Bagian Empatbelas

1.6K 171 7
                                    

Selamat membaca
Monggo enjoy

~~~~~

WayV – Bad Alive

~~~~~

“Maaf jika perhatianku hanyalah gangguan untukmu.”

~~~~~~

Setelah beberapa menit memandangi Johnny yang terlihat sangat kacau, akhirnya aku dengan berani mendekatinya.

“Mas.”

Johnny menyentak tanganku dengan cepat, menunjuknya dengan jari telunjuknya. “Jangan menyentuhku!”

“Kenapa?” tanyaku.

Johnny melindungi tubuhnya dengan kedua tangan, dia seperti anak perawan yang menghadapi malam pertama. Aku saja yang perawan tidak akan seperti itu.

“Aku udah punya istri, lebih cantik dari kamu.”

Aku tersenyum, orang mabuk akan lebih jujur daripada saat dia terjaga. “Kamu sama aku aja, aku kan juga cantik.”

Johnny menggerakkan telunjuknya ke kanan dan kiri, menolak usulanku. “Ka-kamu cantik, tapi tidak lebih cantik daripada istriku. Dia cantik, baik, sholehah, dermawan, hehe,” ucapnya dengan isyarat tangan menghitung.

“Siapa namanya?”

“Rosi Pradigya.” Tanpa sadar aku tersenyum mendengar ucapan spontan Johnny.

“Lalu dimana istrimu, kenapa tidak disini?”

Johnny menggeram rendah dengan kilatan amarah di matanya, bisa aku rasakan jika auranya berubah dengan cepat. “Dia ingin meninggalkanku.”

“Dia ingin lari dariku, dia jahat!”

“Jahat kenapa?” tanyaku dengan hati-hati.

“Dengan alibi kerja, dia ingin pergi jauh dariku!”

Aku hanya diam, mencerna ucapan Johnny. Maksud ucapanku tadi pagi dia salah artikan, dia salah mengartikannya. Walaupun kami tidak saling mengenal saat menikah kemarin, tetapi tidak ada niatan kecilpun untuk meninggalkannya. Aku mengikuti ucapannya, bahwa pernikahan merupakan sakral, tidak bisa dianggap enteng dan mudah.

“Hiks…Oci akan meninggalkanku hiks…”

Kau sangat jahat Rosi, kau membuat suamimu menangis seperti ini. Mataku berkaca-kaca melihat Johnny, dia membenturkan kepalanya di meja dengan keras. “Oci jahat, dia meninggalkanku sendiri.”

“Berhenti, jangan seperti ini,” pintaku dengan menjauhkan kepalanya dan membuatnya duduk tegak.

“Jangan menyentuhku! Kita bukan muhkrim!” Johnny menolak mentah-mentah bantuannku, dia kembali menepis tanganku dengan mata merahnya.

“Kau sangat mencintainya?”

Kulihat Johnny yang terdiam, dia menatapku tajam. “Aku sangat, sangat, sangat mencitainya. Tidak akan kubiarkan dia meninggalkanku, aku akan menghamilinya agar membuatnya tetap disisiku,” ucap Johnny dengan menggerakkan kedua tangannya seolah menimang. “Hehe, punya bayi lucu, imut, iya kan baby?” tanyanya sendiri.

Dadaku berdenyut, apakah Johnny benar-benar ingin mempunyai anak denganku?

Mataku mengikuti setiap langkah Johnny yang berjalan ke ranjang, tubuh besar itu limbung dengan posisi tengkurap. Tidak lama setelah itu dia duduk dengan memegangi kepalanya dan mengibaskan kemejanya. “Gerah, tapi ada tante-tante disini.”

Stimulus Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang