Raras berjalan cepat menyusuri lorong pejalan kaki, dia diburu waktu, sesekali dia melirik jam tangan warna navy yang melingkar di tangannya lalu mempercepat langkah kakinya.
Nafasnya berburu saat dia mengantri di loket pembelian karcis.
“4 tiket mba.” ucap Raras saat gilirannya. Setelahnya dia menunggu di tempat duduk paling ujung, tempat biasa dia berkumpul bersama teman-temannya.
Tak begitu lama, seseorang menepuk pundaknya, “Hai Ras.” sapa temannya.
Mereka adalah 3 orang teman Raras. Lusi, Wina dan Asri. “Kita siap berangkat?” tanya Wina yang dijawab dengan anggukan pelan Raras.
Dia memperlihatkan tiket di tangannya dan tersenyum.
“Kamu memang paling bisa diandalkan.” seru Lusi merangkul manja tubuh Raras.
“Yuk!” seru gembira ketiga temannya.
Mereka segera menaiki kereta yang sudah siap berangkat. Memilih tempat duduk yang saling berhadapan dan mengobrol sepanjang perjalanan adalah kesenangan mereka.
“Aku harap jalan-jalan kali ini pun seru seperti biasanya.” ucap Lusi dengan semangat. Dia gadis berkacamata yang periang. Kalau Wina, pembawaannya sangat anggun, dia selalu mengepang ke samping rambut panjangnya. Sementara Asri paling tomboy diantara mereka, apalagi dengan model rambutnya yang selalu dipotong pendek.
Raras paling pendiam, dia hobi menulis buku harian, seperti sekarang ini, dia menulis kelakuan ketiga temannya selama perjalanan; tentang penampilan mereka yang tidak pernah berubah, tentang apa yang mereka obrolkan.
“Kamu menulis apa kali ini?” tanya Wina yang duduk di sebelah Raras, dia memiringkan kepalanya untuk melihat buku harian Raras.
Raras tersenyum memandangnya dan memperlihatkan buku itu.
“Kamu bisa menjadi penulis di masa depan, aku tidak pernah bosan membaca artikel yang kamu tulis di mading sekolah.” Wina mengambil buku Raras dan mulai membacanya.
“Iya, sampai-sampai kakak kelas yang namanya Rudi membuat kliping khusus artikel Raras.” sambung Lusi.
“Rudi yang kelas 12 itu?” tanya Asri.
“Iya!” serempak Lusi dan Wina menjawabnya. Raras tertawa kecil.
“Kamu sih, selalu fokusnya sama klub basket, sampai-sampai gosip percintaan mereka pun kamu gak tahu.” cibir Lusi menggoda Asri.
“Terus dari mana kalian tahu soal kliping itu?” tanya Asri.
“Tau lah, abangnya Wina kan sekelas sama Rudi.” jawab Lusi.
“Kamu terima gak perasaannya nanti? Kata abangku, di hari kelulusan nanti dia mau nembak kamu, Ras.” tanya Wina menggoda Raras.
“Sstt...” Raras menempelkan jari telunjuknya ke mulut, “Kalian terlalu berisik.” ucapnya pelan hampir tak terdengar.
“Ah! Alasan saja.” Wina menghela nafas kecewa, dia mengembalikan buku itu ke Raras. “Aku mau ke toilet, ada yang mau ikut?”
“Aku mau.” jawab Lusi kemudian menyusul Wina yang sudah jalan duluan.
“Hm.. aku mau keliling yah,” Asri memutar bola matanya, “Perjalanan kita kan panjang, aku mau lurusin kaki dulu.” lanjutnya terkekeh.
“Iya, aku tunggu di sini saja.” balas Raras.
Raras kembali menulis di bukunya, sesekali dia menatap keluar jendela kaca di sisi kirinya. Lamunannya menerawang kembali ke masa lalu.
Setiap tahun mereka selalu menghabiskan liburan bersama, seperti hari ini. Mereka akan jalan-jalan ke lembah, bermain air di sana, berenang sepuasnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/272553144-288-k936059.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Ketika Aku di Sini
FantasyKumpulan cerpen ini saya buat selama 30 hari ke depan dalam memenuhi tantangan menulis #30harikonsistenmenulis Semua cerita yang ada adalah bagian dari kerajaan khayalku yang ingin kubagikan kepada semuanya. Btw, judul mana yang paling kalian suka d...