***
Malam ini aku sedang melancarkan aksi mengurung diri di kamar, agar Aldebaran yakin jika aku tidak main-main dengan kata-kataku tadi. Merenung di kamar, aku kembali mengingat kejadian pertemuanku dengan Mama. Meskipun Mama bukan ibu kandungku tapi dalam ingatanku hanya dia lah yang menjadi ibuku, karena Bunda meninggal di saat aku masih berumur 2 tahun. Rasa rindu menggebu-gebu di dadaku, mendobrak ingin bertemu dengannya tapi... mengingat Mama yang tidak menginginkan aku kembali lagi ke rumah itu, membuatku harus menahan rindu ini.
Mendongak melihat jam dinding yang sudah menunjukkan pukul sembilan malam, lebih baik aku bersiap untuk tidur. Kutata bantal serta guling yang sudah kupeluk dengan erat, aku tidak bisa tidur tanpa memeluk guling kebiasaan ini bermula sejak aku tinggal di panti. Hanya dengan memeluk guling aku merasa bahwa masih ada orang yang disisiku.
Prang!
Aku terlonjak bangun ketika mendengar suara pecahan kaca, bergegas bangun dari ranjang dan
"A-ah!" mendesah dengan kasar
Kakiku ngilu rasanya saat dengan tajamnya beling dari runtuhan kaca jendela itu terinjak olehku. Sebuah batu besar terlihat di antara reruntuhan kaca itu, pasti ini disengaja. Dengan hati-hati aku melihat ke arah bawah, mencari pelaku yang telah melemparkan batu tersebut. Itu dia, sosok seseorang dengan pakaian hitam bertudung sedang berdiri di tepi kolam renang. Tanpa menghiraukan kakiku yang sudah mengucurkan darah. segara, aku berusaha berlari untuk menangkap pelaku itu.
Sesampainya ditepi kolam renang, aku mengedarkan pandangan kesekeliling. Perasaan tadi aku melihat orang itu berdiri disini tapi kenapa sekarang sudah tidak ada? Kemana dia?
Pandanganku mulai memburam, kugelengkan kepalaku berharap pandanganku kembali membaik tapi tidak kunjung membaik. Kuhela langkahku mendekati kolam, sekali lagi aku berusaha mencari orang bertudung hitam itu. Mata jangan seperti ini.. aku membutuhkanmu untuk menangkap pelaku itu.
Aku mengucek mataku agar pandanganku jelas, dari pantulan air kolam ini aku melihat sosok bertudung hitam itu tengah berdiri tepat di belakangku. Ternyata dia bersembunyi dariku tadi, sebisa mungkin aku memperjelas penglihatanku.
Belum sempat aku melihat wajah orang itu dengan jelas, dia sudah terlebih dulu mendorongku ke dalam kolam.
Byuurr....
Satu kata yang aku dengan sebelum kesadaranku memghilang, "mati kamu, Andin!"
***
Hahhh... kenapa gelap sekali, kucoba menggerakkan tangan tak bisa juga. Tanganku terikat! Ada apa dengan semua ini? Mataku ditutup sebuah kain, tangan dan kakiku juga terikat.
"Tolonggg!!" untunglah bibirku tidak disumpal dengan kain.
"Lepaskan, tolong akuuu...!!!" teriakku semakin keras.
"Hahaha... percuma kamu berteriak. Sekencang apapun kamu berteriak tidak akan ada satu orang pun yang bisa membebaskan kamu dari sini!"
"Siapa kamu? Kenapa kamu menculikku? Apa maumu!!?"
Orang itu kembali tertawa setan di dekatku, "siapa aku? Kamu tahu bahkan sangat tahu, kenapa aku menculikmu? Itu karena kamu menjadi penghalang dalam hidupku! Kamu penghalang masa depan indahku! Dan apa mauku? Aku mau kamu mati!"
"Siapa sih, sebenarnya kamu?"
"Tebak, kalau kamu bisa aku akan memberikan keringanan dengan menyisakan jasadmu jika aku sudah selesai membunuhmu."
Aku menggelengkan kepala, benar-benar orang ini adalah psikopat. Dia sepertinya sangat bernafsu untuk membunuhku, jika benar apa yang dikatakannya bila aku mengenalnya tapi siapa? Dan apa kesalahanku hingga dia sangat membenciku?
KAMU SEDANG MEMBACA
Identitas Palsu
Acak~•°°story snippet°°•~ Seorang gadis bernama Melody Karisma yang berwajah cantik tetapi yang memiliki wajah tersebut bernama Andin. Di karenakan disaat beberapa bulan yang lalu Melody mengalami musibah, wajahnya terbakar dan akhirnya operasi wajah ya...