14. Murka

21 8 3
                                    

Tema: Mabuk

*aku yang mabok :"

_______________________________

"Tetap saja, Nickel! Kau tidak bisa sembarangan membawa orang, terlebih seorang gadis!" Garry menatap anaknya murka, matanya mengilatkan ketidaksukaan.

Bagaimana tidak? Pagi-pagi saat hendak turun ke bawah untuk memasak dia mendengar suara orang batuk dari kamar yang tidak berpenghuni. Mencoba membuka pintu, keningnya semakin mengerut heran. Seingatnya dia tak pernah mengunci kamar yang kosong semenjak kabut ini datang.

Setelah mengambil kunci di meja resepsionis, dia kembali ke atas untuk membuka pintu. Matanya langsung membulat terkejut saat mendapati seorang gadis berambut hitam pendek duduk di atas ranjang menatap lurus ke luar jendela.

Menunduk takut, Nickel memilih diam. Dia sengaja tak memberi tahu ayahnya tentang Denish selama dirinya mencari alasan. Alasan belum ditemukan, ayahnya sudah lebih dahulu tahu. Alhasil, pagi-pagi dia dibangunkan, diminta bersiap dengan cepat dan menemui ayahnya di ruang khusus yang dulunya merupakan rumah Nickel dan Garry, sementara Michael dan Ken menemani Denish di kamar.

Hotel Wein yang selalu penuh membuat Nickel dan Garry harus tetap tinggal, tetapi kurangnya jumlah kamar mengharuskan mereka untuk membuat bangunan baru di dekat Hotel Wein, terhubung langsung melalui pintu yang letaknya di dekat ruang penyimpanan perlengkapan sihir yang dulunya selalu Garry gembok dengan alasan gudang tak terpakai.

"Ayah tidak habis pikir dengan apa yang ada di otakmu. Tidak bisakah kau tidak bertingkah seenaknya?"

"Maaf, Ayah. Aku hanya ingin mencari informasi dari gadis itu karena kupikir dia ada hubungannya dengan kabut ini." Nickel memang tidak suka ayahnya memaksa dia untuk menjadi pewaris Hotel Wein, tetapi dia juga tidak bisa berkutik saat ayahnya marah.

Harus Nickel akui, ayahnya akan sangat menyeramkan saat marah. Garry memang tidak akan bermain fisik, tetapi tatapan tajam penuh aura intimidasi itu membuat Nickel seakan-akan melakukan kesalahan yang luar biasa sampai tak bisa dimaafkan.

Tak tahan dengan sikap Nickel, Garry langsung menggebrak meja. "Kamu selalu saja bicara soal kabut, kabut, dan kabut! Kalau kamu tahu informasi, apa yang akan kamu lakukan? Membuat eksperimen lagi? Sudah berapa kali ayah bilang? Hentikan eksperimenmu! Kau tak perlu berurusan ataupun tahu tentang sihir! Kamu itu terlalu sering bereksperimen sampai-sampai ramuan itu mungkin memabukkanmu! Akal sehatmu sampai hilang, lebih memikirkan ini dan itu daripada diri sendiri."

Garry berlalu pergi, meninggalkan Nickel seorang diri. Mendongakkan kepala, Nickel menatap lurus ke jendela yang menghadap langsung ke jalanan kecil Kota Oldenia yang sempit dan sunyi. Menghela napas sekali, dia bangkit dari kursi, hendak pergi ke kamar tempat Denish berada.

Baru beberapa langkah, Nickel menoleh saat suara barang jatuh terdengar. Matanya langsung menatap sebuah foto yang jatuh terbalik di atas lantai. Keningnya mengerut seketika, memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang membuat foto itu jatuh.

Tidak ada angin yang masuk karena jendela tertutup rapat, tidak ada juga hewan-hewan kecil yang merayap di tembok. Jadi, bagaimana foto ini bisa jatuh?

Tangannya langsung meraih foto, melihat gambar yang tak pernah dia lihat sebelumnya. Di sana tampak gambar ayahnya bersama seorang wanita cantik yang memiliki tiga titik kecil di bawah mata kanannya. Rambut wanita itu berwarna putih, terurai panjang sampai foto yang hanya diambil setengah badan itu tak bisa menampilkan ujung rambutnya.

Alisnya bertaut, dalam hati bertanya-tanya apakah wanita ini ibunya. Dia tak pernah bertemu sang ibu, bahkan di Hotel Wein sekalipun tak ada foto yang terpajang selain lukisan tumbuhan dan hewan fantasi. Di ruangan ini pun hanya terpasang lukisan yang sama, tak ada satu pun gambar seorang wanita. Lalu, dari mana foto ini berasal?

Merasa tak akan menemukan jawaban jika bertanya pada diri sendiri, Nickel langsung bangkit, meletakkan foto di atas meja, lalu pergi untuk menuntaskan niat yang sempat tertunda.

The Fog WitchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang