07

429 43 1
                                    

Chika Vop~~~

Dia terdiam membeku disana, di dekat tangga, menyaksikan gadis pujaanya tengah di kecup gadis lain. Pemandangan itu saja sudah cukup menyakitkan, tapi aneh tak ada air mata yg menetes.



Tapi justru hal itulah yg paling menyakitkan, yg bisa kamu rasakan. Chika hanya diam di tempatnya, tak tahu harus berbuat apa. Rasa-rasanya, ia seperti sedah terjatuh tapi tidak akan ada yg menangkapnya.

Dan saat itulah, Ara bergerak cepat.

Si tukang onar itu, yg juga sama menyaksikan kejadian tadi, segera bertidak lalu menarik tangan Chika, untuk kembali naik ketangga. Biasanya kalau orang lagi galau, mereka pasti akan ke rooftop, tapi gadis itu tidak membawanya kesana. Juga karena, Si Ara mah anaknya memang rada malas, mereka hanya naik ke lantai 5, tempat yg memang biasanya sepi.


Ara menghela napas berat, mengamati Chika yg kelihatan linglung. Sepertinya gadis itu masih terbayang bayang dengan kejadian tadi.

Harusnya yg ada diposisi itu dia... tapi sekali lagi realita berbicara lain dan mengingatkannya bahwa yg tadi disana itu bukan dirinya.

Mira tidak benar-benar mencintai nya.


Pikiran negatif itu semakin merasuk kedalam pikiran nya, membuat air mata jatuh juga di matanya. Chika tidak berani menghapusnya dan hanya menunduk, membiarakn air mata itu membasahi wajahnya. Tak perduli pada siapapun yg akan melihatnya dalam kondisi lemah seperti itu. Lagian kenapa dia mesti perduli? Ini menyangkut perasaannya bukan perasaan mereka.


"Maaf maaf aja nih ya, gue bukan Hero atau pangeran-pangeran berkuda putih yg bakalan meluk loh sampai Lo ngerasa baikan" mulai Ara "tapi, gue bisa jadi tukang lawak buat Lo, setidaknya Lo bisa kembali tersenyum, dan melupakan masalah itu sejenak...."

"H-huh?" Chika segera menatap Ara yg tengah tersenyum padanya. Senyuman itu terasa dipaksakan, tapi setidaknya itu sedikit membuat perasaanya sedikit membaik.


Langsung saja, Ara masuk ke dalam sebuah ruangan tak terpakai dan mengambil sesuatu. Entah kenapa bisa ada balon di tempat itu tapi dengan itu membuat perasaan Chika bertambah lebih baik lagi.


Kalau ada satu hal yg paling Ara tahu tentangnya, itu adalah Chika tipikal orang yg Mudah kagum meski itu hal-hal kecil sekalipun.


Ara kemudian menyerahkan balon berwarna Pink kepada Chika lengkap dengan senyumannya. Sementara dirinya berawarna Ungu, dan dengan entengnya melepaskan balon itu hingga terbang ke atas menyentuh langit-langit.


"Ihhh, ng-ngapain sih loh?" Pandangan Chika tertuju pada balon tadi yg di lepas Ara, menebak-nebak apa yang akan dilakukan gadis itu.


Saat itu juga, Ara kemudian melepas ikatan balon di tangannya dan menghirup udaranya. Chika sudah menebak apa yg ingin gadis itu lakukan, tapi tidak mampu menahan ketawanya saat Ara mulai bernyanyi  lagu anak-anak yg terdengar Lucu.


"Wh-hahahahaha" Chika jadi bengek di buatnya apalagi Ara juga ikut memperagakan gerakan lagu anak-anak tadi tepat di depannya. Yg tak pernah ia bayangkan sebelumnya, Ara akan melakukan itu.


Ini kali pertama Chika tertawa tulus dan lepas karena Ara. Dan saat itulah ia berpikir bahwa gadis itu tidak seburuk yg pernah ia sangkakan.


Setelah beberapa saat, suara tawa itu hilang, tapi tidak dengan senyuman mereka. Ara terlihat lega, karena Chika tak lagi menangis, akhirnya berinisiatif untuk mendekati gadis itu. Jarak aman di antara mereka tiba-tiba hilang begitu saja.


Chika tidak bisa memperoses apa yg akan gadis itu lakukan sekarang, tapi saat Ara semakit mendekat, debaran itu semakin terasa dalam rasa gugup dan penuh antisipasi. Dan saat ia merasa akan ada hal lebih, Ara telah mengangkat tangannya dan menghapus air mata yg masih ada di pipinya.


Dengan cengiran khasnya, gadis itu berkata "Lo kayak monster kalau lagi nangis"


"Y-yah!" Chika akhirnya tersadar dan mundur, jarak aman itu kembali "ngapain sih loh? Lo yg bilang sendiri kalau Lo bukan Hero atau pangeran berkuda putih yg akan menghapus air mata...."

Ara mengangguk "Ya emang....terus?"


"Ya terus kenapa lo.-??"


Ara terkikik, dengan kelakuan Chika yg seperti salah tingkah. Ara kemudian kembali mengambil sebuah balon kemudian menerbangkannya ke luar jendela.


"Cuma.... ngelihat Lo sedih kayak tadi ngebuat gue sedikit sedih. Itu buat hati gue terasa sakit dibanding kejadian Mira sama Ci Celine.....gue udah biasa nge handel rasa sakit karena kehilangan Mira, tapi kemudian gue sadar Lo belum bisa. Jadi, gue mencoba untuk menghilangkan sedikit rasa sakit yg Lo rasa….."


"Ara....."

"Mira tuh anak baik. Dia juga anaknya tulus....dan apapun yg terjadi, kalau Lo beneran cinta sama dia, percaya sama dia. Gue nggak minta Lo buat percaya sama gue, tapi setidaknya please percaya sama Mira kali ini...atau se enggaknya tunggu penjelasan dari dia"


Chika tak bertanya lagi. Dia sama sekali tidak mengerti maksud Ara, tapi setidak ia tahu, entah mengapa ia percaya Ara.

Dan jika gadis itu mengatakan ia harus percaya pada Mira, maka ia akan melakukan itu.


Meskipun terasa sakit.



DIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang