Selamat membaca
Monggo enjoy~~~~~
NCT 127 – Welcome to My Playground
~~~~~
“Menutupi sebuah kebohongan dengan kebohongan lainnya akan membuat dirimu semakin berdosa.”
~~~~~
“Ngantuk banget ya Mas?”
Bukan tanpa sebab aku menanyakan hal itu kepada Johnny, melihat bagaimana usaha keras tuan muda Pradgya menahan kantuk saat menyetir. Mengingat perjalanan jauh dari benua barat kembali ke benua asia, sangat melelahkan bukan? Jika aku bisa menyetir mobil, sudah dipastikan aku akan mengambil alih tugas Johnny, membiarkan dirinya beristirahat. Johnny saat di dalam pesawat pun masih setia dengan laptopnya, membuatku heran. Apa matanya tidak lelah?
“Ke apartemen aja kalau udah nggak kuat, jangan dipaksa Mas,” ujarku dengan mengusap lengan kekarnya.
“Hm…”
Aku menghela nafas, atau mungkin Johnny sedang dalam tidak mood? Atau mungkin Johnny sedang memikirkan ucapan Mommy tentang seorang cucu?
Akhhh, menyebalkan. Diriku masih terlalu ceroboh untuk menjadi seorang ibu!
Kami melaksanakan sholat dengan khusyuk, meminta keselamatan dan perlindungan dari sang maha kuasa. Jika Johnny aku memimpin doa, kali ini tidak. Tubuh besarnya sudah berbaring tengkurap di atas ranjang, meninggalkanku yang masih memanjatkan doa.
Mukena dan sajadah sudah aku letakkan di atas nakas, mataku bergulir menatap Johnny yang berbaring masih mengenakan sarung dan baju koko. Dengan perlahan aku melepasnya, beruntung Johnny memakai celana pendek di atas lutut, membuatku sedikit lega. “Ck, Oci…”
Tangan berotot itu menepis tanganku yang akan memakai kaos untuknya, menangkisnya berulang lagi dengan geraman rendah seperti seokor singa. Aku menghela nafas, daripada mendapat bentakan dari Johnny, lebih baik aku tidur dan menyusulnya ke alam mimpi.
“Mmmhhh….”
Mataku menatap horor ke arah Johnny, ada apa pria ini?
Johnny menggelengkan kepala ke kanan dan ke kiri secara brutal, mencari posisi terbaik menurutnya.“Jatuh!” Aku dengan cepat menahan bahu Johnny agar tidak jatuh dari ranjang, Johnny sangat bisa membuat jantungku berdetak dengan cepat. “Capet banget Mas?”
tanyaku melihat Johnny yang menatapku bingung.“Sini, agak ke tengah biar aku pijit.”
Johnny menurut, dia merengsek ke tengah dengan posisi tengkurap. Aku mengambil handbody yang berada di tas dan membalurkan isinya di atas tubuh Johnny dan mulai memijat tubuh keras milik Johnny. Mataku menatap takjub lampu-lampu kota yang bersinar dari ketinggian 30 meter di gedung ini, dengan tangan yang sibuk memijat Johnny.
Bisa-bisanya Johnny membeli apartemen semewah ini di usia yang terbilang muda, memang apartemen ini belum dijual, mungkin setelah ini? Entahlah, tetapi yang pasti aku akan mengamankan suamiku dari godaan kupu-kupu malam.
“Udah Oci, kamu juga tidur.” Johnny bergumam lirih dengan mata terpejam, membuatku tanpa sadar tersenyum lembut.
Siapa yang menyangka pria bertubuh besar dan bongsor ini akan sangat manja jika hanya bersamaku? Bahkan akupun juga tidak mengiranya, sungguh tidak dapat dipercaya.
