10

261 29 0
                                    

Chika sedang berbaring di tempat tidurnya, agak susah baginya untuk tidur dengan perasaan seperti sekarang.


Sudah beberapa jam sejak dia berbicara dengan Ara tentang semuanya. Namun, pikirannya terus saja kembali ke moment ia melihat dengan mata kepalanya sendiri apa yang Miran dan Celine lakukan. .



Sangat wajar jika itu menyakitkan baginya, bahkan rasanya seperti di beri tamparan besar atas kenyataan yang ada.


Seolah ingin mengatakan kepadanya kebenaran pahit bahwa apa yg di inginkan nya tidak akan pernah bisa terjadi.

Tentu saja, mengapa Mira harus menyukainya? Dia hanya orang lain dalam kehidupan gadis itu. .dan meskipun gadis itu ramah padanya dan bahwa Mira memang mengajaknya kencan dan mengakui perasaannya, dia tidak cukup mengenal Mira.


Dia tidak cukup mengenal Mira untuk mempercayai hubungan yang dia miliki dengan gadis itu. Bahkan menganggap dia dan Mira punya hubungan, Chika tak berani.


Jadi seperti yang di katakan tadi, dia tengah berbaring di tempat tidurnya dalam keadaan masih terjaga ...


Sampai dia mendengar smartphone nya bergetar karena panggilan seseorang. Chika segera memeriksanya dan melihat nama yang tidak pernah dia harapkan di ID.

Mira putuskan untukmenjawabnya, namun…

“Kak Mira…?” Jawab Chika sedikit gugup. .dia bahkan tidak tahu mengapa Mira menelponnya malam-malam begini.


“Chika… bagaimana kabar kamu?” Suara Mira terdengar serak tapi manis di dengar.


Itu membuat Chika merinding, tapi dia tidak tahu apakah itu hal yang baik atau tidak. Kenapa juga gadis itu menelepon selarut ini?


“A-aku baik-baik saja kak… kakak?”


“hmm… sama…”



Ada keheningan di antara mereka sejenak. Tidak sampai Chika mendengar nada lembut di smartphone nya, yang membuatnya cukup lama untuk menyadari apa yang terjadi…

Seorang Amirah Fatin tengah bernyanyi untuknya.


Tidak hanya itu, dia bahkan bisa mendengar musiknya langsung dari luar rumah. .merasakan sesuatu yang aneh, Chika berdiri dan memeriksa jendelanya, hanya untuk menemukan Mira kini berdiri tepat di depan rumah nya, melihat ke jendela kamarnya dan bernyanyi sambil memegang teleponnya.


You seem quite nice for a girl with good looks, and I’m the kind of fellow who will make you feel better when your life gets shook so give me a chance, according to your plans. I bet I’m not number one on your list to kiss but please understand…”


Mendengar suara serak gadis itu melalui telepon, hati Chika mau tidak mau berdebar. Ini adalah pertama kalinya dia mendengar seoarang Mira bernyanyi dan itu benar-benar mengejutkannya. Dan seperti sihir, dia sepertinya melupakan kejadian menyakitkan itu, saat jantungnya kini berdetak kencang karena gadis itu.

Memutuskan untuk mendekat ke arah Mira saat itu, Chika segera keluar dari kamarnya untuk menemui gadis yang lebih tua darinya itu di luar.

Mira tidak berhenti bernyanyi. Bahkan, dia terus menyanyikan lagu untuk Chika seolah-olah gadis itu adalah satu-satunya gadis yang pernah dia cintai.....


Orang tua Chika juga terbangun saat itu tetapi pasangan itu hanya menatap ke jendela, melihat putri satu-satunya mereka menghabiskan malam ini dengan seseorang yang mereka pikir akan segera menjadi pasangan anak gadisnya....


