KALIAN PERCAYA PADAKU KAN?

20 10 2
                                    


"Sudah kubilang tadi dia di sini!" ujarku emosi.

"Sudahlah!" hardik Oma menatapku tajam.

Huh! Makanya aku tidak pernah mau ke rumah Oma. Oma orangnya sangat disiplin dan tegas.

Setiap liburan sekolah orang tuaku selalu mengajak kami ke sini, rumah kampung dengan udara segar katanya.

Tanpa WiFi tanpa tv kabel. Bosan banget deh.

Aku dan adikku tidak selalu akur, punya adik cowok umur 6 tahun itu benar-benar menguras energi, hampir setiap hari kami berantem.

Barusan dia menaruh seekor cicak di laci meja samping kasurku. Dia tahu kebiasaanku setiap bangun pagi pasti membuka laci meja untuk mengambil handphone.

Kemarin Ayah sudah mengisikan kuota untukku.

Dia tertawa waktu aku berteriak. Jelas-jelas aku melihat ekornya, makhluk lembek menjijikan itu hilang masuk ke dalam.

Tentu saja adikku tidak mengakui kalau itu adalah ulahnya, karena suara adu mulut yang berisik, akhirnya Oma masuk ke kamar kami.

Aku dan adikku selisih 6 tahun, jarak yang cukup jauh, makanya kami kurang cocok kalau bermain.

Dia mengeluarkan lidahnya mengejekku saat Oma keluar dari kamar kami.

"Kenapa sih pagi-pagi sudah berantem?" tukas ayah melihatku dingin.

"Rico tuh," lirikku ke arahnya yang sedang manja gelayutan di samping ibu. "Dia menaruh cicak di laci mejaku." belaku sewot.

"Ayo sarapan." Ibu menggeser kursi dan mulai suapin Rico.

Aku berdecak kesal, manja aja terus, awas nanti. Gerutuku dalam hati.

"Setelah sarapan, kita jalan-jalan ya." Ayah tersenyum memandangku, dia tahu kalau wajahku mulai ditekuk seperti ini, bisa seharian aura kesalku tidak hilang-hilang.

"Ke mana?" tanyaku sambil melahap roti dengan topping telur goreng ke mulut.

Aku suka menu ini, telur orak arik yang menyelimuti roti tawar.

"Masih ingat goa yang ada kelelawarnya?" tanya Ayah dengan matanya yang berkilat-kilat pertanda seru.

Terakhir kami ke sana 2 tahun yang lalu. Mau tahu kenapa? Tahun lalu kami tidak jadi masuk ke dalam goa karena Rico jejeritan sewaktu kelelawar terbang melintas di atas kepalanya.

Suara tangisnya luar biasa, akhirnya kami memutuskan pergi main ke tempat lain.

Aku melirik ke arah Rico, "Dia?" tanyaku.

"Sudah gede, pasti sudah berani dong." Ayah memandangnya dengan tatapan serius.

Satu-satunya orang yang bisa membuat Rico takut hanyalah Ayah.

"Buktinya sudah berani menangkap cicak." lanjut Ayah dan Rico hanya terdiam.

Syukurin, dalam hati aku tertawa.

Selesai sarapan, aku bersiap-siap memakai baju hodie pink kesukaanku. Mengikat rambut model ekor kuda. Membawa tas ransel yang berisi botol air minum, dan sisa roti telur tadi.

"Ayo cepat." ujarku semangat sembari memakai sepatu kets biru.

Aku menuruni tangga dengan berlari, aku senang banget.

"Mau kemana?" tanya Oma dengan tatapan scannernya. Memindai tubuhku dari bawah sampai atas.

Dia sedang menyiram tanaman bunga di halaman depan.

"Mau ke goa kelelawar, Oma." jawabku.

"Sebentar, nanti minta paman temani."

Tampak Oma menutup keran.

Cerita Ketika Aku di SiniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang