Bagian Empat

1.6K 204 5
                                    

Selamat membaca
Monggo enjoy

~~~~~

NCT 127 – Wake Up

~~~~~

“Kau begitu kuat menghadapi luka. Tetapi kenapa kau begitu lemah, lengah, dan luluh ketika menghadapi cinta?”

~~~~~

Apa yang lebih memalukan dari kau dipermalukan di depan orang yang baru kau kenal?

Tingkah Rosa saat kemarin sangat membuatku malu sekaligus canggung. Bahkan aku tidak tahu siapa mereka bertiga sebenarnya, dan dengan enaknya Rosa mengadakan tangannya meminta bantuan. Sungguh memalukan!

“Makanya kemarin tuh tanya-tanya dulu, buat malu.”

Kami tengah duduk di teras rumah, melihat anak kecil yang sedang bermain dengan lincahnya dengan bola.

“Halah, santai aja Kak. Kayak bikin kesalahan aja,” cibir Rosa.

Aku tidak menanggapinya, pikiranku melayang ke arah mereka bertiga. Siapa mereka sebenarnya? Pemandangan sore hari memang sangat indah, di tambah dengan angin sepoi-sepoi yang menyejukkan raga. Kepalaku menyadar di dinding dengan mata terpejam, biarlah mereka melakukan apa, aku tidak peduli.

Di tengah-tengah aku bersantai, Rosa dengan tidak santainya menggoyangkan lenganku. Seolah memberitahukan bahwa akan ada gempa bumi berkekuatan dahsyat.

“Kak, Kakak! Lihat ini, lihat!”

Mataku terbuka perlahan, mengikuti jari telunjuk Rosa yang mengarah ke luar.

“What?!” pekikku tertahan.

Bagaimana mungkin?

Dia datang! Dia, Johnny si pria tampan dan kaya memasuki halaman rumahku!

Dengan cepat aku berdiri dan merapikan baju, tidak lebih tepatnya gamis yang kupakai sekarang. Bagaimana bisa dia tahu rumahku?

Tidak sampai disitu, aku kembali dibuat terkejut melihat beberapa orang yang membawa bingkisan seperti hantaran pernikahan. Aku melihat tante Gita dan om Tio bersamanya! Tunggu, apa aku dijebak?

~~~~~

Aku duduk diam dengan Rosa berada di sampingku. Menatap orang-orang yang mengenakan pakaian ber-merk sedang duduk di kursi ruang tamu. Lidahku kelu, kepalaku pening hingga rasanya ingin pingsan.
Aku menatap kosong Johhny yang justru tersenyum melihatku, masih dengan mengenakan gamis polos berwarna biru laut aku mempersilahkan mereka masuk. Kenapa tidak berganti pakaian? Aku terlalu lemah meghadapi ini semua. Seolah, ini benar?

“Kak, aku bikinin minum dulu.”

Aku mengangguk tanpa suara kepada Rosa, aku masih bingung mau membicarakan ini dari mana.

“Sayang.”

Aku berjengkit kaget dan menatap seseorang yang telah menepuk punggung tanganku. “Iya Tan?”

Tante Gitu menggeleng. “Mommy.”

Aku mengelus kening pusing, ini sebenarnya ada apa? Mereka siapa, aku siapa, aku dimana?

“Silahkan diminum.”

Rosa berdiri di sampingku dan memberikan teh kepada mereka. Masih dengan nampan di tangannya, Rosa berbisik kepadaku. “Ini ada apasih Kak?”

“Kakak juga nggak tahu,” ucapku lirih kepadanya.
Situasi yang tadi ramai berubah 180 derajat menjadi hening. Mereka semua menatapku dalam diam, hingga sebuah suara berat bersuara.

Stimulus Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang