5. Nickel

39 11 4
                                    

Tema: Sepakat

__________________________________

"Hei, kau tidak ingin tidur, Michael?" melihat Michael yang hanya duduk di tepi ranjang sambil menatap ke luar jendela, Ken memilih bertanya. Entah sudah berapa lama Michael diam di posisi itu membuat dia khawatir jika temannya kesurupan.

Menoleh ke arah Ken, Michael menaikkan kakinya ke atas ranjang, duduk bersila sambil menopang dagu. "Kira-kira Bella dan Viona ke mana, ya? Aku khawatir, mereka perempuan, bisa saja terjadi sesuatu di luar sana. Belum tentu mereka menemukan tempat penginapan. Benar, bukan?"

Ken yang tadinya berbaring telentang langsung bangun, duduk bersandar pada tembok. "Ah, kau memikirkan mereka rupanya. Bagaimana kalau kita cari saja mereka?"

"Aku ingin mencarinya, tetapi bagaimana? Kita tidak hafal jalan di sini, kita buta arah. Ditambah lagi kabut yang menghalangi pandangan. Memangnya kau mau tersesat di dalam kabut sampai mati kedinginan?" Michael mulai meluruskan kakinya, ikut bersandar pada tembok di dekat Ken.

Kebetulan sekali kamar ini didesain sangat rapi. Hanya ada satu kasur besar yang menempel pada tembok. Di dekat kasur terdapat sebuah meja untuk meletakkan barang-barang dan sebuah lemari kayu besar dengan cermin besar pula. Selain itu, ada jendela besar yang menghadap langsung pada jalanan. Mungkin fungsinya dulu untuk melihat betapa ramainya kota dari atas.

Menghela napas, Ken kembali berbaring sambil menatap langit-langit kamar. "Lagi pula, Nickel dan ayahnya bilang, kabut itu sudah ada sejak beberapa bulan lalu, bukan? Mau menunggu sampai kapan? Menunggu sampai besok mungkin Bella dan Viona sudah ikut hilang bersama sebagian besar penduduk kota ini."

"Omong-omong soal penduduk hilang, aku masih penasaran bagaimana mungkin Nickel tidak ikut hilang, padahal dia ada di tempat yang sama waktu itu. Bukankah terasa aneh?"

"Hei, kau menanyakan hal itu padaku hasilnya akan sama. Aku juga tidak tahu bagaimana dia bisa tetap di sana walaupun seluruh orang di sampingnya menghilang. Tapi, jika tidak salah ingat, dia menyebut tentang gadis buta, 'kan? Atau si gadis buta itu ada kaitannya dengan hal ini?"

Michael bangkit, mengenakan sandalnya lalu berjalan menuju pintu. "Terus seperti ini kita tidak akan menemukan jawaban. Bagaimana kalau kita mencari jawabannya sendiri?"

"Kau gila?! Bagaimana kalau nanti ada hantu yang tiba-tiba muncul? Aku tidak mau ke mana-mana!" Ken langsung menutup wajahnya menggunakan bantal, mengabaikan Michael yang mulai membuka pintu kamar.

"Kalau kau tidak mau, tidak masalah. Aku akan mencari jawabannya sendiri."

Tubuh Michael hilang di balik pintu. Iris biru Michael mengedar, menatap setiap sisi lantai atas. Tidak ada hal yang spesial. Hanya bangunan besar dengan dinding putih polos yang diberikan beberapa lukisan.

Menoleh ke lantai bawah, kening Michael mengerut saat melihat Nickel berjalan sambil menoleh waspada membawa sesuatu. Laki-laki serba putih itu masuk ke dalam sebuah ruangan, menutup pintunya secara perlahan.

Merasa penasaran, Michael langsung menuruni tangga, menuju ke ruangan tempat Nickel menghilang tadi. Tangannya terulur memutar knop pintu, secara perlahan dia buka. Tidak ada bunyi decitan seperti saat membuka pintu utama.

Di dalam, Michael mendapati ruangan penuh dengan barang-barang eksperimen. Terdapat gelas-gelas kaca di atas meja, juga tempat pembakaran yang sangat besar. Mirip tempat menciptakan ramuan di sekolah sihirnya.

"Kau sudah di sini rupanya."

Menoleh ke belakang, Michael melihat Nickel yang tersenyum ke arahnya. Jaket putih yang panjangnya mencapai lutut Nickel eratkan, berjalan semakin dekat ke arah Michael.

Walau di otaknya penuh tanda tanya, Michael tetap berusaha tenang, balik menatap Nickel yang sudah berdiri di depannya sambil memegang buku catatan. "A-apa semua ini?"

"Ini eksperimen yang kumaksud. Sudah dua bulan aku berusaha menciptakan ramuan untuk menghilangkan kabut ini, tetapi tak kunjung berhasil." Nickel meletakkan buku catatan di tangannya, menarik kursi untuk dirinya duduk.

Michael yang tampak tertarik dengan alat-alat pribadi Nickel langsung melihatnya dengan teliti, sesekali mencari kesalahan yang membuat eksperimen Nickel tidak berhasil. "Peralatanmu cukup bagus. Ramuan apa yang ingin kau buat?"

Michael turut menarik kursi, duduk berhadapan dengan Nickel.

Nickel membuka buku catatannya, menunjukkan isi tulisannya pada Michael. "Aku berusaha membuat kristal petir dengan cara selandor. Setelah kuamati, ramuan ini bisa menghilangkan sedikit kabut. Tapi, untuk menghilangkan kabut satu kota, perlu banyak ramuan juga. Namun, ya, begitulah. Membuat sedikit saja aku belum bisa."

Meraih buku yang Nickel sodorkan, Michael membacanya dengan cermat. "Apa kau menggunakan kitalis?"

"Tidak, aku menggantinya dengan gading narwa."

"Dari mana?"

"Apa?" Kening Nickel langsung mengerut. Mana dia tahu dari mana asal gading narwa yang dibelinya di pasar saat pagi hari. Dia tak menanyakannya pada penjual. Dia kira semua gading narwa sama saja.

Meletakkan kembali buku Nickel, Michael beralih pada pena, mencoret beberapa bagian buku tanpa izin. "Jangan memesan gading narwa dari merzen karena tingkat kemurniannya. Lebih baik kau memesannya dari burgonia."

"Tapi, aku tidak memesan. Aku membelinya di pasar saat pagi hari sekaligus membeli bahan pokok."

"Kalau begitu kau harus membedakannya. Bentuk dan warnanya sedikir berbeda." Michael berdiri, berjalan untuk melihat-lihat peralatan lain.

Mendengar ucapan Michael, Nickel langsung mendengkus. Jangankan membedakan, fungsinya saja dia tidak tahu kalau berbeda. Dia baru saja mengetahui bahwa gading narwa memiliki banyak jenis. "Aku tidak tahu cara membedakannya."

"Kalau begitu, aku bisa membantumu mencarinya. Bagaimana? Setuju?"

Mengerutkan kening, Nickel bertanya, "Kau tahu perbedaannya? Kau bisa membantuku menyelesaikan eksperimen ini?"

Michael langsung membusungkan dada, menunjukkan pin penghargaan sambil menatap Nickel dengan tampang sombong yang dibuat-buat. "Tentu saja. Aku lulusan terbaik di Akademi Sihir Kota Skyveli."

Menatap pin penghargaan yang Michael tunjukkan, Nickel langsung menjabat tangannya. "Baiklah, kalau begitu aku setuju. Besok pagi kita akan pergi ke pasar untuk membeli gading narwa. Jadi, mulai sekarang kita akan bekerja sama menghilangkan kabut. Anggap saja ini agenda mengisi liburanmu."

The Fog WitchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang