Selamat membaca
Monggo enjoy
~~~~~Linking Park – Numb
~~~~~
“Kenyataan memang selalu menyiapkan hati, tapi lebih baik daripada bahagia karena dibohongi.”
~~~~~
“Pagiku cerahku, matahari bersinar, ku gotong gas elpijiku ke rumah.”
Rosa bernyanyi cukup nyaring di pagi hari ini, jika orang hari libur akan jalan-jalan atau istirahat di rumah maka itu tidak berlaku pada kami. Hari kerja untuk kerja, hari libur untuk bersih-bersih rumah.
Memang rumah kami tidak luas, tetapi nyaman untuk ditempati. Beruntung rumah ini dapat kami beli dengan usaha yang sangat keras, perlu waktu 3 tahun untuk mengurusi surat-suratnya. Karena memang sang pemilik tanah yang sangat kikir melebihi Abu Lahab. Setelah kami memiliki rumah ini, setidaknya kami bisa tenang karena tidak harus membayar kontrakan yang mencekik leher.
Yah, walaupun harus banting stir ke kanan kiri. Ibaratnya seperti kepala di kaki dan kaki di kepala, kami berdua berpikir keras agar tetap hidup di bawah atap, jangan samapai kami di bawah kolong jembatan.
“Kak, jadi gimana sama mas-mas kemarin? Kalian bicara apa?”
Mendengar pertanyaan Rosa membuatku menggembungkan pipi, mendengar namanya saja membuatku jengkel. Benar bukan kataku, jika laki-laki sekarang hanya berbual saja, mereka tidak akan memenuhi janji mereka. Bahkan sekarang sudah lewat 1 minggu sejak peretemuan itu, dan dia pun tidak membiayai warung yang aku tabrak. Ini hanya pesan, jika ingin menolong sebaiknya penuh. Dalam arti semuanya harus dibantu, jangan setengah-setengah.
Hangus sudah uang 1 juta milikku.
“Halah, kayak nggak tahu aja pria Jakarta. Mereka kan suka ngibulin orang, jangan berharap tinggi.”
Rosa menganggukkan kepala seolah paham, bibirnya membentuk senyum miring yang membuatku memutar bola mata malas. Dia ingin tersenyum devil seperti idolanya, bukan membuat takut tetapi lebih ke arah lucu.
“Mandi sana, anak perawan matahari udah di atas kepala belum mandi!”
“Yak!”
“Yak? Kau berani membentak kakakmu?!”
Rosa hanya berdecak dan masuk ke kamar mandi dengan sedikit menghentak-hentakkan kakinya. Salah siapa harus sehat?
Tanganku kembali kambuh karena terseret lemari saat mengambil baju, dan mengakibatkan harus mengurangi pekerjaan berat, mau tidak mau hanya Rosa yang mengangkat elpiji seperti tadi. Jangan salah, dia sebenarnya kuat. Mengangkat galon, elpiji, bahkan TV tabung besar pun dia bisa. Bagaimana denganku? Tentu aku juga bisa, karena memang yang mengajari Rosa adalah kakaknya, siapa lagi kalau bukan Rosi.
Aku yang biasanya masih bersih-bersih tanaman di depan rumah, sekarang sudah segar dengan pakaian rumahan. Celana panjang berbahan kulot dengan baju putih menjadi pakaian terpiih kali ini. Bersandar pada punggung sofa yang masih kokoh karena memang terbuat dari kayu, tidak ada busa. Aku mulai memejamkan mata menikmati sisa waktu yang ada, meluruskan kaki dan mendengarkan lantunan sholawat di ponsel merupakan posisi ternyaman seorang Rosi.
Tok tok
Akhhh siapa orang yang bertamu sepagi ini? Salah, tidak pagi juga, ini mungkin sekitar jam 9 pagi.
Aku menyambar jilbab instan di atas sofa dan segera memakainya. Merapikan penampilan dan berjalan tertatih ke arah pintu.
Klek
KAMU SEDANG MEMBACA
Stimulus
ChickLitAku tidak tahu kenapa menerima pinangan dari seorang pria yang menolongku saat kecelakaan beberapa hari yang lalu. Ini terlalu cepat bagiku karena hanya membutuhkan waktu seminggu untuk pendekatan. Aku memiliki perasaan kepadanya, atau hanya merasa...