20. Jawaban

16 8 4
                                        

Tema: Terpecahkan

____________________________________

Mata baru terpejam, tetapi terpaksa dibuka kembali saat tubuhnya diguncang kuat oleh seseorang. Masih setengah sadar, Nickel menatap Ken yang entah sejak kapan berada di depannya. "Ada apa?"

"Menyingkir! Aku menemukan sesuatu." Ken langsung mendorong tubuh Nickel kuat membuat tubuh yang kesadarannya belum terkumpul sepenuhnya itu limbung. Berjongkok di depan patung orang yang duduk bersila, Ken mengintip bagian bawah tangan yang menengadah.

Saat tengah duduk memperhatikan sekitar tadi, tanpa sengaja matanya tertuju pada Nickel yang terlelap dalam tidurnya. Baru saja hendak mengalihkan pandangan, sebuah kilauan berwarna merah di dekat kepala Nickel membuatnya terbelalak.

Merasa penasaran, Ken langsung beranjak, memastikan apa yang dilihatnya benar. Setelah diingat-ingat, Siil berkata mereka harus mencari sinar merah di bawah tangan yang menengadah. Bukankah tangan patung ini menengadah layaknya orang berdoa?

Tangan Ken terulur, menyentuh bagian yang berpendar merah di antara pertemuan kedua pergelangan tangan patung batu itu. Cahaya merah itu ditekan sebentar, setelahnya sebuah guncangan terasa membuat Denish, Michael, dan Garry yang sibuk memecahkan masalah dengan cara masing-masing menoleh.

Alih-alih mundur ketakutan seperti biasa, Ken menatap sambil ternganga pada dinding gua di belakang patung yang terbuka lebar. Matanya sampai membulat penuh, masih tak percaya akan apa yang ada di hadapannya.

"Apa yang terjadi?" Michael langsung menghampiri, ikut menatap kebingungan jalan rahasia yang terbuka lebar di hadapannya. Di sampingnya, Denish terdiam, berdiri tegap sambil menyentuh beberapa bagian patung.

Tangannya kembali ditarik, Denish maju beberapa langkah, berdiri tepat di belakang patung. "Jalan menuju Ladoria," ujarnya sambil menatap pintu masuk di depannya.

Lorong di depan sana tampak bercahaya, obor yang terpasang di dinding gua ukurannya dua kali lipat lebih besar daripada obor di ruangan yang mereka tempati saat ini.

"Ladoria?" merasa asing dengan kata yang Denish ucapkan, Nickel bertanya.

"Ladoria. Tempat sebuah batu permata ruby tersimpan. Batu permata yang sebenarnya menjadi incaran banyak orang. Selama ini, para pendatang berebut mendapat ilham Siil bukan untuk berteman dengan angin, melainkan ingin mengetahui letak batu permata ruby," suara Garry terdengar, pria yang mengenakan jubah dan tudung itu berjalan mendekat, ikut menatap setiap sisi lorong di depannya.

Menoleh pada ayahnya, Nickel lagi-lagi bertanya, "Kenapa aku tidak tahu pasal ini? Selama ini tidak ada satu pun pendatang yang membicarakan pasal batu itu."

"Kau terlalu fokus ingin tahu sihir, Nickel. Lagi pula, tidak akan seorang pencuri berkata terang-terangan pada pemilik rumah bahwa dia berencana akan mencuri barangnya, bukan?"

Mengerjap beberapa kali, Nickel langsung bungkam. Bibir merahnya langsung terkatup rapat, sementara pandangan kembali tertuju ke depan, menatap Denish yang sudah masuk ke dalam disusul Michael dan Ken.

"Ayo, apa lagi yang kau tunggu?" Garry langsung menarik pelan anaknya, mengabaikan wajah Nickel yang masih bertanya-tanya.

Tepat setelah Nickel dan Garry masuk ke dalam, pintu tertutup otomatis disusul getaran-getaran yang tidak sekuat tadi. Menoleh ke depan, Nickel tak melihat tanda-tanda apa pun selain lorong yang sangat panjang.

"Kita hanya perlu berjalan, mencari pintu berikutnya untuk lanjut," Denish yang berjalan paling depan menjawab pertanyaan yang berputar-putar di kepala Nickel. Gadis yang mengenakan pakaian yang diberikan Garry---katanya baju ibu Nickel dulu---itu terlihat tak terusik oleh sekitar. Pandangannya tetap tertuju ke depan, bahkan rok yang menjuntai ke tanah tak terlihat merepotkan saat kakinya melangkah.

The Fog WitchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang