RINDUKU MENANGIS

37 13 4
                                    

Ini malam ke-15, sekarang aku terbiasa melakukan ini setiap malam karena merindukanmu.

Apa kau tahu, setiap malam aku menulis surat untukmu, sampaikah?

Apakah kamu menerima semua kalimat yang telah kutulis ini?

Apakah malaikat memberitahumu betapa aku merindukanmu di sini?

Kunyalakan radio FM Indonesia, kupenuhi ruangan kecil kamar ini dengan kebiasaanmu.

Kamu suka mendengar lagu sambil tiduran, kamu suka ketika aku membelai rambutmu. Kamu suka ketika aku ikut bernyanyi denganmu.

Malam ini di radio ada lagu kesukaan kita berdua, lagunya Kerispatih – Mengenangmu, aku akan mendengarnya di sini.

Takkan pernah habis Air mataku
Bila kuingat tentang dirimu
Mungkin hanya kau yang tau
Mengapa sampai saat ini
Kumasih sendiri


Kuambil kertas surat yang ada di laci meja belajarku, warna biru, warna kesukaanmu dan ini adalah surat ke-13 ku untukmu.

“Tadi pagi cuaca cerah, apa kau tahu aku masih sendirian di sini, anak-anak kost pada belum kembali karena masih sebulan lagi liburnya. Kamu kapan akan datang menemuiku? Aku hanya meninggalkanmu selama dua minggu, kau tahu di kampungku tidak ada sinyal, makanya aku cepat-cepat kembali ke Jakarta supaya bisa bertemu denganmu.”

“Kau jahat, kenapa harus pergi mendadak seperti ini? Aku bahkan tidak bisa melihatmu untuk yang terakhir kalinya.”

“Sesampainya di Jakarta, aku langsung pergi ke kantormu karena aku tidak bisa menghubungi nomormu, perasaanku sangat kalut, aku pikir kamu selingkuh, maafkan aku.”

Adakah disana Kau rindu padaku
Meski kita kini ada Di dunia berbeda
Bila masih mungkin Waktu kuputar
Kan kutunggu dirimu


“Maafkan aku sudah berburuk sangka padamu, kumohon temui aku, aku tidak bisa membendung air mata ini, setiap malam aku menangis di sini, apakah kau tidak bisa melihatku dari sana?”

“Aku marah pada dunia saat tahu kamu mengalami kecelakaan, tak bisakah kita mengulang waktu, aku sangat sangat ingin bertemu denganmu.”

Biarlah kusimpan Sampai nanti aku
Kan ada disana Tenanglah dirimu
Dalam kedamaian Ingatlah cintaku
Kau tak terlihat lagi
Namun cintamu abadi


“Setiap malam aku selalu menulis surat untukmu, aku berteriak dalam kegelapan, kupanggil namamu, temui aku, bicaralah padaku, tentang apa saja, kumohon…”

Aku kesulitan menyelesaikan surat ini jika menangis. Jiwaku lemah dan sakit jika dipisahkan seperti ini.

Aku selalu bertanya padamu Tuhan.

Dia orang yang Engkau kirimkan untukku, membuatku mengenal cinta, membuatku bahagia, kenapa Engkau mengambilnya kembali?

Bisakah Engkau bawa aku juga, Tuhan? Malam ini pun, dalam kesendirian di sini, hatiku terasa mati.

Adakah disana Kau rindu padaku
Meski kita kini ada Di dunia berbeda
Bila masih mungkin Waktu kuputar
Kan kutunggu dirimu


“Apakah kamu marah padaku? Aku bahkan tidak sanggup ke makammu, aku takut, aku masih berharap kamu mengetuk pintu kamarku dan datang padaku.”

Biarlah kusimpan Sampai nanti aku
Kan ada disana Tenanglah dirimu
Dalam kedamaian Ingatlah cintaku
Kau tak terlihat lagi
Namun cintamu abadi

Cerita Ketika Aku di SiniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang