20

603 19 0
                                    

Joe marah padaku

.

.

Setelah ini Renata yakin Joe akan mediamkannya untuk beberapa hari itu sudah kebiasaan joe saat marah padanya,dan marahnya kali ini bukan karena marah benci tetapi Joe yang marah karena perduli padanya renata tahu itu.

"Kak masak apa??"

"Sup,kamu sudah lapar ya Ris?"berada di dapur dan membedah segala bahan-bahan makanan adalah salah satu kegiatan yang menyenangkan bagi renata kadang mebuat persaannya lebih baik saat sedang ada masalah.

"Tidak juga kak,oh ya tadi ada yang kesini emm siapa ya lupa aku namanya" renata sudah tahu siapa yang dimaksud risa ,siapa lagi tidak ada perempuan seberani dia yang bergelayut manja pada suaminya.

"Sena"

"Iya tadi dia mengantarkan kue katanya kesukaan kak jeremy,sejujurnya aku kurang suka dengan dia kak"

"Kenapa?" Dibalik tanyanya Renata ikut setuju dengan risa .

"Apalagi,," Risa menjeda jawabannya untuk memasukan popcorn kedalam mulutnya,
"Semua orang bisa melihat dengan jelas dia menyukai kak jeremy sangat terlihat bahkan, sebelum kalian menikah aku sering melihatnya selalu menempel pada kak jeremy kebetulan aku melihat mereka di beberapa acara pesta waktu itu aku menemani kak juna"

"Hati-hati ya kak dengan wanita satu itu"

"Apa aku harus berdandan seperti dia untuk bisa tetap berada di sisi jeremy heh" gurau Renata

"Oh ya ampun jangan kak! Dia berlebihan dengan lipstik merah menyalanya itu,sebenarnya wajahnya cantik hampir mirip para model victoria secret hanya saja aura dan sikapnya seperti nenek sihir " kemudian tawa meledak dari mereka.

"Tapi ada yang membuatku penasaran," renata menghentikan adukannya pada wajan mulai serius mendengarkan risa "sudah ku tanya beberapa kali hubungan seperti apa yang sebenarnya mereka miliki dan
kak jeremy selalu bilang tidak ada"

"Tidak ada?,,,atau mungkin mantan kekasihnya_?"

"Sudah kutanyakan tapi bukan juga katanya"

Sedikit fakta ini membingungkan sekaligus cukup menjadi udara segar untuk Renata apakah mereka menutupi hubungannya? Atau Jeremi memang tidak memiliki persaan apa apa pada sena,,,.

Di luar angin malam cukup dingin satu batang rokok sedang menjadi teman jeremy untuk menghangatkan udara luar bersama dengan seorang wanita berparas cantik tetapi tertutup oleh produk kosmetik tebal membuat wajahnya lebih berumur dari usianya.

Jeremy dan sena sedang duduk santai bersama di taman dekat aprtemen yang cukup asri menyerap polusi jalanan ibu kota.

"Bisakah kau menikah saja denganku jer?"

Jeremy tidak menjawab hanya membalas dengan tawa ringan seolah mendengar lelucon di banding sebuah pertanyaan karena sudah bosan dengan rajukan sena seperti ini.

"Aku kali ini serius,benar-benar serius!" Sena mengeluarkan suara kerasnya pada kuping jeremy tanpa perduli orang yang lalu lalang "jangan-jangan kau sudah mulai mencintai perempuan itu?

"Semua orang melirikmu tidak malu heh?"

Sena tidak pernah berniat ingin melucu setiap mengatakan persaannya.

"Aku tidak perduli kau selalu begini,kita sering bersama aku juga tahu banyak hal tentangmu begitupun sebaliknya kenapa kita tidak bisa ke tahap yang lebih jauh bukankah kau bilang kita akan selalu bersama"

"Sudah kukatakan aku,kita akan selalu bersama karena kau sudah ku anggap saudara jangan minta lebih aku tidak ingin ada komitmen apapun dan dengan siapapun kau sudah paham siapa aku kan sena,jadi jangan ke kanak kanakan seperti ini terus!"

Sena menelan kecewa dari Jeremy yang sering menolaknya,Jeremy sangat menyayangi sena tapi tidak bisa lebih .

"Ini sudah malam pulang lah,jangan keluyuran dan habiskan malammu untuk tidur jangan pergi minum lagi itu tak sehat"

Jeremy kesayangannya pria satu satunya yang dia harapkan dalam hidupnya ,perhatian seperti inilah yang memupuk perasaannya untuk dapat memiliki jeremy.

Jeremy tidak ingin banyak bicara lagi dia beranjak pergi meninggalkan bangku taman saat langkah nya belum jauh sena menyerukan namanya.

"Jeremy!"

"Aku akan selalu menunggumu jer,,"

Jeremy hanya diam lalu kembali meneruskan langkahnya tanpa menoleh,

Itulah Jeremy penolakan demi penolakan pada wanita adalah rutinitasnya ,untuk sena dia betul betul tidak memiliki perasaan lebih.

-----

Malam berangin tidak disangka kali ini hujan begitu lebat gemuruh langit dan kilat menyambung waktu gelap renata dan Jeremy masih satu kamar berbeda dari hari sebelumnya Jeremy tidak pernah mau lagi satu tempat tidur dengan Renata dia
memilih sofa sebagai tempat lelapnya meskipun kakinya menjulur keluar sofa kamar yang tidak mampu menampung kaki jenjangnya,rasanya renata semakin kesulitan untuk lebih dekat lagi dengan suaminya .

"Jerry apa posisi tidur seperti itu tidak sakit?"

"Menurutmu,,masih saja bertanya" tentu saja tidur dengan posisinya sekarang tidak nyaman untuk tubuh sebesar dirinya harus menghabiskan lelapnya di sofa yang tidak sesuai dengan ukurannya itu.

Kelopak mata Jeremy sudah akan tertutup namun saat kepalanya menoleh kearah renata dia melihat wanita itu sedang menekuk di samping tempat tidur Jeremy mengerutkan dahinya bingung.

"Apa yang sedang kau lakukan?"

"Akku..takut" inilah satu fobianya renata takut hujan lebat apalagi di tambah petir meski sekarang dia tidur di apartement kilatan-kilatan petir yang menembus ke kaca menjadi hal horor yang ditakutinya keringat membasahi pelipisnya karena ketakutan.

Dulu saat masa kanak-kanak renata bermain bersama teman sebayanya di taman Kota saat semuanya bergegas pulang Renata menemukan kelinci entah milik siapa renata kecil asyik mengikuti kelinci putih itu sedangkan teman temannya sudah entah kemana dia tidak tahu betul tempat itu karena baru pertama kali kesana hujan lebat bersama petir tiba-tiba datang bersamaan saat itu ,dia sendirian menangis di bawah pohon kedinginan selama berjam-jam.

"Aku fobia hujan lebat dan kilat itu adalah ketakutanku jerr" jeremy bisa melihat bahu Renata bergetar .

Jeremy tidak tahu apa yang harus dilakukannya "lalu aku harus bagaimana ren?"

"Maaf jerr,tapi bisakah kau tidur di sini bersamaku" renata menepuk kasur, sejujurnya dia juga tidak yakin dengan permohonannya tapi bagaimana lagi.

Jeremy tidak bersuara tetapi dia bergegas mengambil bantal yang di pakai tidurnya disofa lalu meletakan nya lagi di tempat tidur Jeremy bertanya pada dirinya sendiri ini akan menjadi kesulitan atau lebih kepada keberuntungan bisa tidur didekat istrinya yang sedang ketakutan.

"Cepat naik ini sudah malam" seraya merebahkan tubuhnya .

Renata membuang nafas lega dia tidak mendapatkan penolakan.

Kantuk Jeremy terganggu wanita di sebelahnya terus bergerak gelisah padahal permintaanya untuk tidur di kasur yang sama sudah di turuti tapi kenapa masih belum tidur juga .

"Sebenarnya apa yang kau fikirkan? aku sudah tidur di sini bersamamu ,tolonglah Ren aku benar benar mengantuk"

"Aku,,itu,euu,,boleh aku lebih dekat sedikit dan pinjam tanganmu ibuku selalu menenangkanku jika sud,,,"

Ucapan gugup Renata terpotong saat rengkuhan Jeremy yang hangat dan kaitan tangan besarnya mendarat membawa getaran nyaman di seluruh badan dan juga perasaannya.

"Sudah,sekarang kau bisa tidur dan jangan bergerak atau bicara lagi!"

Renata mengangguk walaupun mulutnya gatal ingin banyak bicara soal apa saja mengenai Jeremy mungkin mendengar kisah hidupnya,atau sekedar keluhan di kantor, bekas luka  ditangan nya atau soal wanita itu Sena.


My Husband Mr Cold (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang