Di taman belakang istana rara santang sedang berbincang bersama kedua ibundanya sembari menikmati secangkir teh,sementara mayang karuna ia sudah pergi setelah perdebatan yang terjadi.
"putriku lain kali kau tidak boleh seperti itu"tegur subang larang
"maaf ibunda, tapi jika ibunda mayang karuna tidak memulai duluan aku juga tidak akan bersikap seperti itu"ucap rara santang yang masih merasa kesal
"tapi putriku ibundamu mayang karuna tadi juga sudah bilang bahwa ia tidak sengaja"ucap subang larang lagi, sementara kenteing manik ia hanya menyimak perdebatan keduanya
"tidak sengaja bagaimana jelas-jelas ia sengaja membuat ibunda jatuh"bantah rara santang,subang larang hanya mempu menghembaskan nafas lelah
"sudah,tidak usah berdebat lagi"potong kentring manik
"yunda putri kita rara santang melakukan apa yang seharusnya ia lakukan untuk melindungi ibunya, jadi aku rasa sesekali rayi mayang karuna memang perlu diberi pelajaran"ucap kentring manik sedikit terkekeh kala mengingat apa yang dilakukan rara santangg pada mayang karuna
"iya aku tau rayi tapi mau bagaimanapun putri kita rara santang tetap harus menghormati orang yang lebih tua,ia tetap salah"tukas subang larang,sembari menekankan kata salah
"maaf ibunda, memang aku akui aku salah"ucap rara santang menuduk
"aku pamit dulu, aku mau menemui rayi kian santang dan ayahanda prabu"ucap rara santang segera bangkit dan berjalan meninggalkan subang larang dan kentring manik
"apakah putriku marah?"gumam subang larang yang mampu di dengar kentring manik
"kau tau bukan yunda,nyimas rara santang jika sudah marah biasanya lama "ucap kenting manik yang terkesan menakuti subang larang
Subang larang hanya mengangguk,memang putrinya rara santang berbeda dengan kedua saudaranya,memang rara santang jika marah cenderung banyak diam dan marah dalam jangka waktu yang cukup lama sementara kedua putranya kian santang dan walangsungsang mereka hanya akan mengubah nada bicaranya menjadi dingin.
"kau tidak takut jika nyimas rara santang mendiamkanmu?"tanya kentring manik
"tidak rayi, aku rasa meskipun putriku marah ia tidak akan mendiamkanku"ucap subang laramg
"semoga saja yunda"balas kentring manik, subang larang tersenyum meskipun hatinya cukup gelisah memikirkan kata kata kentring manik
Sementara itu rara santang berjalan menyusuri lorong istana dengan tatapan dingin dan ketusnya membuat siapapun yang berpaspasan dengannya berdegik ngeri, jujur saja ia marah pada ibundanya, oh ayolah kenapa ibundanya terlalu baik pada orang yang jelas-jelas akan mencelakainya
"jika saja ibunda subang larang tadi tidak menghalangiku, sudah kupatahkan kaki mayang karuna tadi"gerutu rara santang
"yunda"panggil kian santang dari arah samping kanan membuat rara santang refleks menengok
"kenapa"ketus rara santang
Kian santang mengeryitkan dahi "kenapa?"ulang kian snatang
"iya kenapa kau memanggilku"jawab rara santang tak kalah ketus dari sebelumnya
"aku ingin memberitahukan tentang sidang tadi,tapi sepertinya suasana hati yunda sedang tidak baik jadi sebaiknya aku menunda"ucap kian santang,membuat rara snatang memutar bola mata malas
"putraku-putriku"ucap subang larang yang datang dari belakang
"rayi aku mau kembali kewismaku"ucap rara santang
KAMU SEDANG MEMBACA
PUTRI PADJAJARAN //Pendekar Pedang Seribu Bayangan
Fiction HistoriqueBagian dua dimana rara santang dan kedua saudaranya beranjak dewasa,rara santang yang dikenal dengan sebutan pendekar pedang seribu bayangan karena keahlianya dalam menggunakan pedang Walangsungsang : putra sulung gusti prabu siliwangi dengan ratu s...