23

551 16 0
                                    

Oh ya ampun apa yang kulakukan bodoh sekali aku ini, terlalu frontal,aku  menggodanya,,aku jadi wanita penggoda bagaimana ini mau ditaruh dimana mukaku.

Renata mengutuk dirinya sendiri ini diluar kendalinya mestinya tidak harus seperti itu entah setan apa yang merasukinya dia merasa menjadi wanita penggoda tapi tidak dia adalah istrinya mencium seorang suami adalah hal wajar tapi apakah Jeremy akan marah mungkin akan lebih dari arti marah ,Renata waspada dari posisi menjadi duduk  sekarang  ,mungkin saja sebentar lagi Jeremy akan membentaknya atau mendorongnya sampai jatuh kelantai.

Jeremy pun ikut terduduk tanpa melepaskan tatapannya.

Renata memejamkan matanya melihat Jeremy yang mendekatkan lima jarinya ke area pipinya posisi itu mirip seseorang yang akan menamparnya

Tetapi detik kemudian bukanlah tamparan yang di terimanya melainkan usapan pelan dari tangan besar suaminya Renata menahan nafas dalam setiap gerkan tangan Jeremy  dia tidak menamparnya melainkan menyentuh dengan kelembutan pertanda positifkah.

"maaf,aku bukan lelaki semacam itu aku tidak bisa melakukannya"

"Semacam itu?"

"Ya, laki-laki yang penuh roman dalam setiap sentuhannya dulu iya kulakukan pada kekasihku yang  sempurna menghancurkan perasaanku tapi tidak kali ini pada siapa pun termasuk dirimu,maaf"

Penuturan yang berhasil membuat seisi dadanya sesak penuh kesedihan suaminya mungkin bisa mencintainya tapi jeremy tidak pernah mau berusaha untuk itu sedikitpun

"Aku juga minta maaf aku lancang,tidak akan kulakukan lagi"

"Kau bisa tidur disini sudahlah ayo kita tidur ini sudah malam"

"Ya"ucap Renata singkat

Mereka berdua tidak bisa tidur begitu saja banyak fikiran berkecamuk menilai satu sama lain.

Jeremy sudah pernah melewati batas mencium Renata kali ini dia berusaha menahan gejolak dalam batinnya bukan sekedar hasrat tapi lebih kepada rasa yang tulus natural tanpa dorongan hal di luar itu.

Tidak ada daya Jeremy terlalu rajin menepisnya lagi dan lagi.

***

Joe menemukan renata dengan wajah yang muram pandangannya mengarah pada beberapa costumer cafe yang sedang menikmati pesanannya tetapi jelas dari cara kedua netranya tidak fokus pada apa yang di depannya, pandangan kosong dan tidak bersemangat sudah dua hari ini tingkah ini selalu di sajikannya.

Joe tidak bisa mogok lagi untuk bicara dengan Renata,
Setelah beberapa hari dari obrolan mereka Joe merasa marah pada apa yang menjadi pilihan Renata untuk memperjuangkan cintanya pada suami dinginnya jelas jelas Jeremy ingin pernikahannya berakhir  mungkin seharusnya dari awal dia menikah saja dengan sena fikir Joe.yang tidak di ragukan lagi ketertarikannya pada Jeremy

"Ada apa lagi? "

"Ah joe tidak ada"

"Kau baik-baik saja? Sepertinya ada yang menggangu fikiranmu"

"Itu,,emm hanya masalah kecil"

" tidak usah berbohong akui saja , bertengkar dengan suamimu? ,kau akan segera bercerai?"

"Joe !! Jaga bicaramu aku tidak akan bercerai dengan suamiku"

"Iya tidak sekarang"

"Dia hanya butuh waktu Joe ,aku tahu itu, dia hanya seperti salah presepsi pada perasaannya sendiri.aku bisa melihatnya saat dia menolongku dan mengobati lukaku atau saat kami bersama bagaimana tatapannya aku yakin dia nanti akan menyadari perasaannya"

"Mungkin saja kau yang salah mengartikan ,, bagaimana jika itu hanya persaan kasihan? "

"Tidak tentu bukan,aku,,"

"Kadang beberapa orang salah mengartikan sebuah perasaan tidak semua  perhatian atau tatapan berarti cinta bisa saja karena kasihan atau hanya obsesi seseorang"

"Percayalah aku hanya tidak ingin kau larut dalam perasaanmu sendiri,silahkan usahakan untuk jalan perasaanmu semoga kalian bisa bersatu,tapi jika hubungan kalian hanya nol besar bahkan saling menyakiti hentikanlah segera jangan buat semuanya semakin memburuk"

Joe menatap Renata dengan tulus dia ingin yang terbaik untuk Renata.

Belakangan ini harus di akui bukan semangat yang bertambah setiap harinya agar mendapatkan hati suami dinginnya entah bagaimana nyali Renata semakin menciut mendapati harapan tidak sesuai dengan kenyataan kadang kala ketika akan tidur fikirannya melayang apa dia harus mundur saja ,menyerah dari tujuannya.

***

Di dalam aprtemen Sena sedang memeluk Jeremy air matanya mengalir membasahi pipi dan sebagian membasahi kaos yang dikenakan Jeremy,

"Aku memimpikannya lagi,mimpi itu datang lagi Jer aku takut ,,"  Sena mendapatkan mimpi yang sangat dengan cepat dia mencari ketenangan tujuannya laki laki tampan yang sekarang mendekapnya erat dan hangat,Jeremy.

"Tenanglah,itu hanya mimpi orang itu tidak akan menyakitimu lagi dia tak akan kembali"

"Jangan jauh dariku Jerr,aku takut orang brengsek itu datang lagi"

"Aku tak akan kemana-mana,dan tak akan meninggalkanmu"
Ucap Jeremy penuh kelembutan pelukan mereka pun belum lepas sikapnya seperti kakak yang selalu siap menjaga adiknya.

***

Renata tertegun di amabang pintu apartemen melihat pemandangan yang memanaskan kedua bola matanya dadanya serasa sesak Jeremy sedang memeluk Sena dengan posesif kedua bibirnya bergetar menahan tangisan yang ingin pecah.

"Aku tak akan kemana-mana,dan tak akan meninggalkanmu"

Kata kata yang terus memekikan telinganya secara berulang pembicaraan terakhir yang di dengarnya dari Jeremy langsung membuat Renata tidak sanggup terlalu banyak mendengarnya lagi.

My Husband Mr Cold (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang