Aldebaran di waktu yang sama.
Terkejut. Satu kata yang tengah kurasakan. Bagaimana bisa, wanita yang selama beberapa bulan ini berada di sampingku bukanlah istriku? Wajahnya bahkan sangat mirip tak ada celah yang bisa membedakan antara keduanya. Tapi ... semua bukti-bukti yang dari tadi kusangkal ada dalam genggamanku.
Kenapa kebahagian yang baru saja kudapatkan kini harus hancur lagi? Ketika aku sudah mulai nyaman dan merubah sikapku menjadi orang yang lebih baik. Dulu, saat pertama kalinya aku menyukai seorang gadis juga seperti ini, ditinggalkan tanpa penjelasan lantas kini kejadian yang hampir serupa terulang kembali.
Tidak! Aku tidak akan membiarkannya pergi, aku merasa nyaman berada di dekatnya, aku bisa menjadi pribadi yang lebih baik lagi karena dia, rukunnya aku dan keluargaku juga karena dia, dan air mata yang terus berjatuhan dari kedua mtaku juga karena dia. Aku hanya mau dia, entah siapa pun dia. Tapi satu hal yang pasti bersamanya, aku merasa bahagia.
Bangkit berdiri, aku akan mengejarnya tak peduli siapa identitas aslinya. Aku ingin memilikinya selamanya.
Kupacu langkah kaki keluar dari gerbang, menyusuri setiap tapak jalanan---berharap masih dapat mengejarnya. Pandanganku mengedar, kenapa tidak ada orang? Bukan kah dia baru saja pergi?
Aku terus berlari hingga sampai di tepian jalan raya, tapi kosong keberadaanya tidak ada. Melihat ke kanan dan kiri, tidak ada juga.
Krek!
Menghentikan langkah saat sebuah benda keras terinjak oleh kakiku, menunduk. Aku menemukan sebuah kalung dengan liontin berbentuk hati yang terasa familiar di ingatanku. Meraihnya, aku semakin yakin bahwa kalung ini sama seperti yang pernah aku berikan pada ... Dy! Iya, ini kalung yang pernah aku berikan padanya. Lalu kenapa ada di sini?
Tiba-tiba rasa cemas menghinggapiku, ada apa ini? Memerhatikan sekitar aku menemukan sebuah jawaban yang mungkin bisa memberikan aku sebuah petunjuk.
***
"Pak lebih dekat lagi," perintahku pada Pak Uya---selaku pemilik warung yang berada di sebelah tempat aku menemukan liontin ini. "Coba di close up lagi," ulangku.
Pak Uya mengangguk, mengikuti arahanku tanpa bantahan. Di layar komputer yang tengah menayangkan kejadian beberapa menit lalu sebelum aku sampai di sini, memperlihatkan seorang wanita yang di tarik paksa ke dalam sebuah mobil avanza berwarna hitam. Dan wanita itu ... adalah dia yang tengah ku cari.
"Pak, pause videonya!" bergegas aku menelepon seseorang untuk mencari tahu dan menyelidiki plat nomer mobil yang baru saja menculik wanita---bernama Melody. Ya, Melody karisma! Memiliki nama belakang yang sama dengan ... Maudy Karisma.
Seketika mataku membulat mengetahui satu fakta itu, jangan, jangan ... yang menculik dia adalah Michella! Aku harus mendatangi rumah keluarganya, agar semuanya clear!
"Makasih atas bantuannya, Pak." Mengeluarkan beberapa lembar uang dari dalam dompet, lalu kuserahkan pada Bapak itu.
"Tidak usah, tuan!" tolaknya halus.
"Tidak apa-apa, Pak. Saya ingin memberikan uang ini sebagai rasa terima kasih karena Bapak telah membantu saya," kembali kuserahkan uang itu pada Pak Uya. Setelahnya aku bergegas pergi dari sana, aku ingin mengetahui rencana busuk dari permasalahan ini.
***
Tak menunggu waktu lama, pintu rumah kediaman keluarga Karisma terbuka. Seorang asisten rumah tangga menanyaiku, to the point aku mengatakan ingin bertemu dengan kepala keluarga di rumah ini.
"Mari, silakan masuk! Saya panggilkan Bapak terlebih dahulu," pamit asisten rumah tangga itu setelah mempersilakan aku masuk.
Meskipun, aku sudah menjalin hubungan cukup lama dengan Michella tapi tak pernah sekalipun aku bertemu dengan keluarganya. Hal itu juga di karenakan aku telah menikah dengan Andin, sehingga tidak memungkinkan aku berkunjung ke sini dan berkata bahwa aku tengah menjalin hubungan dengan putri mereka---sementara banyak media berita yang telah menyebar luarkan berita tentang pernikahanku.
Melirik ke arah jam dinding yang terpasang di ruang tamu, aku meringis. Tidak etis sekali bertamu di jam sembilan malam, tapi ini masalah darurat yang tidak dapat di tunda-tunda lagi.
"Ekhm! Ada apa ya? Datang malam-malam begini ke rumah saya?" tatapanku berganti mengarah pada seorang pria paruh baya.
Bangkit berdiri, aku tersenyum sopan. " Maaf, saya menganggu waktu istrirahat anda malam-malam begini. Tapi, saya sedang panik mencari putri Bapak."
Pria di hadapanku menaikkan alis, "Kamu mencari Michella?"
"Bukan, Pak. Saya mencari putri Bapak yang satu lagi, namanya Melody. Sepertinya dia di culik!"
Entah perasaanku saja atau benar adanya, pria di hadapanku saat ini terkejut setelah mendengar perkataanku.
"Saya hanya punya satu anak perempuan yaitu Michella. Jika kamu mencari Melody atau siapapun itu, dia tidak ada di sini."
"Saya tidak mungkin salah, Pak! Jelas-jelas namanya Melody Karisma!" sentakku emosi. Aku tahu beliau sedang berbohong. Sebagai kepala perusahaan di perusahaan besar aku sudah banyak bertemu banyak orang dengan berbagai macam karakter mereka. Julukanku adalah serigala cenayang, julukan yang kumiliki karena insting tajamku selalu tepat mengetahui jalan pikiran mereka.
Melihat raut wajah syok yang sepersekian detik di perlihatkan pria ini, aku sudah dapat menduga bahwa pria ini berusaha menyembunyikan sesuatu dariku.
"Pak tolong jujur, ini keadaanya darurat!" paksaku.
"Saya tidak memiliki urusan dengan wanita bernama Melody itu! Jadi sekarang juga anda cepat pergi dari sini!" usirnya padaku.
"Tapi---"
"Saya tahu!" sebuah suara lain tiba-tiba terdengar di tengah perdebatan kami.
Serentak kami menoleh pada seorang pria lansia yang menggunakan kursi roda, aku mengernyit. Siapa dia? Seperti pernah tidak asing? Tapi itu tidak penting, yang terpenting sekarang adalah menemukan keberadaan Melody.
"Bapak tahu di mana keberadaan Melody?"
"Mari ikut saya, kita bicara di ruangan saya saja."
Aku mengangguk, lalu mengikutinya masuk ke sebuah ruangan.
***
"Bapak tahu di mana keberadaan Melody?"
"Iya, saya tahu di mana Melody."
"Di mana, Pak? Tadi saya menemukan liontin ini dan sebuah rekaman video yang memperlihatkan bahwa dia telah di culik seseorang."
"Saya Kakek Melody dan saya tahu dia baru saja di culik."
"Lalu kenapa Bapak masih terlihat tenang-tenang saja?"
"Jangan khawatir, orang-orang saya sudah membuntuti penculik itu."
"Ke mana penculik itu membawa Melody? Saya ingin bertemu dengannya, ada hal yang harus saya sampaikan padanya," desakku.
"Sebelum itu, apa kamu mau membantu saya?"
"Hah? Membantu apa? Menangkap penculiknya?"
Tanpa berpikir lama aku langsung mengangguk, "Saya bersedia!"
***
"Sayang, maafin aku. Beberapa hari kemarin, aku khilaf karena telah melupakanmu demi wanita tidak tahu diri itu!" ujarku menyesal.
"Benarkah yang kamu katakan?"
"Iya, Michella. Aku sangat menyesal, apa kamu mau memaafkanku? Dan menerimaku kembali?"
Michella terdiam, sepertinya dia tengah memikirkan ucapanku. Semoga saja dia mau kembali menjalin hubungan denganku.
"Aku perlu bukti."
"Bukti apa?"
"Kamu ceraikan dia! Bagaimana?"
"Baik, aku akan mengabulkan permintaanmu. Jadi apa jawabannya?"
"Setelah kamu membawakan bukti surat perceraian itu, baru aku akan menerimamu kembali."
"Oke, aku akan secepatnya menceraikan wanita itu demi kamu."
****
Kira-kira apa yang direncanakan Aldebaran dan kakeknya Melody??? Ikutin terus ceritanya dengan follow+votenya dan tunggu eps selanjutnya!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Identitas Palsu
Random~•°°story snippet°°•~ Seorang gadis bernama Melody Karisma yang berwajah cantik tetapi yang memiliki wajah tersebut bernama Andin. Di karenakan disaat beberapa bulan yang lalu Melody mengalami musibah, wajahnya terbakar dan akhirnya operasi wajah ya...