"Kita membohonginya aku tidak bisa terlalu jauh"tangannya mengusap asal air mata yang sudah sampai membasahi dagunya.
Renata memang baru mengenal ibunda Jeremy tetapi sama halnya dengan suaminya ia secara alamiah sudah merasa turut menyayangi wanita itu seperti menyayangi ibunya sendiri."Aku tahu dia tidak seharus nya menerima ini percayalah aku bisa mengatasi ini,dia tidak boleh mengetahui keadaan rumah tangga kita yang sebenarnya" ada nada memohon disana.
"Ibumu dia berharap besar untuk kebahagianmu dalam pernikahan ini jerr.. dan kita tidak akan bisa memberikan apa-apa"
"Maka dari itu ,,bantu aku ,,bantu aku sebentar Renata biarkan dia melihat kebenaran dari harapan nya sebentar saja lalu akan kuselesaikan " ucapnya dengan nada rendahnya ,Renata ragu dengan apa yang di dengarnya pria gagah ini bersedia memohon untuk ibunya meski hanya untuk kebohongan tetapi Renata bisa melihat Jeremy begitu perduli pada ibunya sehingga dia dengan sukarela mengurangi egonya untuk memohon padahal Jeremy yang dilihatnya tidak pernah seperti ini."Dia wanita berharga ku Ren.. tolong" refleks renata menoleh meraskan tangannya di genggam laki-laki ini .
Kemudian seperti sihir sorot mata itu membuatnya luluh ."Ya jerr baiklah.. lakukan, buat dia menyukai harapan ini setidaknya untuk sementara waktu , aku akan membantumu untuk itu,ku harap kita tidak akan mengecewakan banyak orang lagi "
Kemudian genggaman itu terlepas setelah senyuman Jeremy terukir Renata tidak mengerti tetapi pergerakan itu malah membuatnya merasa kosong ."Terimakasih"ucap Jeremy sungguh-sungguh.
***
Jeremy merebahkan tubuhnya di sofa sedari pagi saat Renata membuatnya bangun sejujurnya seluruh tubuhnya tidak nyaman hawanya dingin tetapi suhu tubuh nya terasa panas . Setelan kemeja yang di pakainya saat pergi mengunjungi ibunya di rumah sakit masih melekat, tubuh nya mulai ditekuk karena badan nya terasa dingin ingin sekali bergelung bersama selimut tebal di kamar tetapi keseluruhan tubuhya terasa lemas belum lagi sedari siang perutnya belum di isi apa-apa.
Renata tidak meragukan lagi melihat kondisi Jeremy seperti ini perkiraannya suaminya itu sedang kurang sehat.'Manusia itu apa dia bisa sakit juga'
Ingin sekali Renata bersikap acuh mengingat bagaimana sikap Jeremy tadi pagi yang terlalu meninggi padahal Fisiknya sedang lemah,tapi lama kelamaan Renata tidak tega memperhatikan kondisi Jeremy pria batu itu meringkuk seperti kedinginan,Renata pun mendekat menyentuh dahi jeremy.
"Ya tuhan panas sekalii "ia menempelkan telapak tangan nya di dahi Jeremy .****
Hari sudah pagi matahari mulai menerobos masuk melalui celah-celah kaca apartemen matanya masih terasa berat untuk terbuka tetapi Jeremy mengintip sedikit cahaya kemudian dia berniat tidur lagi namun matanya menangkap pemandangan asing disetiap sudut ruangan, ada deretan buku-buku historical romance disana mustahil itu miliknya,selimut yang menggulunya juga berwarna biru muda,seingatnya ia tak pernah memakai warna itu,hanya hitam dan putih warna yang biasanya di gunakan.
"Sudah bangun,,?"
"Kenapa aku bisa disini?" Ini bukan kamarnya Jeremy tersadar.
"Aku memapahmu kau demam lalu ada Risa menginap mana mungkin kau akan tidur di sofa ,aku beralasan kita pindah kamar ini jadi dia tidur di kamarmu"
Kepala Jeremy masih terasa berputar saat ingin mengingat semalam sepintas bayangan Renata mengompres dahinya ,memberinya obat ,dan..dan dia yakin dirinya tidur berpelukan dengan Renata ingatan itu samar tapi dia ingat betul pelukan itu begitu nyaman dan hangat mana mungkin Jeremy tak ingat, ingin sekali menanyakan kebenaran semalam takut istrinya itu terganggu dengan kelakuannya ,tapi Jeremy terlalu malu,Jeremy memang jarang sekali sakit tetapi ketika sedang sakit pria dewasa itu akan berbeda ia akan seperti bocah 10 tahun saat sedang sakit, Jeremy akan di temani ibunya dengan puncak kepala yang di usap-usap saat hendak tidur dan di suapi ibunya saat makan , kebiasaan itu sudah berlangsung lama,jadi untuk semalam Jeremy memang sempat tersadar orang yang dipeluknya bukan ibunya tetapi Renata,tetapi Jeremy tidak bisa jika tidak seperti itu saat sedang sakit,akhirnya ia tidak mau melepaskan dekapannya pada Renat malam tadi.
"Jerr kamu melamun,, apa kita harus kerumah sakit saja sepertinya kepalamu sakit sekali sampai melamun terus seperti itu heh..? Renata membawa bubur yang mengepul untuk sarapan untuk Jeremy, sejujurnya Renatapun berusaha tidak ingat bagaimana semalam Jeremy mengetat ke tubuhnya sampai sulit memisah kan diri dari belitan tangan kokoh itu ia tidak menyangka Jeremy akan berprilaku seperti itu padanya saat sedang sakit seolah takut di tinggalkan Renata memegang pipinya yang terasa panas dan merona saat ingat waktu malam tadi .
"Tidak usah"
'Setelah sikapmu semalam sekarang kau kembali dingin lagi ,kau membuat kubingung jer kufikir kau,,ah bodohnya aku ini'
"ini sudahku belikan obat penurun panas dan vitamin sebelumnya habiskan dulu buburnya" Renata serasa memiliki pasien killer dikamarnya,
"Aku bisa sendiri"
Dibalik pintu Risa bisa melihat kedua orang itu nampaknya belum ada perkembangan dalam hubungan mereka tetapi pasti akan selalu ada jalan untuk mereka berdua,
Risa akhirnya memanggil dokter disana juga dia selipkan ide untuk membuat interaksi pasangan itu lebih mencair.
"Ibu Renata tolong berikan obat yang saya sarankan tadi dengan teratur kalau tidak kondisinya akan lebih lemah lagi trombosit darahnya kurang terutama ibu Renata juga harus memastikan sendiri asupan makanannya ya bu"
Risa ikut antusias mendengarkan dokter perempuan di hadapannya .
"Apa kondisnya sangat lemah dok atau perlu di rawat,,?
"Oh tidak perlu dirawat juga tidak apa-apa sejauh ini pak Jeremy juga tidak mengidap penyakit apapun ,akan tetapi mungkin jika kondisinya semakin menurun bisa jadi nanti kalau harus dirawat bisa bisa memakan waktu yang lama perwatannya karena sistem imunnya dalam keadaan cukup rendah,Risa bisa melihat gurat-gurat khawatir melanda Renata.
"Ooh begitu ya dok ,baiklah nanti saya akan lakukan seperti saran dokter tadi"
Risa dan ibu dokter mengedipkan mata menahan senyum mengingat Jeremy kondisi nya hanya kelelahan biasa , demamnyapun sudah menurun.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband Mr Cold (On Going)
Roman d'amourMenikah dengan manusia dingin bukan impian renata tunangan yang sesungguhnya telah meninggal lalu apakah mungkin dirinya bisa menjalani pernikahan dengan laki-laki ini yang terlihat mati rasa pada cinta apalagi pernikahan yang di dasari dari pesan...