Chapter 7. Bergelantungan di Pagi Hari

55 12 0
                                    

Fery misuh-misuh setiap melihat ponsel. Ia masih menyesali kesadarannya yang benar-benar lumpuh tidak terbangunkan saat pagi pertama di kapal ini. Bahkan ketika kejadian itu sudah berlalu 3 hari lamanya.

Kevin membagi pekerjaan menjadi dua. Kevin akan menangkap ekor peredaran narkoba secara perlahan berdasarkan informasi yang ada. Pria itu meyakini bahwa gerombolan pemuda yang ditemui Fery merupakan sindikat narkoba. Salah seorang diantaranya yang bernama Simon adalah sumber informasi Kevin. Pemuda itu bukanlah mahasiswa, melainkan pria seumuran Kevin yang merupakan teman sekolahnya dulu. Sebagai sahabat, mereka sama-sama berjanji tidak akan mengganggu pekerjaan masing-masing sekalipun sangat bertolak belakang. Simon akan membocorkan informasi yang ia miliki karena ia sudah lama ingin keluar dari lingkup kekuasaan Limerence. Dua tahun baginya sudah cukup untuk mengumpulkan uang. Namun, keluar tidak semudah kelihatannya karena organisasi sebesar ini tidak akan membiarkan informasi internal terpapar begitu saja seiring kepergian anggotanya.

Kevin berjanji untuk menghancurkan salah satu kaki organisasi ini. Ia meyakinkannya sembari menunjuk Fery―orang yang bahkan sebelum bergabung di kepolisian telah membenamkan Rider ke penjara dan menghancurkan satu kaki organisasi Sayap Merah hingga ke akarnya. Hal yang membuat Simon yakin merincikan informasi letak gudang penyimpanan sabu-sabu dan percaya bahwa Kevin akan menjalankan rencana terbaik untuk membuatnya terlepas dari pekerjaan ini.

Fery tidak diajak oleh Atasannya saat pria itu membongkar kunci salah satu ruangan sempit di lantai dasar yang di dalamnya terdapat peti berisi 3 kilogram sabu. Ukuran yang cukup kecil untuk disebarkan di setiap pemberhentian kapal ini. Fery hanya mendengar bahwa Kevin berhasil memotret sabu tersebut sebelum keluar dari ruangan itu. Kejadiannya sudah berlalu 12 jam yang lalu. Namun, Fery masih merasakan hal yang janggal pada foto yang dikirim via bluetooth oleh atasannya tersebut.

"Hanya peti..," Fery memperbesar gambar peti warna cokelat krim yang terbuka tersebut. Jempol dan telunjuknya bergerak untuk tetap memperbesar namun mengarahkannya pada hal lain yang ia rasa cukup janggal. Dari kegelapan sudut yang tidak terkena cahaya, Fery melihat sebuah mata kilau terpantul seperti lensa kecil. Sesuatu yang berbentuk absurd namun disadari bahwa benda itu aktif saat Kevin berada di dalam ruangan tersebut. "Kamera? Untuk apa dipasang di ruangan―ah, itu ruangan penyimpanan. Mereka harus meninjau siapapun yang memasukinya."

Kalimat yang membuat Fery menelan ludahnya sendiri. Ia meyakinkan diri bahwa Kevin memang menggunakan penyamaran dan pasti tidak akan diketahui identitasnya. Namun, sebenarnya bukan itu masalahnya.

Matahari terbit tidak terlihat karena tertutup awan. Fery hanya memandangnya dengan sorot tajam penuh pemikiran. Ia telah melaksanakan tugasnya, yaitu memastikan keterkaitan awak kapal dengan organisasi Limerence. Kesimpulannya, mereka sama sekali tidak terkait. Limerence murni promotor yang akan mengambil keuntungan lewat penjualan produknya melalui pesta di tiap malam. Jadi, tindakan ia dan Kevin selanjutnya tidak boleh melibatkan awak kapal sebagai tersangka.

Angin dingin terhirup masuk ke dalam penciuman Fery. Bukan tentang suhu, tapi aroma yang sangat tidak asing namun sudah lama tidak ia rasakan. Amis yang sangat berbeda dari aroma laut maupun ikan segar. Lebih seperti mahluk mati dengan darah yang keluar secara tidak normal.

Baru saja ia hendak melangkah keluar, suara teriakan wanita membuatnya berpaling. Kakinya melaju untuk membuka pintu kamar dan menutupnya kembali dengan keras. Lampu di koridor masih terang benderang sekalipun di ujung sana ia bisa melihar berkas mentari memasuki ruangan. Deburan ombak terlihat tenang, berkebalikan dengan kerumunan yang saling menutup mulut dan menunjuk ke satu arah.

Fery mengambil napas dengan kedua tangan di pinggang. Ia berdesak memasuki kerumunan dan fokus pada apa yang menjadi perhatian. Alisnya berjengit dengan tangan yang refleks menutupi areal hidung hingga mulut. Pantas saja semuanya bergidik. Mereka semua melihat sehelai kulit berbentuk wajah dengan lubang di bagian mata, hidung, dan mulut. Tetesan darah menggambarkan bahwa kulit itu baru saja diambil dari tubuh yang hidup. Fery sangat geram ingin melihatnya secara detil, namun ia tidak mampu maju selangkah jika itu berarti membongkar identitasnya sebagai aparat kepolisian.

IN Series 5: CincinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang