Dari kejauhan aku melihat interaksi antara Ibu tiriku dan Kak Michella, sepertinya mereka ada masalah. Rasa rindu pada Ibu tiriku tak pernah padam, aku masih sangat menyayanginya. Setiap kejahatan yang mereka lakukan tidak harus kita balas dengan kejahatan pula, aku tidak ingin karena dendam ini---aku menjadi orang jahat.
Aku sudah memiliki rencana untuk membalas Kak Michella, kata Kakek akhir-akhir ini Kak Michella sedang sibuk untuk mempersiapkan diri mengikuti modeling untuk brand terkenal. Dari sanalah aku akan membalas semua perbuatanannya padaku, mengambil satu persatu mimpi besarnya dengan cara yang sportif.
Tatapanku teralihkan pada sesosok lelaki paruh baya yang berjalan ke arah mereka, itu Papa. Sosok yang seharusnya mengayomiku itu sama sekali tidak memperdulikan keberadaanku, dari dulu kasih sayangnya hanya di limpahkan pada Kak Michella. Aku hanyalah anak yang lahir karena perintah dari Kakek sedang Kak Michella anak yang lahir dari rahim wanita yang sangat beliau cinta hingga aku yang juga anak dari istrinya yang lain terabaikan begitu saja.
Sakit, ketika sosok yang menghadirkanku kedunia ini sama sekali tidak memperdulikan keberadaanku. Ku usap air mata yang membasahi pipiku, aku harus kuat menghadapinya. Mama di alam sana pasti akan sedih jika melihatku seperti ini. Ma ... mengapa Mama pergi secepat ini? Aku kesepian....
Ddrrttt ... drrttt ... drrttt ....
Bunyi ponsel membuatku segera mengalihkan pandangan---menatap layar ponsel yang menampilkan gambar Aldebaran sebagai pemanggil. batuk sebentar, aku menekan tombol jawab, "Halo?"
"Kamu ada di mana? Sedang apa? Bersama siapa? Kapan pulang? Kenapa panggilan aku baru di jawab sekarang?"
Aku mendengarkan saja Aldebaran yang sedang memberondongkan berbagai macam pertanyaan padaku, rasanya lucu dan senang saat mendengar dia begitu mengkhawatirkan aku.
"Sudah waktunya makan siang, cepat kembali ... aku kangen."
Aku terbatuk mendengar kata terakhirnya, jarang sekali Aldebaran mengatakan apa yang sedang dia rasakan begitu khayalan. Karena biasanya, dia akan menggunakan kalimat super ribet dan rumit yang jika di artikan secara bahasa normal, yang artinya kurang lebih sama.
***
Sampai di rumah aku menuju kamar terlebih dahulu, mengganti pakaian dengan yang lebih santai.
Aku heran, sebab Aldebaran sama sekali tidak terlihat di sekitar ruang tengah ataupun di koridor ruang kerjanya. Melangkah ke arah dapur dan aku menemukan Aldebaran yang tengah menyiapkan sesuatu di atas meja makan berukuran sedang.
"Eh, sayang. Sini, duduk!" suruhnya. Dia menarik sebuah kursi, aku mendudukan diri di sana sesuai keinginannya.
"Ayo, kita makan siang bareng," ajaknya lagi.
Aldebaran duduk di hadapanku dengan wajah yang sangat cerah.
"Sebentar! Kenapa kita makannya di meja ini? Tumben sekali, biasanya kamu suka makan di meja itu! Meja yang panjangnya semeter lebih?"
"Oh, nggak, ah! Di sana kejauhan, enakkan di sini bisa pegang tangan kamu." Seusai mengatakan hal itu, tangannya langsung tergerak meraih tanganku dan menggenggamnya erat.
"Baik lah, what ever!"
Kembali keningku berkerut saat melihat hanya ada satu piring berisi spageti dengan satu sendok pula, "Kamu bangkrut?"
"Hah? Bangkrut? Nggak mungkin lah! Perusahaan aku itu banyak, ada di mana-mana dan aku itu rajin survey untuk mengetahui perkembangan perusahaan. Jadi nggak mungkin aku bangkrut, orang perusahaan aku masih jaya, kok!"
"Beneran?"
"Iya, memangnya kenapa, sih?"
"Ini! Kenapa piringnya cuma satu, sendoknya juga?"
"Oh, ini ... biar sosweet. Kita makannya satu piring berdua," sahutnya.
"Makanan ini spesial loh aku buat untuk kamu!" sambungnya lagi. Membuatku membulatkan mata, terkejut.
"Kamu ... bisa masak?" tanyaku semakin heran.
"Bisa dong. Aku itu bisa segalanya, orang kaya pinter gitu lho!" bangganya. Mulai jiwa sombongnya keluar, kebiasaan yang buruk.
"Makanannya nggak di kasih racun, kan?"
"Ya nggak lah! Kan kita makannya berdua masa aku kasih ra---"
"Oh berarti, kalo makanannya khusus buat aku aja, kamu bakal kasih racun?"
"Iya,"
"A-apa? Kamu ..."
"Sebentar dulu, aku belum selesai ngomong. Makanannya bakalan aku kasih racun cinta, biar kamu makin cinta sama aku!"
Blush! Sejak kapan Aldebaran jago menggombal? Sejak kapan? Siapa yang mengajarinya? Aku jadi tersipu malu begini, huwaaa ... jantungku mulai berdetak nggak normal!
"Cie ... cie ... blushing, nih? Aduh, Nyonya Andin kok makin imut tiap harinya. Aku jadi makin bucin, kan jadinya."
Aldebaran mencubiti pipiku dengan gemas membuatku, semakin tersipu. Benar-benar dia, sungguh aneh sikapnya! Tapi ... entah kenapa, aku tambah suka.
"Udah, ah! Aku mau makan, dengerin gombalan kamu nanti malah buat aku mual!" kesalku.
"Beneran bikin mual?"
"Iya!"
"Tapi kamu suka, kan?"
"Nggak!"
"Masa?"
"Mau makan bareng, nggak? Kalo nggak aku habisin nih!" ancamku.
"Mau dong! Tapi ... suapin."
"Ya udah. Iya. Aaa ... bayi gede, ayo makan ...." Aku menggerakkan sendok itu seperti pesawat, persis saat menyuapi anak kecil.
Alebaran mengerucutkan bibirnya dengan pipi yang menggembung karena makanan dan itu terlihat sangat lucu. Hihihi ....
***
Hari pendaftaran modeling itu telah di buka, aku dengan percaya diri membawa biodata asliku untuk mendaftar sebagai peserta. Orang-orang yang kulewati menyapa dengan ramah karena mereka mengenalku sebagai Andin. Namun, kali ini aku ingin membuktikan bahwa aku, Melody Karisma bisa menjadi seorang model dengan hasil kerja kerasku. Aku akan membuktikan pada Papa dan Ibu tiriku, bahwa aku bisa berprestasi seperti anak kebanggaan mereka itu---Michella.
"Mbak, bukannya nama Mbak itu Andin? Kenapa di sini Melody Karisma?" tanya salah seorang perempuan yang menjadi panitia.
"Oh, Andin itu nama top saya. Kalau nama asli, Melody Karisma." Hal ini sudah aku rundingkan dengan Ibu Andin dan beliau setuju. Ada satu fakta yang tak pernah Andin katakan pada media, yaitu tentang siapa keluarganya. Yang media tahu hanyalah keluarga Aldebaran yang sebenarnya suami dari Andin. Sedang keluarga Andin sendiri tak pernah di ekspos oleh media.
"Emm, begitu rupanya. Oke, ini nomer peserta milik Mbak Melody. Perempuan itu memberikan sebuah kertas bertuliskan angka dua puluh satu.
"Terima kasih." Aku berbalik dengan senyuman manis yang senantiasa menghiasi bibirku. Lihat saja Kak Michella, apa yang bisa aku lakukan padamu nanti!
Melangkah keluar gedung, aku melihat Kak Michella yang baru saja hendak masuk ke dalam.
Aku menghentikan langkah tepat di depannya, "Hai! Apa kabar?"
Kak Michella menoleh beberapa detik kemudian, tanpa membalas sapaanku dia melanjutkan langkah dengan angkuh.
Akan kupastikan kamu mendapat balasannya, Kak!
****
Uh makin menegangkan nih.... apakah bakal berhasil langkah awal ini??? ikutin terus ceritanya dengan follow+votenya dan tunggu eps selanjutnya!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Identitas Palsu
Random~•°°story snippet°°•~ Seorang gadis bernama Melody Karisma yang berwajah cantik tetapi yang memiliki wajah tersebut bernama Andin. Di karenakan disaat beberapa bulan yang lalu Melody mengalami musibah, wajahnya terbakar dan akhirnya operasi wajah ya...