32

168 5 1
                                    


"kau gila,bertanggung jawab atas apa? Mengapa harus merasa bersalah jangan membuat kerumitan Jerr" pungkas Renata mencoba meredam emosi yang mulai datang.''apa hanya karena aku meminta kamu jujur pada perasaanmu sendiri kamu menjadi begini,apa aku salah hanya meminta kejelasan hubungan kita??"

Di dalam mobil Jeremy mencoba menetralkan nafas dan detak jantungnya cukup sulit mengendalikan rasa emosionalnya ,kemudian merogoh obat anti-depresi dalam saku celana yang di kenakan ,karena tak sanggup dengan masalah yang terjadi Jeremy memutuskan untuk rutin memeriksakan Kesehatan mentalnya dan Sekarang obat itu sering di minumnya.Sekelebat ia ingat Kembali tatapan nanar dan sedih Renata, dan perkataannya bertanya mengenai pertanggung jawaban yang tidak mungkin diakui istrinya yang berselingkuh. kepalanya menggeleng menolak rasa iba yang muncul ,istrinya itu harus bertanggung jawab atas semuanya Jeremy akan memanfaatkan perasaan Renata padanya untuk mendaptkan pelajaran,ini baru awal kesakitan perempuan itu tidak ada apa-apanya di banding dengan keadaannya sekarang ,Jeremy sekarang tidak mau lengah dengan kelemahan hatinya tidak akan lagi yakinnya.

Renata mengusap kedua bahunya ,dingin udara malam menusuk kulit mulusnya warna-warni lampu kota bertaburan menghiasi jam dua belas malam ini terlihat dari balkon apartemen,tiga hari sudah Renata menghabiskan malam sendirian ,inilah bonus yang di berikan Jeremy bukan hanya mendiamkannya pria itu benar-benar menyiksanya dengan cara halus tapi tetap menyedihkan.

Menyeretnya lagi untuk tinggal bersama seolah semuanya baik-baik saja tetapi Jeremy tak memberikan jawaban dan mediamkannya di sini sendirian .

Sementara itu di tempat lain , di gang sempit yang gelap dan beraroma tidak sedap berasal dari sampah dan mungkin bangakai binatang jalanan seorang pria memegang lebam di wajah nya darah segar menetes dari sudut bibir belum lagi perutnya yang terasa mati rasa setelah menerima tendangan dan beberapa pukulan,

"terima kasih Tuan" ucap pria berbadan tambun dengan otot besar di kedua lengannya,menerima satu gepok uang tunai dalam genggaman.

"kerja kalian bagus" ucap Jeremy setelah menyaksikan pesuruhnya dari sebrang jalan dengan rasa puas.

Dentingan cangkir dan piring justru terdengar merdu di telinga Renata ,keramaian Kafe membuatnya sejenak lupa akan bebab batinnya.

Meski Joe hari ini sedang tak bisa hadir Renata masih bisa menangani Kafe,untuk hari-hari kedepan semua harus tetap berjalan ,

Jeremy sibuk dengan layar laptopnya ,bukan hal aneh kesibukannya menjadi pebisnis dengan posisi penting menjadikan Jeremy sangat workaholic, dan beberapa hari ini dengan sengaja ia kadang bermalam di Kantor atau Hotel bukan pulang ke Apartemen,kesengajaan itu di buat agar membuat Renata istrinya semakin jengkel,dan ada keinginannya untuk tidak perduli tapi yang ia lakukan sebaliknya Jeremy memperhatikan cctv aprtemennya yang memperlihatkan seorang wanita duduk di sofa sambil menahan kepalanya yang oleng ke depan kadang ke kiri tampaknya terlihat mengantuk berat namun masih menyempatkan pandangannya pada pintu masuk aprtemen.

Jeremy mematikan layar laptopnya yang terhubung dengan cctv apartemennya karena demi keamanan tentunya Jeremy meminta pihak aprtemen menghubungkan secara langsung dengan perangkat gadjet yang ia punya .tapi sekarang justru beralih fungsi wanita itu yang sering di lihatnya tanpa bisa di ketahui siapapun seperti sekarang ,Jeremy sudah berusaha dengan sangat agar Renata hilang dari bayanganya harusnya sudah tak ada kompromi dengan sesuatu yang bersangkutan dengan perselingkuhan .Tapi entah mengapa sehari tidak melihat cctv rasanya ada yang kurang dan kosong.

Mungkin mulai besok dirinya harus bisa lebih berusaha lagi menghapus wanita itu dari kehidupannya.

"Hallo,hallo joe "
"Joe?" Renata menatap kembali layar gawainya yang masih terhubung dengan kontak Joe tetapi tak ada jawaban
"Kau bisa mendengarku Joe.."
Tak lama suara helaan nafas terdengar "ekhhem .. ya Ren aku bisa mendengarmu" Renata tau itu bukan suara bangun tidur tetapi lebih mengarah suara parau mirip seseorang dalam kondisi kurang sehat"kau sakit?" Joe berdehem kembali mencoba menetralkan suaranya.
"Aku baik,hanya sedikit butuh istirahat"
"Jadi benar sakit kan?,sudah ku bilang jangan pulang selalu larut malam apalagi pulang dengan motor,kalau begitu tunggu aku . Aku akan membeli buah dan bubur untukmu dan ahh iya vi.."
"Ttidak sungguh akku tidak apa-apa ,kau tidak perlu ke sini" sela Joe terdengar gugup,
"kenapa ? aku hanya ingin menjengukmu,dan mungkin kita perlu memeriksanya ke dokter"
"Tidak perlu Ren,sungguh aku tidak apa,hanya butuh istirahat lagi pula aku sudah punya obat dan vitamin sungguh Ren kau tidak perlu ke sini"
Renata menghembuskan nafasnya panjang menyerah akan pendapat Joe agar dirinya tak perlu singgah
."baiklah,jika itu maumu cepat sembuh dan minum obat mu oke" serunya memberi semangat pada Joe
"Ya.. tentu,terimakasih Ren"
"Oke sama-sama,get well soon bye-bye Joe"
"Bye"

Joe menyandarkan kepalanya di sofa,dengan wajah membiru di bagian pelipis dan pipinya sudut bibirnya masih terlihat jelas luka robek bekas pukulan keras.
Masih terekam kilasan kejadian malam itu dua orang berbadan besar dan berotot menariknya ke gang sempit kejadiannya begitu cepat ,tak sempat melawan dirinya ambruk dihajar bertubi-tubi oleh dua orang asing itu ,namun yang menjadi pukulan lebih keras adalah mengapa Dirinya melihat Jeremy bertemu dengan dua orang itu mereka terlihat berbincang setelah pemukulan  terjadi padanya . Kesakitannya memang menyelimuti seluruh badannya detik itu ,demi memastikan bahwa dia salah melihat atau tidak, Joe memaksa badannya sambil tetap duduk dirinya ingin tahu plat mobil yang di kendarai mirip wajah Jeremy dan faktanya itu tidak salah ada inisial J di sana ,dirinya hafal karena beberapa kali mobil itu terparkir saat pria itu menjemput Renata ,

My Husband Mr Cold (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang