"Sayang ... sebenarnya kamu mau ke mana, sih? Pakai bawa-bawa koper segala?" tanya Alebaran yang dari tadi tidak berhenti menanyaiku.
"Oke, kalau kamu nggak mau jawab. Aku nggak akan kasih izin kamu pergi selangkah pun dari rumah ini?!" dengan tiba-tiba Aldebaran meraih koper yang sedang ada di hadapanku.
"Jangan gitu, dong. Aku kan udah jelasin, kalau aku mau pergi mengikuti kontes permodelan."
"Tempatnya di mana? Kenapa kamu harus bawa koper segala?"
"Kan, memang ketentuannya kayak gitu dari sananya. Kita para kontestan harus tinggal di karantina, selama mengikuti kontes ini."
"Ya, tapi di mana tempatnya? Apa nama perusahaan yang menyelenggarakan kontes itu?"
"Maaf soal itu, nggak bisa aku kasih tau." Tidak. Aku tidak bisa memberitahukannya. Aku tahu apa rencana dalam otaknya, dia pasti akan membeli perusahaan itu sama seperti yang dia lakukan pada perusahaan agensiku.
"Aku akan tetap pergi," sambungku. Mencoba merebut koper itu dari tangan Aldebaran.
"Aku tidak mengizinkannya! Kamu seharusnya menurut! Please, don't go!"
Kali ini Aldebaran meraih tubuhku ke dalam pelukannya. Erat, dia memelukku dengan erat sekali hingga dadaku terasa sesak. Melihatnya seperti ini membuat aku tak tega meninggalkannya, lebih baik aku menemaninya hingga tidur dan saat itu aku akan pergi.
"Ya udah, aku nggak akan pergi." dulu tapi nanti aku akan tetap pergi, lanjutku dalam hati.
"Bagus. Kalau gitu, kita nonton film, yuk!"
Aku menatapnya dengan ceria," Boleh."
"Sebentar dulu, aku panggil Bi Rahma untuk membuatkan kita popcron."
"Bi Rahma! Bi, Bibi!" tak berapa lama seorang wanita paruh baya, tergesa-gesa menghampiri kami.
"Ada ada, Tuan?" tanya Bi Rahma.
"Buatkan kami popcron dan beberapa camilan terus bawa ke ruang teater."
"Baik, tuan!" Bi Rahma kembali berbalik ke dapur.
Rumah ini hotel bintang lima, ada banyak fasilitas mewah seperti ruang teater, tempat gym dan masih banyak lagi fasilitas yang selalu membuatku tercengang melihatnya. Pokoknya rumah ini mempunyai paket komplit!
Setelah meletakkan koperku ke tempat semula, Aldebaran dengan posesif memeluk pinggangku dengan erat. Aku tidak akan menyingkirkan tangannya dari sana---seperti biasa. Karena aku akan mengikuti semua kemauannya kali ini.
***
Kami menonton film horor yang membuatku ketakutan setengah mati. Aldebaran sepertinya sengaja memilih genre ini, karena waktu itu dia melihatku ketakutan setengah mati saat Rini, Ayu dan Mira mengajakku menonton film The Nun di laptopnya.
"Awas, hantunya muncul!" peringat Aldebaran yang otomatis aku respons dengan memeluk tubuhnya seraya menenggelamkan kepalaku di dadanya, aku takut sekali. Waktu itu saja, aku sampai memimpikan hantu-hantu yang menyebalkan itu padahal aku menontonnya saat banyak orang apalagi ini. Semoga saja ... aku tidak bermimpi buruk tentang hantu lagi.
"Hahaha ...!" Aldebaran dengan puasnya menertawakan aku. Sungguh kejam!
"Ganti filmnya, aku nggak suka!"
"Nggak suka, apa takut?" ledeknya padaku.
"Dua-duanya! Makanya cepetan ganti?! Atau aku pergi!" ancamku seraya bangkit. Sudah tahu, aku takut hantu kenapa dia masih saja mengajakku menonton film horor!
KAMU SEDANG MEMBACA
Identitas Palsu
Random~•°°story snippet°°•~ Seorang gadis bernama Melody Karisma yang berwajah cantik tetapi yang memiliki wajah tersebut bernama Andin. Di karenakan disaat beberapa bulan yang lalu Melody mengalami musibah, wajahnya terbakar dan akhirnya operasi wajah ya...