Hujan turun lebih derasnya pada tanggal 7 Juli. Kawasan perkebunan sawit di wilayah Gunung Tamang tersiram dengan deras sehingga tanaman yang sangat rakus dengan air ini begitu kenyang. Pengusaha tidak perlu mengeluarkan biaya untuk penyiraman seharian ini. Nada jatuhnya air langit berirama seolah menjadi lagu latar kasus pembunuhan di Blok G kawasan perkebunan kelapa sawit di PT Purnabhawa.
Kedua polisi di lokasi ini bertindak berbeda. Aswin fokus memberi penenangan pada semua orang yang syok atas kejadian ini―sekalipun tidak melihat kondisi mayat secara langsung. Sementara Bernard yang mengurus mayat. Ia berada di bawah opsnal reskrim, maka kejadian pembunuhan merupakan tanggung jawabnya. Ia membungkus mayat dengan mantel ponco sembari menyusunnya seperti anggota tubuh. Tubuh itu tidak utuh juga tidak lengkap. Ada jarak antara lengan atas dengan ruas tangan.
"Aku sudah mencarinya, tapi tetap tidak ada," kata Bernard kepada Mizi yang menatap miris sesosok mayat termutilasi di hadapannya. Bernard bersimpuh dengan ujung lutut sebelah kirinya dan mengatupkan kedua tangannya sembari menunduk, memberi penghormatan pada mayat itu. "Semoga tenang di alam sana."
Vira berdiri di balik pintu gudang―yakni tempat mayat Ibni dikumpulkan. Irisnya memperhatikan langit-langit seolah sisi pandangnya bisa menembus hingga lantai dua di atas sana. Ia benar-benar belum mendapatkan petunjuk tentang cara pembunuh melakukan semuanya.
"Hai, Sayang..,"
Alis Vira berkedut. Ia sangat yakin, ini pertama kalinya menghadapi kasus pembunuhan tanpa Fery di sampingnya. Tapi, kenapa ia masih bisa mendengar nada menjijikan seperti itu? Dengan malas ia berbalik dan menatap bosan pemuda yang menggunakan kaos putih dengan sablon merah bertulis 'I Love You, Honey Bunny Sweety'. Vira merinding disko. "Norak banget, Keparat," ucapnya nyaris dikatakan secara keras jika tidak ingat bahwa ia harus bersikap baik di sini.
"Tadi, kau bilang apa, hm?" Leo meminta pengulangan. Karena tidak mendapat jawaban, pria pendek yang kekar itu hanya tersenyum sambil masuk ke dalam gudang.
Aziz di belakangnya masih menenteng kamera dan berwajah gundah. Ia memiliki hobi fotografi dan berniat memotret berbagai keindahan di tempat ini; seperti lembah-lembah, gunung, matahari terbit, dan perkebunan sawit yang menghijau jika di lihat dari puncak. Namun, sejauh ini koleksi fotonya hanya berkenaan dengan ruangan di Gedung Pertemuan dan..., mayat.
Ia diamanahkan oleh Bernard untuk mengabadikan momen di tempat kejadian perkara berikut potongan mayat yang berserakan. Hal yang membuat Aziz untuk pertama kalinya tidak ingin melihat galeri di kameranya.
"Kau bisa pindahkan fotonya ke laptopku. Berikan saja memorinya padaku." Vira menenangkan pemuda itu karena tahu persis yang dikhawatirkan Aziz ketika melihatnya tidak ingin masuk ke ruangan seperti Leo.
Ah, bicara tentang Leo, pemuda itu niatnya hanya ingin menyapa Bernard. Namun, kala melihat potongan mayat di hadapannya, rasa mual langsung menyelimuti tenggorokannya. "Padahal aku sudah melihatnya dari kamera Aziz," katanya sambil berbalik dan tidak jadi berbincang dengan Bernard.
Sementara polisi itu malah terkekeh dan mengejeknya. "Badan saja dikekarkan, tapi ngelihat mayat malah takut."
Leo agaknya adalah pemuda yang mudah terpancing. Tidak ingin diremehkan, ia mendekat kembali dan berdiri di samping Bernard dengan mata fokus pada orang yang sempat menyamar menjadi direkturnya. "Apa? Lihat! Aku berani."
"Mayatnya itu lho di sini, bukan aku," ujar Bernard menunjuk mayat di bawahnya.
"Nggak apa. Melihat Pak Bernard saja sudah cukup karena suatu saat Anda juga akan menjadi mayat."
Bernard tertawa mendengar candaan itu. Ia menepuk pundak Leo dengan bahagia seolah mereka adalah sobat yang sudah akrab dan saling mengenal sejak lama. Berbeda dengan Vira yang di luar sana mendengar percakapan itu. Baginya, candaan itu tidak lucu. Sama sekali tidak lucu. Ia yakin, Leo tidak bercanda saat mengatakannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
IN Series 5: Cincin
Mystery / Thriller[COMPLETED!] Final IN Series! "Hanya tentang kepercayaan... Memasangkanmu cincin atau melepaskanmu bebas bertarung melawan kematian." Dilema yang akan dihadapi Fery; yakni ia yang harus melawan gemelut Organisasi Sayap Merah; bersamaan dengan Vira...