Bagian Sembilanbelas

1.9K 158 2
                                    

Selamat membaca
Monggo enjoy
~~~~~

WayV – Face to Face

~~~~~

“Jangan berharap lebih kepada suatu yang tidak pasti terjadi.”

~~~~~~

“Mbok yakin ini nggak papa?” tanyaku memastikan apa yang kami lakukan ini benar, bukan tanpa alasan kami melakukan ini. Jelas ini semua untuk Johnny.

“Ini bahaya nggak sih mbok?”

Perempuan paruh baya tersebut menggeleng samar, menata semua makanan dan hadiah untuk Johnny. Bukan ini bahaya yang aku pikirkan, melainkan letupan balon cukup besar beserta koveti kecil di dalamnya. Jika Johnny memasuki rumah di ruangan tertutup itu, sudah dipastikan telinganya akan berdengung kencang.

“Nanti semutnya dimana-mana mbok,” ucapku gemas melihat banyaknya makanan manis di meja. Bahkan krim gulanya sampai meluber di atas meja.

“Jangan khawatir Nyonya, saya dan bapak siap membersihkan ini semua. Jarang-jarang Tuan Johnny merayakan ulang tahun seperti ini.”

Seseorang yang dipanggil bapak tadi tersenyum, mengacungkan kedua jempolnya kepadaku. Aku hanya tersenyum samar, bagaimana ini.

Apakah Johnny akan menyukainya?

Apakah Johnny akan terkejut?

Apakah Johnny akan terharu?

Entahlah, harapanku hanya Johnny bisa tersenyum bahagia.

Setelah kami bertiga menyusun berbagai makanan dan hadiah di dekat ruang tamu, aku dan mbok Minah memutuskan mencari angin di teras, sedangkan pak Gito lanjut menyirami tanaman. Langit yang tadinya cerah berubah menjadi gelap, pertanda bumi akan diguyur hujan. Perubahan iklim ini membuatku sedikit khawatir dengan kesehatan Johnny, mengingat dia sangat mudah terserang penyakit.

“Kok mas Johnny belum pulang mbok?”

“Nyonya tahu sendiri kalau Tuan itu ramah, setiap tahun tepat di hari ulang tahunnya Tuan akan mentraktir seluruh pegaiwainya.”

“Benarkah?”

Mbok Minah menganggukkan kepala. “Tapi bukan alasan karena ulang tahun, melainkan menang tender?”

Keningku mengkerut mencoba memahami perkataan mbok Minah, merasa tidak ada jawaban, aku kembali bertanya. “Bentar, bentar mbok. Otakku ngelag, maksudnya?”

“Aduh, gini lho Nyonya. Tuan Johnny mentraktir pegaiwainya dengan alasan menang tender, bukan karena hari ulang tahunnya.” Kepalaku mengangguk paham. “Tetapi percuma karena seluruh pegawai Tuan pun tahu jika traktiran setiap satu tahun sekali itu bukan sekadar menang tender, jika menang tender besarpun Tuan akan bersikap biasa. Nyonya tahu sebesar apa perusahaan Tuan bukan?”

Kepalaku kembali mengangguk, memang benar. Hidup hampir setahun dengan Johnny membuatku sedikit tahu tentang bisnis. Jika perusahaan itu menang tender berkali-kali, seharusnya Johnny pun mentraktir pegawainya berkali-kali. Memang tuan Pradigya itu tidak pandai berbohong.

“Biasanya pulang jam berapa mbok?”

“Jam tujuh udah pulang kok Nyonya.”

Aku mengangguk samar, baiklah kita lihat kejutan ini Johnny.

~~~~~

“Yaampun, aku udah nikah mereka kok masih TK,” ucapku pelan dengan melihat TV.

Stimulus Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang