hingga atas, seolah mematiskan apa yang aku katakan tadi memang benar. Kepalanya mengangguk, tidak lama setelah itu dia kembali berkutat dengan komputer di depannya.
“Perawatan anda sudah dibayar lunas.”
“WHAT?!”
Mulut jahat, mulut jahat.
Aku memukul berkali-kali mulutku karena berteriak cukup keras hingga mengakibatkan anak kecil di ujung lorong menangis dengan kencang, bahkan ibu sang anak melirikku dengan sadis.
“Be-beneran mbak? Sama siapa? Malaikat mana yang menolongku? Apakah ini akhir zaman hingga orang-orang berbuat baik?”
Pertanyaan bertubi-tubi datang dariku, suster di depanku terlihat kesulitan menjawab. Sedangkan Rosa yang berada di sampingku mengucapkan rasa syukurnya karena sudah tidak mengeluarkan uang.
“Jangan malu-maluin Kak!” Rosa menyenggol lengannku dengan kasar. Huh, mentang-mentang pemegang sabuk hitam karate, dia seenaknya main fisik denganku.
“Baru, baru pergi masnya.”
“Masnya?” Rosa membeo di sampingku.
Aku ikut mengerutkan kening bingung, mas siapa? Kami tidak memiliki siapapun disini kecuali makam orang tua kami.
“Ah itu, itu orangnya mbak.”
Suster tadi menunjuk seorang pria yang baru saja keluar, dengan cepat aku mengejarnya.
Mengucapkan rasa syukur, berterimakasih, mendoakan kebahagiaanya di dunia dan akhirat, dan jika bisa untuk membantuku mengganti kerugian warung remang-remang itu. Hei aku tidak berbohong soal susahnya hidupku, ini nyata.
“Mas, mas!”
Aku berlari meninggalkan Rosa, menggapai lengan adam di depanku.
Duk
Mataku terpejam merasakan betapa pusingnya kepalaku saat ini, perlu beberapa detik untuk menghilangkannya. Langkah kakinya yang berhenti tiba-tiba membuatku menabrak punggung kerasnya. Sepertinya dia rajin olahraga, terbukti dari bentuk tubuhnya yang atletis.
Aku maju ke depan menghadapnya, menangkupkan kedua tangan dan mulai merapalkan doa.
“Terimakasih mas atas bantuannya, saya tidak tahu apa yang saya lakukan jika tidak ada mas. Mungkin ini sudah takdir Tuhan mempertemukan saya dengan pria baik hati seperti mas, tidak ada kata-kata lagi yang harus saya ungkapkan untuk mas. Apa yang harus saya lakukan untuk membalasnya?”
Mataku terbuka perlahan.
Ah sial, kenapa tampan?
Jujur pria di depannku ini jauh lebih tampan dari boyband Korea yang sedang di gandrungi oleh Rosa. Siapa itu, N, N siapa itu. NTC atau CTN, aku lupa.
Sudah baik, dermawan, tampan pula. Pria di depanku ini sangat cocok jika menjadi pemeran cowok coldboy di novel.
“Jadilah istriku.”
Aku membeku di tempat dengan mulut terbuka, apa-apaan ini. Tuhan kau ingin mengerjaiku dengan percaya perkataan dari salah satu hambamu ini? Oh ayolah, ini kehidupanku, bukan cerita novel yang sering aku baca di platform online!
.
.
.Stay healthy everyone
12 Juni 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Stimulus
ChickLitAku tidak tahu kenapa menerima pinangan dari seorang pria yang menolongku saat kecelakaan beberapa hari yang lalu. Ini terlalu cepat bagiku karena hanya membutuhkan waktu seminggu untuk pendekatan. Aku memiliki perasaan kepadanya, atau hanya merasa...