IP 33 : Happy End✨✨

100 9 3
                                    


Saat ini aku tengah bergandengan tangan dengan Mama, kami asyik bernostalgia mengenang kenangan indah yang dulu pernah kami lalui bersama. Di pangkuanku terdapat sebuah album foto yang menyimpan kenangan masa kecilku. Aku jadi teringat dengan anak kecil yang menjadi cinta monyetku itu, kira-kira dimana dia saat ini? Namun, aku segera menghilangkan kilasan kenangan itu. Sebentar lagi aku akan menjadi istri Aldebaran, jadi tidak baik memikirkan lelaki lain lagi.

"Dy, rencananya pernikahanmu akan di laksanakan kapan?"

"Belum tahu, Ma. Kemarin Aldebaran baru melamarku seorang diri. Aku tidak tahu apakah Aldebaran sudah memberitahu kedua orangtuanya atau belum," sahutku. Ya, memang kemarin Aldebaran melamarku di atas panggung tapi kan dia belum datang lagi bersama orang tuanya untuk melamarku secara kekeluargaan.

"Oh, begitu. Kamu mau konsep pernikahan yang seperti apa?"

"Yang sederhana aja. Melody pinginnya, akadnya di adakan secara tertutup."

"Hiks ... hiks ..." Aku terkejut mendengar Mama menangis. Dengan segera aku meletakkan album foto itu ke meja yang ada di hadapan kami. Menoleh ke arah Mama, kurangkum wajah Mama yang sudah berlinangan air mata.

"Mama kenapa nangis?" tanyaku sambil menghapus air matanya.

"Mama ... merasa bersalah dan gagal menjadi orang tua. Michella menjadi jahat dan berusaha mencelakakan kamu. Terus sekarang Mama ketemu sama kamu lagi pas kamu udah mau nikah. Mama sedih, hiks ... hiks ...."

"Ma, ini semua sudah jalan takdir dari Allah. Meskipun Mama nggak bisa melihat aku tumbuh dewasa tapi Mama masih bisa lihat cucu Mama nanti tumbuh hingga dewasa."

Mama kembali tersenyum, beliau segera menghapus air matanya cepat. Air mata yang masih meleleh dari kedua pelupuk matanya sudah hilang di gantikan dengan binar kebahagian.

"Aaa ... Mama udah nggak sabar pengen cepet-cepet gendong cucu dari kamu. Kalau begitu kamu suruh Aldebaran cepet lamar kesini, Mama ingin pernikahan kalian di laksanakan secepatnya. Setelah nanti kamu nikah, langsung mantap-mantap/program anak, ya? Mama mau request 5 cucu. Gimana bisa?"

Aku hanya bisa terbengong mendengar Mama ngomong banyak. Benar-benar emak-emak super, padahal beberapa menit sebelumnya Mama masih menangis tapi sekarang tidak ada lagi raut kesedihan di wajahnya. Aku senang hanya saja ..., mendengar angka lima yang di sebut Mama membuatku ngeri. Memangnya aku kucing apa yang bisa melahirkan sebanyak itu dalam waktu cepat?

"Kalau kamu diam aja, berarti kamu setuju. Oke, nanti Mama bakalan siapin jamu tradisional biar kamu semakin subur. Mama udah nggak sabar!" Mama memelukku dengan gemas. Aku tersenyum tipis, hanya pasrah dengan apa yang akan di lakukan Mama nantinya. Itung-itung berbakti karena selama ini aku tidak bisa melakukannya.

***

Tak terasa waktu cepat sekali berputar, sebentar lagi statusku akan berganti menjadi seorang istri. Tinggal menunggu hitungan hari saja. Suasana malam hari ini terasa sejuk. Angin malam membelai rambutku, membuat rambut di bagian depan telinga berterbangan menampar pipiku. Kuhirup udara sebanyak-banyaknya, sudah lama aku tidak merasa setenang ini.

"Melody! Tolongin gue!" teriakan super heboh itu mengalihkan fokusku yang tengah asyik menikmati pemandangan malam hari. Belum sempat aku menghampiri orang yang baru saja berteriak. Dia sudah terlebih dahulu berlari ke arahku sambil berlindung.

Mira langsung memelukku dari belakang, membenamkan wajahnya di balik punggungku. Tak lama kemudian, Rini dan Ayu datang sambil membawa bantal yang di angkat tinggi-tinggi.

"Sini kamu, Mir! Udah pinter bohongin kita ya, kamu?!" kata Rini emosi. Dia berusaha menarik Mira, agar tak bisa berlindung di belakangku.

"Iya. Kamu kok gitu? Curang! Masa ketemu sama Bara nggak bilang-bilang ke kita. Terus bohong lagi!" Ayu pun ikut menarik Mira. Aku hanya bisa pasrah saat Mira menarik tubuhku ke kanan dan kiri untuk menghindari serangan dari mereka berdua yang sedang di landa emosi.

Identitas PalsuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang