"obati luka kamu sendiri. Cici tidak akan mentolerir kelaukan kalian berdua ya" gumam Celine dengan dingin, saat dia memberikan kotak P3K kepada gadis di depannya.
Mira nampaknya masih terlalu marah tentang segala yang terjadi, meski begitu, Celine di buat bingung akan alasan kenapa gadis itu sampai semarah ini. .ya, dia menghabiskan malam dengan Ara.
dan Ya, dia tidur dengan Ara di ranjang yang sama. Tapi kenapa Mira begitu marah? Seingat Celine, Mira sudah bersama dengan Chika, begitu juga dirinya dan Ara. Lantas, Mira tidak perlu semarah ini ... kan?
Sejujurnya, Celine bahkan tidak benar-benar tidur dengan Ara. .ya, mereka memang sedikit tidak sadar semalam, dan ada niatan untuk melakukan itu, tapi Ara bukan orang yang akan memamfaatkan kesempatan.
Ara tahu perbedaan nafsu dan cinta. .dan Ara bukan tipe yang menyerah pada nafsu ketika dia tahu, perbuatan itu bisa menyakiti orang lain.
Tentu Ara mencintai Celine sebagai seoarang sahabat, dan karena persahabatan mereka lah, Ara tidak akan sampai sebodoh itu merusaknya.
Dan Celine sadar, Mira telah salah paham dengan apa yang sebenarnya terjadi antara dirinya dan Ara... tapi apa masalahnya, sungguh?
"Kenapa Ci? Kenapa kamu melakukannya? Apa sekarang Ci Celine sudah benar-benar jatuh cinta dengan Ara?" Tanya Mira, masih di penuhi dengan amarah, ia berharap bisa mendapat jawaban dari gadis yang lebih tua darinya itu.
"Apa? Apa kamu benar-benar berpikir, aku dan Ara melakukan itu semalam?" Celine secara blak-blakan bertanya kembali saat dia duduk di salah satu kursi di ruangan itu, melipat tangannya dan menatap tajam ke mata Mira "mungkin bagi kamu, Ara sebajingan itu, tapi dia tidak akan melakukan itu padaku...."
"T-tapi... tadi dia bilang---... dia---"
Celine memutar matanya malas, saat gadis yang lebih muda di depannya itu mengalami kesulitan berbicara. Mira mungkin mulai merasa bersalah atas tindakannya tadi. Apalagi, dia telah memukul sahabatnya sendiri.
Tapi, di satu sisi, Ara juga bersalah dalam hal ini, mengingat kalimat demi kalimat yang ia lontarkan pada Mira tadi, wajar saja gadis itu tersulut amarahnya. Tapi sekali lagi, Mira tak perlu semarah itu, kan?
"Ara... anak itu mungkin hanya mencoba meluruskan otak bodoh kamu itu." Ucap Celine, seolah-olah dia sedang mengejek gadis di depannya. "Kamu tahu sendiri, Ara suka membuat onar. Dia suka mengerjai orang-orang, susah untuk di ajak serius. Tapi kali ini, Dia mungkin mencoba membuatmu menyadari sesuatu..."
"Dan apa yang dia coba membuatku sadar? Dia tidak akan mendapatkan apa-apa untuk tindakannya yang seperti itu." Mira berbicara kembali, berharap jawaban dari Celine.
Mengangkat bahunya, Celine menjawabnya. "Itu dia~ Ara gagal dalam kesempatannya untuk membuat kamu menyadari sesuatu itu. Pfft. .tidak heran kamu yang paling bodoh di antara kalian berdua"
"Yah... kenapa Ci Celine malah ngejek aku sekarang. Kepala aku masih sakit nih." Sekejap, mira merasakan perih di kepalanya. Bagaimana bisa, gadis kecil seperti ara, bisa sampai memberikan pukal sekeras itu padanya. Bomi mendesis kesakitan, berharap rasa sakitnya hilang yang sebenarnya tidak berguna juga. ."Ah... Ara mukulin gue terlalu keras. Bagaimana dia bisa begitu kuat?"
KAMU SEDANG MEMBACA
DIA
FanfictionCredit go to ReallCheck Yessica Tamara (Chika) sudah lama memendam rasa pada seniornya yg bernama Amirah Fatin. Baginya, semua tentang dia sempurna di matanya. Mulai dari wajah, senyuman, sosoknya dan terpenting sih sikapnya. Pokoknya mah amirah Fat...