“You seem quite shy, but you’re oh so cute and I’m the kind of boy who loves to be yours if you’d ask me to so, give it a chance, try to hold my hand, I swear I’ll never let go just let me know if, I’d be your man…”

“I’d really want to come out and tell you…. Oh darling, I love you so, if you’d ask me for my heart, there’s no way that I’ll say no… Oh darling, just take a chance please… so we can stay together till hell starts to freeze…”


Mira akhirnya berhenti bernyanyi tetapi tidak berani menutup sambungan telepon keduanya.


Mereka berdua memegang telepon mereka masing-masing, seolah-olah begitu mereka meletakkannya, momen mereka berakhir saat itu juga.


Bagi Chika, ia tidak ingin momen ini segera berakhir, ia tidak ingin kembali menjadi sosok Chika yang selalu sedih, dan galau, seperti beberapa hari ini.

.“Chika… sorry…” Itulah kata-kata pertama yang diucapkan Mira. Kalimat itu memang sangat sederhana tapi bagi Chika itu sudah cukup untuk membuatnya menerima permintaan maaf itu. Sebut dia bodoh tapi dia sangat mencintai gadis itu.


“Tidak apa-apa …” gumam Chika. “Hanya itu yang akan kakak katakan? Aku akan masuk ke dalam kalau gitu…”


Chika mencoba untuk berpaling, hanya untuk ditarik kembali dalam pelukan dari belakang oleh seorang Mira.


Chika di buat sangat terkejut saat itu, tidak pernah berpikir bahwa skinship semacam itu akan benar-benar membuat hatinya luluh begitu saja. Hanya dengan sentuhan sederhana dari Mira sudah mampu meluluhkan hatinya, apalagi jika dia dipeluk olehnya, kan?.


"Tidak… Jangan pergi dulu, Chika…” bisik Mira dibagian terakhir. Dia tidak bisa menyatakan perasaannya sekarang, belum saatnya, dia tahu itu ... namun apadaya, ingin rasanya mengatakan sesuatu yang lebih dari kata-kata yang baru saja ia ucapkan. ..


Mira telah memutuskan sambungan telpon mereka, bahkan sebenarnya dia telah melepaskan Hp nya yang dia duga sudah rusak di tanah, tapi Mira tak perduli itu.


“Kak Mira…”


Aku minta maaf, karena kamu harus menyaksiakan kejadian waktu itu, aku dengan Ci Celine… Tidak ada yang terjadi di antara kami berdua, aku janji untuk itu… Dia hanya temanku… Jadi tolong percaya padaku untuk ini dulu… Aku akan mengurus semuanya…”


“T-tapi Kak Mira…dia menciummu layaknya seorang kekasih…bahkan seorang teman pun tidak akan melakukan itu…”


Mira tidak bisa berkata apa-apa dan hanya menghela nafas. .dan pada akhirnya, dia hanya menyelesaikan dengan sebuah kalimat.


Itu tidak masalah; satu-satunya gadis yang ingin aku cium adalah kamu, Yessica Tamara…”



Oh betapa senangnya jika saja Chika bisa mendengar lebih dari kata-kata itu? Sejujurnya, yang sederhana saja misal aku suka kamu sudah cukup untuk Chika...


Namun, sepertinya ini bukan waktu yang tepat dan Chika bukan tipe gadis penuntut. Dia menganggukkan kepalanya mengerti, sebelum lepas dari cengkeraman dari pelukan Mira....


Aku mengerti Kak Mira… Kurasa sekarang sudah malam?”



Mira jelas kecewa, tapi juga berpikir untuk saat ini, itulah yang terbaik. Dia merenung sejenak sebelum membungkuk dan mencium kening gadis di hadapannya, menggumamkan selamat malam.

Malam itu, Amirah Fatin dan Yessica Tamara tidur dengan sangat bahagia......



Sedang dua orang lainnya, benar-benar terjaga sepanjam malam dalam kesedihan dan kekecewaan…


******

Jangan lupa vote dan comment nya ya, see you☺️

DIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang