***
"Mbak, tolong touch up Incess secantik mungkin, ya. Oh iya, satu lagi ubah gaya rambutnya biar kelihatan lebih fresh!"
Aku hanya pasrah mendengar Edo yang tengah mengarahkan Mbak-mbak pegawai salon itu. Entah apa yang ia maksud, aku sama sekali tidak mengerti. Sebenarnya aku masih ingin tidur tapi tiba-tiba saja, Edo datang dan langsung membawaku kesalon langganannya.
Katanya kulitku mulai kusam lah, rambutku perlu di krim-krim bat? Apalah itu namanya, aku pusing memikirkannya. Tapi ada baiknya juga sih, Edo mengajakku pergi keluar. Jika tidak aku akan galau setengah mati memikirkan tentang perasaanku yang sedang tidak menentu ini.
Dari pada bosan lebih baik aku membaca buku, kuambil sebuah majalah yang tergeletak di atas meja rias di hadapanku. Meskipun aku tidak tahu siapa model-model dalam majalah ini, tapi hanya ini satu-satunya hal yang bisa kulakukan untuk mengisi waktu saat rambutku di obrak-abrik oleh Mbak-mbak itu.
"Mbak, seperti biasa perawatan kecantikan buat saya!"
Telingaku menangkap suara yang tak asing, seperti suara si wanita selingkuhan Aldebaran itu? Kuangkat majalah yang ada ditanganku hingga menutupi separuh wajahku, lalu kutolehkan mataku kebelakang dan benar dugaanku! Dia wanita perusak rumah tangga orang itu?!!
Tidak bisa kubiarkan! Aku harus membasminya sekarang juga!
Kulirik Edo yang masih sibuk mengarahkan si Mbak-mbak itu. Bagus ini kesempatan emasku! Dengan diam-diam aku mengikuti ke arah mana si Michella dan Mbak pegawai salon itu melangkah. Langkahku terhenti saat melihat mereka memasuki sebuah ruangan bertuliskan treatment. Otakku kini berpikir dengan keras bagaimana aku bisa masuk ke dalam ruangan itu...
Aha! Aku menyamar saja menjadi salah satu pegawai salon ini, dengan begitu aku bisa dengan leluasa memasuki ruangan itu.
"Mbak, mbak! Sini!" tanganku melambai-lambai ke arah seorang pegawai wanita yang berdiri tak jauh dariku dengan ponsel tertempel di telinga.
Pegawai itu mendekat dengan wajah sedikit pucat, "Mbak, jangan laporin saya ke atasan saya, ya? Saya cuma telponan sebentar saja. Saya-"
"Syuttt... siapa yang mau ngelaporin kamu! Saya cuma mau pinjem baju seragam kamu itu!"
"Hah?! Buat apa Mbak?"
"Nggak usah banyak tanya, pinjemin saya baju seragam itu, rahasiamu aman! Gimana?"
Pegawai itu mengangguk, "oke Mbak. Tapi Mba nggak akan laporin saya, kan?"
"Enggak! Tenang aja, percaya sama saya."
"Ayo, sekarang kita tukeran baju!" aku mengikuti langkah pegawai itu memasuki toilet salon ini.
***
Supaya tidak ketahuan aku menutupi wajahku dengan sebuah masker, kemudian aku melangkah ke ruangan itu.
"Hei, kamu kenapa lama sekali!" terlihat wanita tadi tengah berkacak pinggang ke arahku.
Kutundukkan kepalaku, "maaf Mbak, saya tadi kebelet jadi lama deh, kesininya."
"Ya sudah, lain kali jangan di ulangi! Kalau kerja itu harus disiplin! Sekarang kamu layani Mbak Michella karena saya mendadak dipanggil oleh atasan kita." Perintah wanita itu.
Tanpa sepengetahuan dia, aku tersenyum senang, rencanaku kali ini harus berhasil! Aku tidak rela di injak-injak oleh wanita itu lagi seperti kemarin. Memangnya aku tidak lihat, waktu dia tersenyum penuh kemenangan setelah Aldebaran mendorongku.
Ini saatnya pembalasanku dimulai! Hahaha....
"Mbak, cepetan dong balurin lulurnya!" wanita itu mulai bersuara, posisinya sekarang tengah berbaring tengkurap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Identitas Palsu
Random~•°°story snippet°°•~ Seorang gadis bernama Melody Karisma yang berwajah cantik tetapi yang memiliki wajah tersebut bernama Andin. Di karenakan disaat beberapa bulan yang lalu Melody mengalami musibah, wajahnya terbakar dan akhirnya operasi wajah ya...