"Ssshh...," kurasakan pusing yang sangat dahsyat saat aku baru membuka mata, badanku juga terasa sangat lemas untuk menggerakan jari jemari tangan saja rasanya sulit sekali. Hidungku juga terasa tersumpal oleh sesuatu.
Kuedarkan pandangan ke segala arah ruangan ini di dominasi oleh warna putih dengan bau obat-obatan khas rumah sakit. Bibirku terbuka hendak berteriak meminta tolong namun suara yang keluar sangatlah pelan dan juga serak. Sungguh tenggorokanku terasa tercekat karena kehausan.
Kuangkat tangan kananku, terlihat di bagian punggungnya terdapat sebuah jarum infus yang terpasang disana dan sebuah alat yang di jepitkan di jari telunjukku. Dengan sekuat tenaga aku berusaha untuk menggapai gelas yang ada di atas meja di samping hospital bed.
Cklek!
Suara pintu terbuka kutolehkan kepalaku ke arah sana. Tapi bukan dokter ataupun suster yang kudapati membuka pintu itu melainkan seorang ibu paruh baya. Apa ibu itu yang membawaku kesini?
"Alhamdulillah nak, kamu udah sadar! Mama panggilin dokter dulu," ujar ibu paruh baya itu yang hendak berlari keluar memanggil dokter dan suster.
"M-minumm..." ucapku pelan, setelah berhasil meraih baju ibu paruh baya itu untuk mencegah kepergiannya.
"T-tolongg... ambillkkan... saya... minum...," ulangku sekali lagi.
"Ya, ampun... sayang maafin Mama. Kamu pasti haus ya?" aku mengangguk, mengiyakan perkataan ibu itu. Dengan lembut dan penuh perhatian ibu paruh bayah itu mengambilkan gelas yang sebelumnya ia beri sedotan agar aku mudah untuk menyesapnya.
"Ibu keluar dulu ya, mau panggilin dokter buat periksa kamu." Kembali aku hanya menngangguk untuk menjawabnya.
Beberapa menit kemudian ibu paruh baya itu kembali masuk diikuti seorang dokter dan juga suster yang membawa sebuah wadah di tangannya.
"Dokter sebenarnya apa yang terjadi pada saya? Kenapa saya bisa ada disini?" tanyaku panik.
"Tenang Mbak, biarkan dokter memeriksa keadaan Mbak dulu." Suster itu dengan lembut memegangiku yang hendak bangkit dari ranjang.
Dokter itu mulai memasangkan Tetoskop ditelinganya lalu menempelkan ujung tetoskop lainnya tepat didadaku, setelah beberapa saat ia melepaskannya lagi. Tangannya beralih mengambil sebuah light pen yang kemudian di arahkan pada kedua bola mataku.
"Alhamdulillah semuanya sudah normal, jika anda masih susah untuk menggerakan tangan ataupun kaki itu hal wajar karna anda baru sadar dari koma. Jika anda menjalani terapi dengan baik, secepatnya keadaan anda akan kembali normal," jelas Dokter itu, yang langsung kurespon dengan membelalakan kedua mataku.
"Hah?! K-koma, Dok?" tanyaku kaget.
"Iya, Koma. Anda terbaring disini karena koma selama beberapa bulan."
"Tapi kenapa bisa?" tanyaku panik, karna aku memang tidak mengingat kejadian sebelum aku koma.
"Anda mengalami kecelakaan tunggal, setelah mobil anda menabrak sebuah pohon."
Kecelakaan tunggal? Menambrak pohon dengan sebuah mobil? Itu kendaraan orang kaya, mana pernah aku mengendarainya, apalagi ini sampai menambrakkan mobil! Sudah gila, jika benar aku melakukan hal itu!
"Tapi itu nggak mungkin, Dok! Saya-"
"Wajar jika anda tidak ingat karena kecelakaan itu mengakibatkan gegar otak ringan, sehingga ada kejadian sebelum kecelakaan tidak bisa anda ingat. Jika ada suatu keluhan, tolong langsung kabari saya. Jika anda masih merasa kurang yakin, anda bisa tanyakan sendiri pada Ibu anda. Saya masih ada pasien lagi jadi saya permisi dulu," pamit dokter itu diikuti oleh suster setelah melepas alat bantu napas yang ada dihidungku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Identitas Palsu
Random~•°°story snippet°°•~ Seorang gadis bernama Melody Karisma yang berwajah cantik tetapi yang memiliki wajah tersebut bernama Andin. Di karenakan disaat beberapa bulan yang lalu Melody mengalami musibah, wajahnya terbakar dan akhirnya operasi wajah ya...