****
Bukan satu atau dua wanita jika harus di sebutkan ada banyak wanita yang sudah sudi di jadikan kekasih atau sekedar teman kencan apalagi sena wanita itu selalu mengingikan jeremy.
"Yaa hallo ada apa sen?".
"Kapan pulang..?"
"Renata sakit mungkin beberapa hari disini setelah dia membaik aku akan pulang".
"Kenapa tidak memakai perawat saja,,? Tidak perlu kau yang merawatnya jer".
"Nanti kupikirkan tapi saat ini aku yang akan merawatnya"
"Baiklah ,cepat pulang aku menunggumu"
"Yaa"
Sena bertekad tidak akan pernah melepaskan Jeremy dia sudah melewati banyak perempuan yang menjadi saingannya ,sekalipun sekarang Jeremy telah sah menjadi suami orang lain,itu tidak akan cukup membuat dirinya mundur sedikitpun ,Sena sedang bersenyum-senyum sendiri di dalam kamarnya sambil lalu memandangi beberapa potret Jeremy yang di simpan hati-hati diatas nakas.
"Dia hanya miliku ,tidak ada yang akan memilikinya selain aku"
***
Renata tidak bisa mengalihkan tatapannya kepada Jeremy di depannya,
rasa sakit sekujur tubuh di lapisi pemandangan manis jeremy yang sedang mengganti perbannya sambil menjelaskan bagaimana kepanikan anggota keluarga dan orang-orang yang mencari Renata saat hilang dengan beberapa umpatan kesal yang di berikan Jeremy di sela kegiatan menggulung kain kasa di kaki renata . Sedangkan objek yang digantikan perban sama sekali tak menangkap cerita hanya terus terpaku pada jeremy pahlawannya,penguras perhatiannya beberapa waktu belakangan ini. habis sudah pertahanan Renata untuk tidak mengikuti arus perasaannya dia merasa sampai di fase menyerah untuk melindungi buaian rasa jatuh hatinya."Renata kau dengar atau tidak hah!"
"Apa?tadi kau bilang apa?"
Tentu saja Jeremy tidak tahu sedari renata memperhatikan setiap gerakan tubuh dan wajah jeremy, saat jeremy melihat langsung pada renata wanita itu buru-buru membuang tatapannya ke arah lain.
"Apa sesuatu melukai gendang telingamu kemarin? Sampai tuli begini".
"Aku,,"Renata seperti kehabisan kosakata karena gugup"maaf,maaf untuk apa yang telah terjadi"lanjutnya lagi.
"Ya benar aku kami semua sangat marah dengan kelakuanmu ini, pecinta alam tapi terluka di tempat yang seharusnya kau kuasai"
"Apa kau bisa berhenti untuk tidak marah-marah terus kepalaku jadi sakit Jerr,,"Renata mulai protes
"Ini salah mu , jangan lagi ceroboh seperti ini"
"Iya-iya maaf aku salah dan terimakasih untuk pertolonganmu"
Jeremy meletakan beberapa makanan di depan renata juga obat-obatan amunisi untuk penyembuhan sakitnya.
"Makan ini semua kalau mau maaf dariku !!"jeremy beranjak meninggalkan Renata yang menampakan wajah sebalnya tetapi setelah pintu kamar tertutup renata mengembangkan senyumnya seperti ada banyak kupu-kupu yang menggelitik perutnya dia merasa terbang bersama perasaannya . renata menertawakan sikapnya sendiri macam anak remaja yang baru mengenal cinta.
Malam nampak ramai bersama suara para binatang serangga juga riak air dari celah sawah-sawah di malam kelima ini adalah malam terakhir di penginapan sebelum besok hari Renata dan Jeremy akan pulang ke apartemen karena keadaan renata mulai membaik. Meski lama menghabiskan waktu bersama renata di penginapan Jeremy tetap tidak lepas dari jangkauan pekerjaannya dia terus memantau perusaahnya, renata kadang berfikir jeremy lebih memuja pekerjaannya di banding wanita.
Waktu menunjukan tengah malam tetapi laki-laki tampan dengan manik hitam itu masih saja bergelut dengan layar laptop di depannya renata juga belum bisa memjamkan matanya lalu memutuskan bergabung bersama Jeremy di ruangan tengah ,resort keluarga dengan 2 kamar dan satu ruangan tengah dan satu kitchennya pasti akan dirindukan renata ruangan yang menjadi saksi seberapa banyak Jeremy memberi perhatian meski dengan nada kerasnya renata tau makna semua ocehanya Jeremy yang perhatian dan perduli dengan caranya sendiri.
"Mau sampai jam berapa jer ini sudah tengah malam apa tidak ada waktu lain"
"Ya sebentar lagi"
"Aku tidak mau kau sakit nanti aku kena marah mamahmu aku tidak becus jadi istri"
"Ini juga penting"
"Emm kalau begitu apa kau mau teh..?"
"Ya boleh"
Dua gelas terhidang di atas meja
"Ini,"Renata menyodorkan teh hangat beraroma melati yang wangi dan duduk di samping Jeremy sesekali melirik apa yang dikerjakan laki-laki ini.
"Terimakasih"
"Sejak kapan kau jadi sangat gila kerja Jer?"
"Aku tak gila kerja, hanya bersyukur"
"Bersyukur??"
"Ya ,,punya pekerjaan besar memiliki kedudukan dan banyak tanggung jawab aku mendapatkan semua ini tidak dengan mudah jadi aku bersyukur dengan caraku mengawasi dengan baik apa yang aku punya"
Seratus lagi nilai untuk jeremy di hati renata sebagai wanita yang di ajak menikah karena wasiat ditambah sifat suami yang galak dan dingin tentu renata sangat marah dan kecewa atas permainan takdir yang mempertemukan mereka tapi sekarang renata merasa sebaliknya bukan lagi kecewa atas pernikahan ini di sudah jatuh hati pada laki-laki di sampingnya berulang kali menolak apa daya cinta tidak pernah memilih kapan dan kepada orang seperti apa.
" lalu kau suka film genre apa ,pasti action ku kira", tanya renata tiba-tiba untuk memecah keheningan .
"kau tahu ,aku tidak berniat menonton apapun sekarang " ucap jeremy yang masih sibuk menggerakan jemari diatas keyboard laptopnya.
"Aku tidak mau mengajakmu menoton,hanya ingin tahu saja atau kau suka film sejenis pride & prejudice?" tanya renata sambil terkekeh geli membayangkan jeremy yang kekar menoton film jenis historical romance.
"Tidak aku tidak suka, si Elizabeth Bennet itu maksudmu!?" , renata malah semakin memperjelas tawanya yang tadi dia tahan.
"Kau bilang tidak suka tapi kau sampai tahu nama lengkap tokohnya,," Jeremy memutar bola matanya malas mendengarkan ledekan renata dia memang pernah menonton film yang renata maksud walaupun tidak sampai selesai.
"Terserah ,, kau pergi sana jangan mengangguku renata"geram jeremy mengusir renata
"Oke,,oke baiklah" cengiran renata masih terlihat sambil bangkit dari duduknya tetapi ketika berdiri seperti ada aliran listrik dikakinya renata kesemutan Renata memutuskan kembali duduk tetapi gerak duduknya yang terburu-buru membuat air teh melonjak tumpah mengenai bagian dada jeremy refleks renata mendekat dan mengusap-usap dengan telapak tangannya di dada jeremy.
"Oh ya ampun,maaf jer maaf apa tehnya masih panas!!?" tanya renata
sebenarnya bukan air teh yang tumpah membuat jeremy bungkam melainkan posisi renata yang sangat dekat dengan tubuhnya sekarang.
Renata akhirnya menyadari jarak yang begitu dekat dengan Jeremy kedua telapak tangan nya pun masih menempel di dada suaminya.
Votenya silahkan kalau mau chapternya berlanjut 😉
KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband Mr Cold (On Going)
RomanceMenikah dengan manusia dingin bukan impian renata tunangan yang sesungguhnya telah meninggal lalu apakah mungkin dirinya bisa menjalani pernikahan dengan laki-laki ini yang terlihat mati rasa pada cinta apalagi pernikahan yang di dasari dari pesan...