Tema: Tawanan
___________________________________
Mata menatap waspada, tangan bergandengan untuk memberi kekuatan satu sama lain. Di depannya terdapat api yang melayang, membantu dua gadis untuk melihat jalan.
"Kita harus ke mana?" Viona bertanya, menatap ke arah jalan perempatan di depan. Tinggi dinding menjulang sampai tak mampu melihat ujung, ditutupi kabut dan penerangan yang sangat minim. Cahaya api pun hanya mampu membantu mereka lihat hingga beberapa meter.
Entah sudah berapa lama berputar-putar, yang mereka lihat hanya dinding putih yang menjulang tinggi, tak ada sinar rembulan ataupun mentari. Semuanya gelap.
Demi bisikan Siil, labirin ini sangat menyiksa. Bagaikan tengah ditawan di dalam kegelapan. Penuh dengan kebingungan dan rasa takut.
***
"Kenapa kalian tidak pulang saja ke ibukota? Bukankah tidak ada yang bisa kalian lihat di sini?" di perjalanan pulang, Nickel bertanya sambil menenteng beberapa barang. Tatapannya sesekali menoleh ke arah Michael dan Ken yang berjalan di sampingnya tanpa membawa apa pun.
Menghela napas, Michael menjawab, "Kami kehilangan dua teman kami."
"Teman kalian? Perempuan atau laki-laki?"
"Perempuan. Yang satunya berambut pirang panjang, satu lagi rambutnya agak kemerah-merahan, panjangnya hanya sebahu. Mereka sama-sama langsing dan berkulit putih. Apa kau melihatnya?" belum sempat Michael menjawab, Ken menyela. Laki-laki yang sejak dari pasar tadi hanya diam itu tiba-tiba menyeletuk, membuat Nickel sedikit mengerutkan kening.
Mengedikkan bahu, Nickel menggeleng. "Kurasa tidak. Selama beberapa bulan ini, hanya kalian orang asing yang kulihat."
Perjalanan kembali hening, Ken hanya menunduk, sementara Michael memperhatikan sekitar. Tempat ini terlihat lebih jelas saat pagi atau siang. Jam tangannya menunjukkan pukul sebelas, artinya sebentar lagi aktivitas di sini kembali mati. Kota ini akan kembali sunyi seperti semalam.
Setelah dilihat-lihat, ternyata gurunya tidak membual. Beliau memang benar, di sepanjang jalan hanya bangunan kuno yang terlihat menyejukkan pandangan---jika saja kabut itu hilang. Pohon hias yang tumbuh di pinggiran jalan tampak mengering, kentara betul kekurangan nutrisi karena tak terkena cahaya matahari.
Langit tertutup kabut, pintu-pintu dan jendela-jendela bangunan tertutup. Banyak debu yang menempel pada kaca jendela, juga beberapa sampah yang beterbangan ditiup angin.
Melihat Michael yang menghentikan langkah, Nickel menoleh sambil mengerutkan kening. "Kenapa kau berhenti? Ingin tinggal di sini?"
Mata Michael tampak membulat, dia terperanjat. Melihat pemandangan di sekitar membuatnya tanpa sadar berhenti saat merasakan ada sesuatu yang berbisik di telinganya. "Ti-tidak ada. Ayo, lebih baik kita cepat pulang."
Selain karena bangunan-bangunan kuno yang bisa menyejukkan pandangan, Michael dan teman-temannya ingin kemari karena sang guru berkata di sinilah mereka bisa bertemu Siil.
Siil merupakan sosok tak kasat mata yang disebut sebagai penguasa angin. Siil dapat mengatur angin sesuai keinginannya. Mereka yang bisa mendengar bisikan Siil adalah orang-orang istimewa yang Siil berikan ilham. Siil dikatakan misterius, tidak menunjukkan diri pada siapa pun, kecuali mereka yang diberinya ilham. Siapa pun yang mendapat ilham Siil akan mampu membaca angin, cuaca, dan semacamnya.
Michael dan teman-temannya yang ingin mendapat ilham Siil langsung menuju kemari, tak mencari tahu terlebih dahulu tentang apa pun yang terjadi di sini, selain informasi dari gurunya. Akademi sihir di ibukota berdiri di ujung pegunungan, jauh dari pemukiman untuk menghindari keramaian. Seluruh muridnya diwajibkan untuk tinggal di asrama yang disediakan. Sihir perlu konsentrasi. Begitu kata para petinggi.
Menoleh ke arah Nickel yang tampak tenang di sampingnya, Ken menanyakan hal yang seharian ini mengganggunya, "Lalu, kenapa kalian yang masih tersisa di sini tidak pergi ke luar kota? Pergi jauh, meninggalkan kota berkabut ini."
"Kami tidak bisa." Jeda sejenak, Nickel menghela napas. "Bagi kalian yang pendatang, bisa keluar-masuk dengan bebas, tetapi kami yang warga asli Kota Oldenia tidak bisa. Sudah berkali-kali kami mencoba, kami seakan-akan dipermainkan. Tidak bisa menuju ke stasiun, hanya berputar-putar di sini. Kehidupan kami di sini bagai tawanan, bedanya kami tidak disiksa secara langsung." Nickel tertawa hambar, menyiratkan kemirisan yang dialami warga Oldenia.
![](https://img.wattpad.com/cover/273317507-288-k505243.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fog Witch
FantasyDipersembahkan untuk Daily Event @PseuCom. Semoga aja nggak nebar aib. Ya ... gitu lah. Intinya ada kabut sama sihir-sihirnya.