"kalau Lo mau ngasih dia yg melambangkan forever, Lo kasi aja bunga kertas, bego. Bunga asli mah, bakalan mati juga, kalau dari kertas mah bakalan tahan lama. Se-enggaknya, agak Lamaan ketimbang bunga asli..." Ucap Ara dengan manis sebelum ekspresi wajahnya dengan cepat berubah eneg, dan fokus melepas bola bisbol nya ke dinding lalu menangkap nya kembali "ahhh...lagian gue aneh, kenapa mau nolongin Lo sih. Jadi, Sabtu malam Lo harus ngajak gue ngedate berdua..."
Mira segera menggelengkan kepalanya, protes "Ya nggak bisalah, gue rencana mau ngajak Chika ngedate malam itu juga..."
"Bener-bener ya Lo Mir, bukan cuma Patani hati gue, tapi Lo ancurin sampai nggak tersisa..." Ucap Ara dramatis, seolah-olah tertembak tepat di hatinya, yg mana Mira malah tertawa karena tingkahnya itu.
Mira tahu betul, kalimatnya tadi sangat melukai sahabatnya itu, tapi jangan kira Mira menyesal telah jujur. Bukannya Mira nggak perduli perasaan sahabatnya itu, tapi dia sangat tahu, Ara itu sangat pandai dalam mengatasi rasa sakitnya. Anak itu bahkan pernah mengalami yg lebih buruk lagi ketimbang kata-katanya tadi. Jadi dia yakin, gadis itu akan baik-baik saja.
Tapi ada yg Mira tidak tahu...sudah lama sekali mereka berteman, tapi sepertinya ada hal yg belum bisa Mira tahu dari Ara.
Tapi lupakan itu, kita kembali pada topik pembahasan mereka berdua. Mira terbaring lesu di atas matras, menghela napas berat, frustasi karena belum menemukan cara untuk mengajak Chika nge-date, dan memastikan gadis itu akan mengatakan Iya.
"Tau nggak sih Lo. Lo nggak mesti pusing-pusing kayak gitu. Si Chika pasti juga bakalan mau di ajak sama Lo" ucap Ara sama frustasinya. Kesal dengan sikap sahabatnya itu. "Cukup jadi diri Lo sendiri dan temui dia. Jangan ganggu gue dan kayak orang bego..."
Mira segera duduk, ngambek dengan perkataan sahabatanya. Dan lagi-lagi itu membuat Ara tambah kesal. Dia segera melangkah mendekat lalu duduk tepat di hadapan Mira
"Hei, Lo itu Mira sahabat gue...Lo pasti bisa, jadi nggak usah parno gitu, ok?" Ucap Ara coba menenangkan sahabatnya. Sebuah kecupan hangat ia berikan di kening Mira.
Kecupan itu sudah biasa bagi mereka berdua. Tapi tidak seperti Mira, bagi Ara tindakannya itu meski terlihat manis tapi pahit baginya.
Dan sekeras apapun Mira berusaha menghilangkan kepahitan itu, dia tidak bisa melakukan apa-apa. Tidak akan ada yg berubah sampai Ara menemukan cinta yg lain.
Mira menarik napas dalam, lalu berdiri, sambil memperbaiki seragamnya. "Oke, gue bakalan ngomong ke dia sekarang"
Ara segera mengambil sebuah kertas berwarna dan mulai melipatnya membentuk sebuah bunga. Kemudian menyerahkannya pada Mira.
"Bilang ke dia seperti apa yg gue bilang ke Lo tadi. Cewek tuh suka di ucapin kata-kata manis..." Ucap Ara memberi dukungan penuh pada Mira " dan sebelum Lo benar-benar pergi dan menemui dia, mandi dulu Lo. Lo nggak maukan bau ketek gini ketemu Chika"
"Astaga!!!" Mira segera berlari menuju kamar mandi, meninggalkan Ara di belakang dengan senyuman menyedihkan di wajahnya.
*****
"Ini buat kamu....." Mira mengulurkan bunga kertas yg di berikan Ara tadi tepat di hadapan Chika, pipinya merona, membuat Chika sedikit bingung.
Sementara itu, di pikirkan Mira, ia mengutuk Ara karena hanya memberikan bunga tanpa embel-embel cara mengajak seseorang nge date.
Dulu, saat Ara menembaknya, nggak se awkward ini. Ara itu orangnya santai, langsung nembak gitu aja tanpa ba-bi-bu, malah bikin orang speechless.
Kalau di ingat-ingat lagi, Ara cuma jalan berdua dengannya namun Ara berada selangkah di depannya dia di loby kelas, sebelum tiba-tiba berhenti "by the way Mir, gue suka sama Lo. Dan jangan pikir gue bercanda. Gue dari dulu udah suka sama Lo, gue malah masih bingung kenapa bisa".
Sekeras apapun Mira ingin terlihat keren seperti Sahabatnya, hari ini untuk berkata-kata saja dia tidak berani.
Jadi untuk mempermudah, Mira menghela napas terlebih dahulu, mengalihkan pandangannya, kedua tangannya ia masukkan ke saku celananya.
"Hanya....Ara bilang kalau bunga kertas itu hadiah yg bagus untuk seseorang yg kamu sayang karena itu bisa bertahan lama di banding bunga asli. Sebenarnya aku sudah lama ingin melakukan Ini tapi nggak pernah berani untuk...."
Mira heran sendiri dengan dirinya, bisa-bisanya ia berkata begitu....
"Kak Mira..."
"Please ambil" akhirnya Mira memberanikan diri menatap gadis di depannya. "Dan juga, aku pengen ngajak kamu...kamu free malam Sabtu nanti? Aku mau ngajak kamu dinner, kalau nggak keberatan..." Pipinya sudah seperti kepiting rebus sampai-sampai ia tidak berani menatap Chika lagi.
Dia sudah siap di tolak, bahkan sudah siap patah hati. Tapi justru ia mendengar ketawa manis dari Chika.
Mira kembali menatap Chika, dan nampak senyuman manis pada gadis itu yg membuat berkali-kali lipat cantiknya.
"Aku nggak keberatan kok kak...aku mau..."
Mira tak percaya apa yg dia dengar, kedua matanya melebar "sumpah? Beneran? Nggak bohong kan? Kamu beneran mau?"
"Hmmm...."
"Ok kalau begitu, gue tunggu di lobi sekolah di jam 6?"
Mira bahagia, saking bahagianya, sampai tidak akan menyangka sesuatu yg buruk akan segera datang.....
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
DIA
FanfictionCredit go to ReallCheck Yessica Tamara (Chika) sudah lama memendam rasa pada seniornya yg bernama Amirah Fatin. Baginya, semua tentang dia sempurna di matanya. Mulai dari wajah, senyuman, sosoknya dan terpenting sih sikapnya. Pokoknya mah amirah Fat...