Aku memijat sepanjang kepala hingga kaki Johnny, membuatnya semakin terbawa ke alam mimpi. Tenang, aku masih tau batasan ini, beruntung aku dapat mengendalikannya. Entah kenapa sejak aku menikah dengan tuan Johnny Pradigya, diriku lebih sering memikirkan hal-hal kotor dengannya. Bahkan tubuhku pun tidak dapat menolaknya! Sangat aneh bukan?
“Kau sangat mesum Rosi!” ucapku dengan menggelengkan kepala cepat, menyingkirkan hal-hal kotor yang baru aku bicarakan.
Tanganku menarik selimut hingga menutupi bahu Johnny, duduk bersandar di kepala ranjang dan mulai berselancar di dunia maya. Sangat banyak berita-berita hot yang menjadi ternding di beberapa situs website, membuatku bingung harus membaca artikel yang mana. Memang artis-artis saat ini lebih banyak sensasi daripada prestasinya, sangat disayangkan.
“Makan di piring aja dibuat berita?” tanyaku tidak percaya melihat salah satu artikel, yang benar saja. Lalu selama ini dia makan dimana? Daun kelor?
“Belum tidur?”
Kepalaku menoleh, menatap Johnny yang sedang mengucek matanya. “Nggak ngantuk Mas, di pesawat aku tidur terus kok,” ucapku dengan merapikan rambut Johnny.
Beberapa kali kepala Johnny jatuh ke depan, kemudian melebarkan matanya, berulang kali seperti itu. “Aku tidur sini ya?” tanya Johnny dengan wajah memelas.
Kepalaku menunduk melihat tangan besar berurat milik Johnny mengusap perutku, membuatku tanpa sadar mundur ke belakang, geli. “Apa bedanya sama kasur?” aku berusaha menggoda Johnny.
Pria berstatus suamiku itu diam, mencoba mengembalikan kesadarannya yang setengah belum terkumpul. Sungguh menggemaskan!
Aku merebahkan tubuh di sampingnya, menata bantal sedikit tinggi. Tanganku terulur mengusap kepala Johnny, membuat sang empu mendongakkan kepala. “Sini.” Tanpa banyak bicara Johnny segera bergeser, berdiri di atasku.
Cup
Cup
Cup
Johnny mengecup keningku, dilanjut dengan hidungku dan terakhir adalah bibirku, dia melumat sebentar bibirku dan menjatuhkan kepalanya tepat di atas perutku. Perlakuannya ini yang membuatku terlena, aku yakin pasti semua wanita akan senang jika diperlakukan semua ini. Benar?
Tangan kananku mengusap kepala Johnny, sedangkan yang sebelah kiri mencoba mengait selimut di ujung ranjang dengan susah payah. Hampir 2 menit aku mencobanya, beruntung di percobaan kelima berhasil, jika tidak aku akan membuang selimut itu. Bisa-bisanya dia mempermainkanku. “Ada apa Mas?” tanyaku bingung melihat Johnny mengangkat wajah dan berdecak kesal.
Johnny dengan kesal menaikkan piyama milikku ke atas, mengumpulkannya di bawah dada. Setelah itu aku dibuat berjengkit dengan mencengkram bahunya, Johnny menghirup perutku rakus bagai seorang pecandu narkoba. Bisa aku rasakan jika hidung Johnny tenggelam di pusarku. “Mas, Mas Johnny. Nggak boleh,” aku berusaha menarik kepala Johnny dan merebahkannya di perutku dengan posisi miring, beruntung dia tidak menolak.
Tanpa menunggu arahannya lagi, aku mengusap kepala dan punggungnya bergantian. Berusaha menidurkan suami tampanku ini, bisa gawat jika Johnny khilaf.
.
.
.STAY SAFE
Maap pendek ಥ‿ಥ
31 Agustus 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Stimulus
ChickLitAku tidak tahu kenapa menerima pinangan dari seorang pria yang menolongku saat kecelakaan beberapa hari yang lalu. Ini terlalu cepat bagiku karena hanya membutuhkan waktu seminggu untuk pendekatan. Aku memiliki perasaan kepadanya, atau hanya merasa...