Malam harinya aku mendapat panggilan video call spesial dari Aldebaran panggilannya. Sudah berlangsung hampir satu jam dan Aldebaran masih saja memarahiku dan banyak pertanyaan segunung Everest.
"Mas, bisa nggak kita bahasnya besok lagi. Aku---"
"Apa? Mau menghindar? Atau kamu udah malas sama aku? Kenapa? Ada cowok lain di sana yang lebih tampan dari aku? Iya?"
Aku memutar bola mata malas, apa Aldebaran tidak bosan menanyakan hal yang kurang lebih sama dari tadi?
Tatapanku tiba-tiba mengarah pada Kak Michella yang sedang duduk di sofa ruang tengah. Dengan cerdik ku arahkan kamera ponsel pada dia---seketika Aldebaran berhenti mengomel di telepon.
"Masih inget sama dia? Mantan pelakornya Mas. Kalau aku bawa Mas ke sini, terus nanti Mas reunian sama mantan gimana? Aku kan nggak mau Mas CLBK (Cinta Lama Balik Kembali) sama mantan pelakor yang hampir merobohkan rumah tangga kita!"
Aldebaran menunduk, "Maaf."
"Apa? Kurang jelas?" pintaku mengulangi ucapannya.
"Aku minta maaf sama kamu. Waktu itu aku hilaf, suer!" Aldebaran mengangkat kedua jari membentuk huruf "V".
"Aku maafin, tapi Mas jangan gangguin aku untuk sementara waktu. Aku mau fokus buat ajang kontes permodelan ini, ya?"
Aldebaran menghela napas,"Baiklah. Aku nggak akan gangguin kamu. Tapi ingat, jangan nakal di sana!"
"Iya, dadah. Assalamualaikum!"
"Wa'alaikumsaalam!" sahutnya. Kemudian panggilan video itu aku putuskan terlebih dahulu.
Mendongak ke atas, aku menyaksikan cahaya bulan dan bintang yang tengah berpendar menerangi gelapnya langit malam. Aku merasa tenang melihatnya, andai aku bisa memiliki cahaya yang dapat menerangi jalan hidupku, pasti aku tidak akan kesepian lagi. Aldebaran, memang pria baik tapi dia bukanlah milikku.
Melangkah hendak ke kamar, aku melihat Kak Michella yang masih terjaga di sofa dengan ponsel yang ada di telinganya. Aku mulai penasaran dengan apa yang sedang bicarakan di telepon. Pokoknya, sebelum acara ini selesai. Aku harus membuktikan bahwa dia adalah dalang di balik penculikan yang terjadi padaku dulu.
Mendekat ke arahnya, aku mencoba mencuri dengar pembicaraannya.
"Gimana? Semuanya masih aman, kan?"
"..."
"Bagus. Simpan rapat-rapat rahasia ini, jangan samapai ada yang tahu. Jika itu terjadi, kalian tahukan apa akibatnya?"
"..."
Sepertinya benar, jika Kak Michella sedang bicara dengan anak buahnya. Tapi aku tidak tahu pasti siapa mereka dan apa Kak Michella memiliki rencana baru?
"Sedang apa kamu?" aku terlonjak kaget saat Kak Michella tiba-tiba bertanya padaku.
Aku menggaruk kepala---bingung. "Aku cuma mau mengingatkanmu untuk segera tidur, sebelum Kak Arina memeriksa kamar kita."
"Nanti aku juga akan tidur!" jawabnya ketus.
"Ya sudah." Aku bergegas pergi sebelum Kak Michella mencurigai aku. Tapi untung saja dia percaya dengan perkataanku barusan.
***
"Saya ingin bertanya apa hobi kamu?" tanya Bu Maura---selaku ketua penyelenggara acara ini padaku. Sebenarnya bukan hanya aku tapi semuanya juga di beri pertanyaan yang sama.
"Menyanyi."
"Kalau begitu coba nyanyikan sebuah lagu!" perintahnya.
Aku berdehem sebentar, memikirkan lagu apa yang akan aku bawakan untuk penilaian kali ini. Sudah lama, aku tidak bernyanyi sehingga rasa gugup---kini menyergapku. Menarik napas sebentar lalu mengeluarkannya pelan-pelan, aku pun mulai menyanyikan sebuah lagu.
Aku ngalah
(Aku mengalah/memberikannya)Dudu mergo aku wes ra sayang
(Bukan karena aku sudah tidak sayang)Aku mundur
(Aku mundur)Dudu mergo trenoku wes ilang
(Bukan karena perasaanku sudah hilang)Nanging aku iki ngerteni
(Tapi aku ini sadar)Yen dirimu lebih sayang arek kae
(Bahwa dirimu lebih sayang sama dia)Aku mundur alon-alon
(Aku mundur pelan-pelan)Mergo sadar aku sopo
(Karena aku sadar siapa)Mung di goleki pas atimu perih
(Cuman di cari saat hatimu sakit)Aku mundur alon-alon
(Aku mundur pelan-pelan)Mergo sadar aku sopo
(Karena aku sadar siapa)Mung di butohno pas atimu loro
(Cuman di butuhkan saat hatimu sakit)Gemuruh tepukan tangan menggema setelah aku selesai bernyanyi lagu mundur alon-alon, lagu yang menggambarkan gundah gulananya hatiku jika nanti aku harus pergi dari kehidupan Aldebaran perlahan-lahan.
"Baik lah, Melody boleh turun dari panggung. Selanjutnya saya persilakan Michella untuk naik ke atas panggung!" ujar sang MC acara.
Aku turun dari panggung dan berpapasan dengan Kak Michella, dia melirik ke arahku dengan tatapan sinisnya.
"Gue nggak akan biarin lo menang!" bisiknya padaku.
Aku balik menyunggingkan senyum miring, "Jangan terlalu sombong, belum tentu juga kamu yang akan menjadi juaranya."
Kak Michella tidak membalas ucapanku lagi, dia langsung berbalik dengan kibasan rambut yang menerpa wajahku---kasar. Aku hanya bisa mengelus dada, lihat saja apa yang akan aku lakukan padamu nanti, Kak! Tunggu tanggal mainnya, pasti kamu akan mendapatkan balasan yang setimpal dari kesalahan yang pernah kamu perbuat.
Kembali ke tempat duduk, aku bergegas mengeluarkan sebuah alat dari dalam tas slempangku. Melirik ke arah tas Kak Michella yang berada tepat di sebelahku, kebetulan sekali tas itu terbuka. Segera saja kumasukkan alat penyadap yang di berikan oleh Bara ke dalam tas---tepatnya menempelkannya di ponsel milik Kak Michella.
Memandang sekitar---aku menghela napas lega, saat tidak ada satu pun orang yang mencurigaiku.
Syukurlah ... aku berharap dengan alat itu aku bisa mendapatkan bukti dan petunjuk mengenai kejadian penculikan itu dari alat yang kupasang.
****
Teman-teman kalian jangan begitu ya itu tidak baik tapi demi cari bukti ya mau gimana lagi hahaha...ikutin terus ceritanya dengan follow+votenya dan tunggu eps selanjutnya!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Identitas Palsu
Random~•°°story snippet°°•~ Seorang gadis bernama Melody Karisma yang berwajah cantik tetapi yang memiliki wajah tersebut bernama Andin. Di karenakan disaat beberapa bulan yang lalu Melody mengalami musibah, wajahnya terbakar dan akhirnya operasi wajah ya...