🔸11🔸

743 79 10
                                    

Fajar telah menyingsing, kian santang dan juga rara santang sudah memulai perjalanan sekitar tiga puluh menit yang lalu, tak lupa keduanya membawa aryasana dan ayahandanya adipati darma.

"nyimas,raden aku mohon bebaskan kami"ucap aryasana untuk sekian kalinya

"tidak"ucap kian snatang datar

"kalian sudah menyalah gunakan jabatan, jadi kalian harus menerima apa yang telah kalian perbuat"ucap kian Santang

"aku suka dengan ketegasanmu rayi"batin rara santang menatap kian santang seraya tersenyum

Keduanya mempercepat langkah menuju padjajaran

#pov sekar naraya, daniswara dan kenari

Sudah sejak semalam ketiganya sampai di istana banguntapan, tak lupa daniswara yang sedari tadi malam mengomel tak jelas pada sekar naraya.

"lepaskan aku sekar"ucap praharsini

"tak bisakah kau diam, tenanglah jangan berisik"ucap sekar naraya

"daniswara dimana prabu adiwilaga?"tanya sekar naraya

"ia sedang berada di balairum bersama raden arya dirga, ia sedang rapat sebentar lagi ia kesini"jelas daniswara

"baiklah"ucap sekar naraya

Sekar naraya dan daniswara hanya memandang jengah tingakah praharsini yang sudah seperti orang gila

"ck,menyebalkan"ucap sekar naraya berjalan mendekati praharsini, ia menotok praharsini

"kenapa tidak  kau lakukan dari tadi"umpat daniswara

"ck, kau sendiri kenapa tidak melakukannya"jawab sekar naraya, daniswara hanya mangut-mangut mendengar jawaban sekar naraya

Keduanya sama-sama terdiam, sesekali keduanya saling pandang

"prajurit"panggil daniswara

"sendika gusti patih"ucapnya memberi hormat

"jaga wanita ini,sampai gusti prabu adiwilaga dan raden arya dirga kemari"titah daniswara

"sendika gusti"jawabnya

"sekar ikut aku"ucap daniswara melangkah pergi

"kemana?"tanya sekar naraya

"ck, ikuti saja aku"ucap daniswara tanpa menoleh, sekar naraya hanya patuh ia mengikuti langkah daniswara

#pov pakuan cirebon

Di cirebon walangsungsang tengah disibukkan dengan urusan pemerintahan.

"paman, tenang dulu jelaskan pelan pelan"tegas cakrabuana a.k.a walangsungsang

"begini gusti prabu,beberapa hari ini kampung kami mendaptkan teror misterius entah dari siapa"jelasnya

"kemariakan surat itu"ucap walangsungsang menunjuk sebuah surat di gengaman orang tersebut

"ini gusti"ucapnya

Walangsungsang membuka gulungan surat tersebut terlihat jelas ancaman yang tidak main-main

"tinggalkan cirebon atau kalian akan mati"

Semua surat ancaman berisikan tulisan yang sama

"kembalilah kerumah paman,biarkan urusan teror ini jadi urusanku, aku akan datang kesana"ucap walangsungsang

"sendika gusti"ucapnya

***

"prajurit,jaga istana untuk beberapa hari"ucap walangsungsang

PUTRI PADJAJARAN //Pendekar Pedang Seribu Bayangan  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang