Tema: Impresif
___________________________________
Nickel meletakkan teh untuk tamu-tamunya. Sang ayah duduk tegap di kursi, sesekali tersenyum pada tamu di depannya. Sudah cukup lama mereka tak mendapat tamu.
Mengambil posisi di dekat ayahnya, Nickel berucap, "Ayo, silakan dinikmati. Tenang saja, minuman ini aman untuk diminum."
"Terima kasih. Omong-omong, kenapa tempat ini sepi sekali? Kami kemari karena guru kami bilang tempat ini sangat menarik, tidak ada perbedaan siang dan malam karena selalu ramai dan terang." Michael menatap ke luar jendela, ke arah jalanan yang sangat sunyi dan gelap.
Senyum Nickel pudar, pandangannya teralih pada teh-teh di atas meja. "Tempat ini memang sangat menarik dan ramai, tapi itu dulu."
"Sebelum kabut itu menghalangi," Pak Garry menambahkan. Tatapannya menyorot tajam ke arah kabut-kabut yang mulai menghalangi pandangan.
Bangkit dari duduknya, Pak Garry berjalan ke dekat jendela, mendongak untuk menatap langit walau dia yakin tidak bisa melihatnya. "Hal ini bermula lima bulan lalu. Entah bagaimana caranya kabut-kabut ini bisa datang. Dua bulan setelah kabut ini datang kami masih mendapat tamu yang datang dari luar kota."
Menutup tirai jendela setelah jam berdentang sepuluh kali, dia kembali duduk di tempatnya. "Namun, di bulan ketiga tidak ada lagi orang yang datang kemari. Semua enggan datang kemari setelah tahu tentang kabut yang semakin hari semakin tebal membuat Kota Oldenia seperti kota mati tertutup kabut."
"Benar. Sejak saat itu, kami tidak pernah melihat langit yang cerah. Aktivitas di Kota Oldenia hanya ada saat pagi sampai pukul satu siang. Setelahnya, perlahan-lahan orang-orang mulai hilang, masuk ke dalam rumah masing-masing, mengurung diri sampai mentari menyapa lagi." Nickel meraih camilan di atas meja, mengunyah perlahan sambil menerawang kejadian.
Mendengar cerita Nickel yang terdengar aneh, Michael mengerutkan kening. Dia merasa cerita Nickel masih menggantung. "Kenapa seperti itu?"
Pak Garry menghela napas. "Karena lewat pukul dua siang bukan hal bagus untuk ke luar rumah. Kalian beruntung bisa kemari sebelum ada hal buruk yang menimpa. Rumornya, banyak orang hilang jika keluar melewati pukul dua siang, terlebih lagi saat malam. Kami juga tidak tahu apa penyebabnya."
"Cih, andaikan saja aku bisa menyelesaikan eksperimenku, pasti kabut ini akan lenyap." Nickel membuang muka, enggan menatap ayahnya yang sudah melirik tajam. Dia tahu ayahnya tak suka dia melakukan eksperimen.
Detik berikutnya, Pak Garry bangkit. Tangannya merogoh saku celana lalu menyerahkan kunci ke arah Michael. "Ini sudah malam, kalian bisa langsung tidur. Mungkin kalian kelelahan. Dan untukmu, Nickel, jangan pernah bahas eksperimenmu lagi. Fokuskan dirimu pada yang ayah ajarkan."
Nickel tampak mengabaikan, pandangannya menatap lurus ke lantai, sementara tangannya mengepal kuat. Selalu saja begitu. Nickel tidak tahu mengapa sang ayah sangat melarangnya berurusan dengan sihir, padahal di hotel ini terdapat ruangan khusus yang menyimpan banyak perlengkapan untuk membuat ramuan, lengkap dengan buku panduan dan mantra-mantranya.
Selepas kepergian Pak Garry, Michael dan Ken menatap Nickel penuh tanda tanya.
"Nickel, kau tadi berbicara pasal eksperimen yang bisa menghilangkan kabut. Maksudmu apa?"
Menoleh ke arah Michael, Nickel ikut bangkit. "Tidak ada. Lebih baik kalian tidur, ini sudah malam. Oh, iya, saat perjalanan kemari apa kalian bertemu dengan gadis cantik yang buta?"
"Kurasa tidak. Kau melihatnya, Ken?"
"Tidak juga. Memangnya ada apa?"
Nickel mengangguk kecil. "Tidak ada, tetapi gadis itu sedikit aneh menurutku. Pertama kali kabut ini datang, aku tengah berbelanja. Beruntung ayah menjemputku membawa alat penerangan. Jika tidak, aku mungkin tidak bisa pulang. Dan seingatku, gadis itu datang bersamaan dengan datangnya kabut dan orang-orang yang menghilang."
Mendengarnya, Michael dan Ken hanya terdiam. Sejauh ini, Nickel dan ayahnya terlihat tidak berbahaya, tetapi seperti ada sesuatu di antara keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fog Witch
FantasyDipersembahkan untuk Daily Event @PseuCom. Semoga aja nggak nebar aib. Ya ... gitu lah. Intinya ada kabut sama sihir-sihirnya.