Bagian Tujuhbelas

1.8K 149 5
                                    

Selamat membaca
Monggo enjoy

~~~~~

NCT Dream - Puzzle Piece

~~~~~

"Ada cinta yang tidak bisa di ungkapan dengan kata-kata."

~~~~~

Ada kalanya seseorang akan merasa bahagia dan sedih di waktu yang sama. Bahagia karena bisa datang berkunjung ke negara adidaya dengan segala pesona yang ada, memanjakan mata dengan kemajuan teknologi yang tersedia.

"Mau eskrim?"

Aku menggeleng dengan cepat, di cuaca sedingin ingin Johnny menawariku sebuah es krim. Lihatlah dia, bahwa Johnny memakan es krim di sampingku dengan tubuh terbungkus jaket, aneh sekali pria ini. "Cuacanya dingin lho Mas," peringatku pelan.

"Masak sih? Enggak tuh," elaknya.

"Lihat aja sayang, nanti malam pasti minta kelon. Flu, menggigil, terus manja sama kamu."

Kepalaku menoleh dengan cepat ke arah Mommy, sedikit agak vulgar sepertinya. Kepalaku menoleh ke arah Johnny yang hanya diam tanpa ekspresi dan melanjutkan kegiatannya yang tertunda. "Mommy kalau ngehina anaknya bisa aja."

Ibu mertuaku hanya berdecak pelan. "Lihat aja nanti, kalau beneran kamu manja sama istrimu harus beliin mommy tas keluaran terbaru."

"Nggak mau ah, Mommy kan tahu kebiasaan aku."

Mommy tertawa keras, memegang perut dengan kencang. "Hahaha, udah taruhan lho tadi, nggak berani?"

Johnny membuang cup es krimnya ke tong sampah dan menarik tanganku bersamanya. "Tidur yuk Oci."

Tawa Mommy semakin menggelegar di ujung sana, mengejek Johnny yang mengerucutkan bibirnya. Dari gelagat tuan Johnny Pradigya yang ada disampingku ini, bisa digaris bawahi bahwa dia merasa jengkel. Keinginannya menolak tetapi dia juga tidak bisa menampik bahwa apa yang dikatakan Mommy ada benarnya, bahwa dia suka ngalem jika bersamaku.

"Ada apa sih Mas?"

Johnny tidak menjawab, pria gagah ini masih menarik tanganku menuju kamarnya.

Dia mendudukkan ku di ranjang, tubuhnya berbalik mengunci pintu, menutup jendela dan berlalu menuju kamar mandi. Tanganku menggapai ponsel untuk melihat pesan masuk, kepalaku menggeleng melihat kekasih setiaku senantiasa mengirimku pesan beruntun, siapa lagi jika bukan operator?

Aku memutuskan menyusul Johnny, kebiasaan sebelum tidur untuk mencuci gigi mengingatkanku.

Tok tok

"Mas, aku masuk ya?"

"Hem..."

Aku dengan ragu mendorong gagang pintu, melihat siluet Johnny yang berdiri di depan wastafel.

Tangan kekar itu membasuh wajah berkali-kali hingga membuat rambut depannya basah, menambah kesan pejantan tangguh yang siap bertempur di medan perang. Bisa dibilang memang proposi tubuh Johnny sudah sangat layak jika menjadi instruktur senam aerobik, aku menjamin jika para ibu-ibu akan berteriak heboh melihat otot bisep tersebut. Jangankan ibu-ibu. diriku saja mengakuinya.

"Besok berangkat jam berapa Mas?" tanyaku melihat jadwal padat yang dimiliki Johnny. Semenjak kedatanganku disini, tidak pernah sekalipun aku melihat Johnny, Daddy dan beberapa para suami saudara Mommy ada di rumah. Pertanyaanku hanya satu, sesibuk itukah mereka?

Stimulus Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang