09

251 35 3
                                    


“Sorry, Ci, tapi aku benar-benar harus pergi…” Ucap Mira meminta maaf, dengan panik melihat keluar kafe tempat mereka berada sekarang, berharap menemukan taksi menuju tempat Chika berada.



Baru saja dia membaca pesan dari Ara dan menunggu balasan tapi sepertinya sahabatnya itu sengaja mengabaikannya.


Mencoba menghubunginya berkali-kali juga, tetapi tidak berhasil. Seperti sengaja mematikan HP nya.


Dengan desahan frustrasi, Mira berdiri dan bersiap untuk pergi, hanya untuk ditarik kembali oleh Celine.

"Memang kamu harus pergi sekarang ya?" Tanya Celine, ada nada kesedihan disana. Sialnya itu adalah kelemahan Mira.

Tapi untuk kali ini, hati Mira hanya meneriakkan nama gadis itu “Maafin Aku ya Ci… kali ini aku harus pergi… aku harus pergi untuk orang yang aku cintai…” Tanpa banyak kata, Mira  bangkit dan lari, memanggil taksi tepat pada waktunya dan memberi tahu sopir untuk pergi ke lokasi di mana Ara memberitahunya.


*****

Dua puluh menit berlalu dan Mira akirnya sampai di tempat itu, hanya untuk melihat Ara berdiri di tepi sungai, dengan sekaleng bir di tangannya.

“Lo minum? Lo sudah gila, Ra?” Dia tahu bahwa Ara bukan gadis seperti itu.

"Oh hei Mir, apa kabar Lo?? Cari Chika.....Gu-gue… Gue udah nyuruh Chika pulang, Mira~~” Ucap Ara, seketika ambruk ke tanah dalam keadaan setengah sadar.

“A-apa…? Tadi lo bilang dia pergi dengan orang lain kan?! Siapa orang itu Ra?! Siapa bajingan yang berani mengajaknya pergi?!” Cecar Mira, bahkan tidak peduli saat itu tentang keadaan Ara.


Pikirannya di penuhi dengan Chika, Chika, dan Chika saja, bahkan melihat sahabatnya dalam keadaan mabuk seperti itu tidak membuatnya khawatir .....


“Kenapa?!! KENAPA LO MARAH, HUH???, KENAPA JUGA LO PEDULI?! LO bahkan BUKAN pacar Chika, dasar pengecut! Lo bahkan batalin janji kencan Lo sama dia hanya karena kedatangan Ci Celine!!!! Memang dasar pengecut lo…. Pffft…”


Kalimat Ara berhasil memancing amarah Mira


Dengan sekuat tenaga, dia meraih kerah Ara dan menariknya ke atas dengan marah. "Diam! DIAM! GUE TANYA LO SEKALI LAGI, SIAPA BAJINGAN ITU??? SIAPA YANG MENCOBA UNTUK MEREBUT CHIKA?! SIAPA!?!?!"

“ORANG YANG LO BILANG BAJINGAN ITU GUE, AMIRAH FATIN!!!” teriak Ara


Dan Itu berhasil membuat Mira diam. Semua kekuatannya menghilang dalam sekejap sehingga dia segera melepaskan Ara.


Membuat gadis itu kembali terjatuh dengan keras ke tanah. Ara hanya tertawa, layaknya orang putus asa.


“Bajingan… Pffft hahaha… Gue memang selalu jadi bajingan di antara kita bertiga. Gue yang paling kacau... Tapi di antara kita bertiga, hanya gue yang tahu bagaimana mencintai... Lo mau tahu kenapa?!” Ara mendongakkan kepalanya, memberanikan diri menatap sahabatnya.


Ekspresi wajahnya memancarkan kesedihan dan rasa sakit. Ara lalu mengangkat jarinya, menghitung sampai tiga,

“Pertama Ci Celine… Dia mencintai seperti orang bodoh. Sudah dua tahun, Mir! DIA SEHARUSNYA SUDAH NIKAH SAMA GUE! Tapi gue bilang ke dia ada orang lain yang gue cintai. Ci Celine jahat banget, Mir… Dia seperti sedang menghukum gue… karena begitu saja, dia jatuh cinta sama lo… dia cinta sama lo, yang juga gue cintai…”


Mira yang tidak tahan dengan pemandangan mengerikan di depannya, akhirnya berpikir bahwa malam itu sudah cukup. Meskipun dia marah, dia tahu dia salah ... Dan sekarang, Ara akhirnya menunjukkan emosinya yang terpendam untuk nya, dia tidak tahu bagaimana menghentikannya ... setidaknya, bagaimana cara menghentikan rasa sakit itu pada sahabatnya…,meski hanya sedikit.


"Ra…sadar please, ini sudah malam ayo pulang…lo akan---“


“Terus LO…!!! selama dua tahun terakhir, mata kamu cuma tertuju untuk satu gadis…selalu dan selalu saja tentang Chika, kan? TERUS KENAPA LO BIARIN CI CELINE NYIUM LO  DI DEPAN DIA? KENAPA LO HARUS MEMBUAT DIA MENUNGGU SELAMA DUA TAHUN KETIKA LO TETAP AKAN NYAKITIN DIA PADA AKHIRNYA?! Apa lo tahu betapa hancurnya dia? Tentu saja lo nggak akan lihat. Gadis bodoh itu sangat mencintaimu, brengsek!!! LO BAHKAN NGGAK LAYAK BUAT DIA !!!”


Bagi Ara air mata untuk orang yg fi cintainya sudah sampai di titik akhir malam itu.

Kalian bertiga yang melakukan kegilaan itu… tapi kenapa gue masih dianggap bajingan, huh? Saat yang gue lakuin hanyalah mencintai sahabat gue sendiri… gue bahkan nggak pernah memaksakan diri gue sama lo… gue bahkan menerima keadaan dan hanya mencintai lo dalam diam, karena gue pikir akan bahagia meski hanya seperti itu… tapi gue nggak  h-happy Mir… gue sangat lelah dengan semua ini…”


"Ara… ayo kita pulang, please….”


Ara menggelengkan kepalanya, menampar tangan Mira dengan kuat. “Lo nggak usah sok peduli sama gue… pada akhirnya Lo juga nggak akan pernah cinta sama gue…”


“Berhentilah keras kepala, kenapa sih Ra!!! Gue nggak bisa biarin lo pulang dalam keadaan seperti ini sendirian!!!”


GUE BILANG PERGI!!!” Dengan kekuatan terakhirnya, Ara mendorong Mira dan berjalan pergi. .“Kalo lo ingin pergi menemui Chika, gue sudah ngirim ke elo alamatnya… tanggung jawab Lo sama dia, brengsek… lo satu-satunya yang bisa buat dia bahagia…”


Mira harus membuat keputusan yang sulit pada saat itu. Ara sahabatnya atau Chika… Dia tidak tahu harus berbuat apa…


Tapi nyatanya Ara sudah memilih pilihan untuknya, karena gadis yang lebih muda darinya itu, kini benar-benar menghilang dari hadapannya, entah di mana. Dia mencoba mencari sahabatnya, tetapi tidak ada jejak gadis itu.


Mira kemudian memeriksa Hp nya, untuk melihat alamat yang ada di kirim sahabatnya. Ia beruntung karena alamat yg tertera tidak terlalu jauh dari tempatnya sekarang.


Yang Mira tidak tahu, kalau Ara pergi ke rumah Chika juga, bersembunyi di sudut di mana dia tidak akan terlihat, dan memperhatikan langkah Mira selanjutnya. Sebuah tindakan yg agak bodoh sebenarnya..

DIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang