25

595 19 0
                                    

Renata masuk kedalam kamar bersamaan dengan itu Jeremy menutup matanya untuk berpura pura tidur Renata yang biasanya betah berlama lama menikmati pemandangan kelelelapan Jeremy kali ini dia enggan Renata terlalu takut untuk tidak bisa berhenti menyelami wajah Jeremy yang ingin sekali di sentuhnya kantuk dan lelah setelah menangis membuatnya cukup berkeinginan kuat untuk segera tidur.

Jeremy mulai membuka matanya pelan pelan sedari tadi menunggu Renata tenggelam dalam kantuknya setelah di rasa aman Jeremy memperhatikan setiap pahatan wajah istrinya yang selalu dia tolak saat mulai benar benar hadir di setiap alam bawah sadarnya melebihi perkiraannya Renata juga seringkali membayanginya saat di kantor kadang Jeremy berfikir kenapa Renata selalu menghantuinya seperti makhluk halus saja.

Semakin mendekat Jeremy mulai mendekapnya erat seolah guling yang tidak mau dilepaskan Renata tidak bergeming mungkin karena terlalu lelah wanita itu benar benar pulas,Jeremy jadi ingat saat tadi menemukan Renata yang kacau di ambang pintu mata sembab nya pun masih membekas di sana ingin sekali Jeremy bertanya lebih detil lagi apa yang terjadi pada wanita ini tadi ,tapi dia hanyalah manusia kaku yang sudah asing dengan perhatian pada seorang wanita terkecuali Sena dia sudah dianggap adik kecilnya.

Menit berikutnya mata Jeremy terpejam ikut ke alam tidur bersama Renata masih dengan rengkuhan di tubuh istrinya,entah kenapa akhir akhir ini Jeremy merasa luluh bahkan dalam hati kecilnya sesungguhnya ingin lebih dan mengenai rumah tangga ini dia ingin semuanya nyata tapi ketakutan tetap ketakutan perasaan itu masih saja bagai luka menganga bukti pedihnya cinta di masalalu .

Jam menunjukan pukul 3 Renata terusik pergerakannya terasa terkunci oleh sesuatu lalu kemudian membuka matanya di depannya ada wajah Jeremy dengan jarak yang sangat dekat belum lagi tubuh mereka yang merapat seketika semuanya bagai desiran hangat seperti mimpi yang indah, bukan tersenyum melainkan Renata merasakan matanya memanas ada cairan yang ingin tumpah dari sudut matanya Renata tidak mabuk kepayang dengan situasi ini dia yakin jika Jeremy bangun sudah pasti suaminya akan lari tunggang langgang melihat situasi mereka sekarang ini Diantara senang dan sedih itu yang sekarang Renata rasakan diam membatu menikmati pelukan Jeremy dalam waktu yang sedikit ini.

.

Pagi hari yang cukup cerah untuk mengambil udara yang menyegarkan, dengan rakus Renata menghirup udara pagi yang dingin tapi tetap hangat oleh sinar matahari ,

Menghibur diri dengan lari pagi dari segala penat perasaannya itulah yang di lakukan nya kali ini sekarang Renata sedang berada di taman yang cukup jauh dari apartemennya di banding taman kecil di depan apartemen tempat tinggalnya bersama Jeremy ,ini jau lebih luas dan lebih asri Renata sampai tak sangka dia bisa berjalan sejauh ini mungkin inilah bayaran bagus yang diterimanya tempat yang hijau dan menyegarkan bersama bebrapa tumbuhan berbunga di samping kolam air mancur jalan setapak disisinya berjajar beberapa bangku panjang untuk bersantai.

Menit berikutnya dia menemukan sosok tak asing sedang berlari dengan santainya.

Sedang apa dia disini juga.

"Jerry!!"

Teriakan Renata sama sekali tak terdengar oleh Jeremy.

"Hey..Jeremy" laki laki yang sedang di panggil Renata memang sedang tidak berlari kencang tapi karena bentuk kaki yang proposional menyebabkan langkahnya menjadi lebar hampir seperti berlari sulit di jangkau Renata.

"Jerry auww"

Langkah Renata terhenti kakinya mendarat tidak sempurna karena batu berukuran sedang yang di injaknya menyebabkan tubuhnya ambruk,

Jeremy menoleh lengkingan teriakan yang sepertinya tidak asing di dengarnya.

"Apa yang .. ya ampun wanita itu"

Baru saja Jeremy mendekat dia langsung di hadiahi semprotan Renata

"Kau ini apa sama sekali tidak dengar teriakan ku?''

''kau juga disini , mengikutiku ya ?"

Jeremy mencondongkan tubuhnya kedepan menyelidik Renata yang di curigainya seperti penguntit

''untuk apa.. ,aku melihat mu secara kebetulan,dapat untung apa aku mengikutimu heh"

"Shhhhh"

Jeremy melihat kerutan di dahi Renata dan desisan kesakitannya,''kau baik baik saja Ren?'' Renata memeriksa kakinya yang ternyata sudah membiru.''haduh bagaimana ini kakiku'' keluh Renata rasanya benar benar seperti di tusuk jarum''jika begini bagaima bisa pulang ,Jerry aku pinjam handphonemu''

''aku tidak membawa handphone''

''apa.. ya Tuhan'' Renata menepuk jidatnya niat hati untuk memesan taksi online apa daya mereka tidak ada yang membawa ponsel.dengan terpaksa Renata menyeret kakinya yang nyeri berdiri untuk mencoba berjalan justru tidak ada yang lebih baik malah semakin nyeri saat Renata menggerakan kakinya.

Jeremy yang tidak sabar melihat gerakan Renata kemudian mendekatinya dan berjongkok.''naiklah!''.

''apa,naik kemana?"

''cepat ayo naik''Jeremy memberikan punggungnya Renata ragu tapi dia tidak punya pilihan lain, satu hal yang membahagiakan lagi untuk Renata andai dia boleh berharap banyak .Jeremy tentu adalah laki laki baik hati meski sikapnya sangat angkuh.

sampai di apartemen Jeremy masih saja memberikan perhatiannya pada kaki Renata yang cedera , Renata tidak banyak bicara hanya menyelami apa yang suami dinginnya lakukan.

suara bel pintu memecahkan keheningan,Jeremy yang membuka pintu.

''Sena ada apa..?''

seiring terdengar pertanyaan Jeremy di ambang pintu Renata yang mendengarnya seketika menjadi tidak  bersemangat dan membuat mood nya sangat buruk dengan cepat.






My Husband Mr Cold (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang